Kamis, 12 Agustus 2010

Sukses Rumah Tahanan (Rutan) Kraksaan Raih ISO 9001:2008

[ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
Penghuni Jadi Santri, Manfaatkan Pemberian Pengunjung

Rumah Tahanan (Rutan) Kraksaan berupaya menghilangkan kesan angker yang biasa melekat. Kini di Rutan Kraksaan diciptakan suasana pondok pesantren. Dengan langkah itu, Rutan Kraksaan pun bisa meraih sertifikat ISO 9001:2008.

ABDUR ROHIM MAWARDI, Probolinggo

Rutan Kraksaan berada sisi ruas utama Jl PB Sudirman, Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Dari depan, pintu masuk rutan memang tipikal. Pintu besar dengan sebuah jendela kecil. Sekali pencet tombol, petugas akan mengintip siapa tamunya melalui jendela itu. Baru kemudian pintu besar akan dibuka.

Itu pula yang terjadi ketika Radar Bromo berkunjung pada Selasa (10/8) lalu. Setelah melewati pintu utama, sudah langsung terlihat blok-blok tahanan. Ada 9 blok dengan kamar sejumlah 28. Luas tanah yang dibangun Rutan yakni sekitar 6 ribu meter persegi. Sementara luas bangunan sekitar 2.500 meter persegi.

Namun, ada pemandangan tak jamak di pintu masuk bagian dalam. Berbeda dengan pintu luar. Jika di pintu luar tertulis "Rutan Kraksaan", maka di dalam tertulis "Selamat datang di Pondok Darut Taubah".

Ya. Rutan Kraksaan kini dikonsep menjadi pondok pesantren. Bahkan juga dibangun sebuah masjid di dalam Rutan. Namanya masjid At-Taqwa. Seiring dengan diresmikannya ponpes dan masjid itu, status warga binaan pun sengaja digeser. "Kami sebut dengan santri ponpes. Bukan lagi sebutan tahanan, napi, atau lainnya. Demi alasan moral," kata Kepala Rutan Kraksaan Krismono saat ditemui Radar Bromo Selasa itu.

Selanjutnya Krismono menceritakan apa saja yang dilakukannya selama menangani Rutan Kraksaan hingga bisa meraih ISO 9001:2008 pada 30 Juli lalu. Menurutnya, ISO 9001:2008 bagi Rutan Kraksaan dicanangkan di LP Klas I Porong oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Patrialis Akbar. Penerima ISO itu berarti sudah menerapkan sistem pengendalian mutu terpadu. "Demikian juga dengan Rutan ini," sebut Krismono.

Krismono mulai memimpin Rutan Kraksaan pada 1 Januari 2010. Ia menggantikan Agus Irianto yang dimutasi ke luar Jawa. Krismono mengaku, cukup mudah meneruskan prestasi yang ditinggalkan Agus. Sebab pondasi yang dibangun sudah cukup kokoh.

Tak mengherankan jika Rutan Kraksaan berhasil meraih status sebagai Rutan terbaik se-Indonesia pada 2009. "Jadi beliau (Agus Irianto) membangun pondasi yang kuat. Saya meneruskan saja," kata Krismono.

Meski demikian, perjuangan mendapat ISO bukannya mudah. Sebab butuh banyak pembenahan. Terutama, kata Krismono, pembenahan di bidang SDM. Hal ini kata Krismono, cukup penting. Bahkan mencakup SDM karyawan dan juga warga binaan. "Artinya, sertifikat ISO itu seimbang dengan kesadaran dan pengetahuan (penghuni dan penjaga) Rutan ini," tuturnya.

Untuk meningkatkan hal tersebut, pihaknya kata Krismono, melakukan beberapa hal. Di antaranya membangun perpustakaan, kelas kejar paket A dan B, pertukangan kayu, pertukangan batu, kerajinan, hingga potong rambut.

Upaya selanjutnya, warga binaan dilatih untuk bisa memanfaatkan kemampuannya. "Agar ketika kembali ke masyarakat nanti, bisa memiliki skill yang merubah jalan hidupnya," kata Krismono.

Selain itu, fisik Rutan juga dibangun cukup unik. Banyak hiasan maupun arsitektur yang cukup menarik. Rupanya juga dibuat oleh warga binaan. "Semua arsitektur di sini, murni ditukangi warga binaan. Kami tidak sewa tukang dari luar. Secara fisik, sebagian juga peninggalan sebelum saya (Agus Irianto)," tegas Krismono.

Bagaimana soal pungutan liar alias pungli? Krismono mengatakan, tidak mungkin Rutan Kraksaan bisa mendapat ISO, jika masih ada pungli di dalamnya. Namun Krismono tidak menyangkal adanya pemberian dari keluarga pengunjung.

"Tapi manfaatnya bukan untuk pribadi. Tapi untuk pembangunan ponpes maupun kegiatan para santri. Namun kami tidak minta. Justru warga binaan atau keluarganya yang memberikan secara ikhlas. Sehingga tidak mungkin kami tolak. Namun kami open (manajemen)," sebut Krismono.

Pembenahan selanjutnya kata Krismono, meliputi hal administratif. Kendalanya tak kalah sulit dengan SDM. Misalnya jika ada pengunjung hendak menemui keluarganya yang di Rutan. "Dulu lama (untuk bertemu). Paling tidak butuh 30-60 menit. Kalau sekarang, 15 menit sudah bisa bertemu. Prinsipnya cepat, tepat, mudah, dan ramah," ujar pria yang sebelumnya juga pernah menjabat di Rutan Trenggalek ini.

Khusus Ramadan, Krismono mengatakan pihaknya juga sudah menetapkan program khusus. Bahkan jadwalnya cukup padat. Sebab hampir selama 24 jam kegiatan silih berganti dilakukan. "Santri petugas kegiatan pun bergantian. Semua santri harus terlibat. Baik secara berjamaah, maupun individu," tutur Krismono.

Untuk memberikan bimbingan, ada 4 ustadz yang diminta menjadi pengasuh. Yakni Taufik, Imam, Hasyim Samhudi, dan H. Kholik. Sejauh ini kata Krismono, ada sejumlah 319 santri. Terdiri dari 130 narapidana, dan 189 tahanan. Dipilah secara kelamin, ada 310 pria dan 9 wanita. Sementara jika dipisah dengan usia, dewasa berjumlah 274, pemuda 39 orang, sementara anak-anak 9 orang.

Meski sudah mendapat ISO, Krismono tak mau disebut prestasi Rutan cukup. Sebab banyak hal yang harus dipenuhi. Sambil bercanda Krismono menyarankan agar tidak sampai masuk ke ponpesnya. "Lebih baik masuk ponpes di luar. Ini penjara lho," kata Krismono.

Oleh karena hal itu, Rutan Kraksaan masih punya pekerjaan rumah (PR). Dikatakan Krismono, tujuan utama Rutan Kraksaan dikemas dengan pesantren adalah untuk membangkitkan semangat para tahanan.

Sebab sebelumnya mereka adalah orang-orang terpuruk. "Salah atau apes kemudian dipenjara. Bagaimana caranya ketika keluar tidak salah lagi. Bahkan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya," ujar Krismono. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174436

Tidak ada komentar:

Posting Komentar