Kamis, 12 Agustus 2010

Lahan Perkebunan Kapas di Banyuwangi Terus Menyusut

TEMPO / Wahyu Muryadi

TEMPO Interaktif, BANYUWANGI - Luas lahan perkebunan kapas di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus mengalami penyusutan. Hingga tahun ini hanya tersisa 400 hektare, padahal tahun 1989 silam, masih mencapai 2.000 hektare.

Pendamping Petani Kapas Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dyah Mayawati mengatakan, menyusutnya lahan perkebunan kapas karena banyak petani yang beralih menanam komiditi lain, seperti jagung dan cabe yang lebih mennguntungkan. Hrga pembeliaan kapas di tingkat petani hanya Rp 4 ribu per kilogram. "Bandingkan dengan cabe yang bisa mencapai Rp 30 ribu per kilogram," kata Dyah kepada TEMPO, Rabu (11/8).

Menurut Dyah, Banyuwangi merupakan daerah pemasok kapas unggulan di Jawa Timur selain Kabupaten Situbondo, Probolinggo, Pacitan, Lamongan, dan Kabupaten Tuban. Produktivitas kapas di Banyuwangi mencapai 1,2 ton per hektare dengan jumlah petani 586 orang.

Terus menyusutnya lahan kapas itu, kata Dyah, akan mengancam pasokan kapas ke industri tekstil. Sebab di Indonesia produksi kapas lokal baru memenuhi 0,5 persen kebutuhan industri tekstil. "Pasokan kapas untuk kebutuhan industri tekstil di Indonesia masih bergantung pada kapas impor" ujarnya. Padahal, harga pembeliaan kapas impor mencapai Rp 40 ribu per kilogram dengan kualitas yang relatif sama dengan kapas lokal.

Untuk mencegah semakin menyusutnya lahan perkebunan kapas, menurut Dyah, pemerintah pusat melakukan program akselerasi perluasan lahan dengan memberikan bantuan benih. Tahun ini, bantuan benih kapas untuk Banyuwangi senilai Rp 279 juta. Dananya diambilkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). IKA NINGTYAS.

Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/08/11/brk,20100811-270473,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar