Selasa, 04 Mei 2010

Tari Masal plus Rebutan Burung

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO - Peringatan hari pendidikan nasional (hardiknas) di Kota Probolinggo kemarin (3/5) dipusatkan di alun-alun. Bak sebuah perayaan besar, momen itu diisi dengan tari masal dan pelepasan ratusan burung berkicau.

Sejak pukul 07.00 alun-alun kota sudah dipadati manusia. Bukan hanya peserta upacara, penari dan undangan. Masyarakat umum sekitar begitu antusias menyaksikan perayaan hardiknas tersebut.

Selain ingin menyaksikan tampilan tarian, banyak orang punya maksud lain dengan kedatangannya. Yaitu berebut ratusan burung yang sengaja dilepas dalam rangkaian kegiatan tersebut.

Sekitar pukul 07.30 Wali Kota Buchori beserta muspida tiba di alun-alun. Seketika itu juga upacara dimulai, wali kota menjadi inspektur upacara. Diawali dengan penampilan tari massal dari seluruh siswa-siswi SD/MI negeri dan swasta di Kota Probolinggo. Tak kurang dari 1.922 pelajar menarikan tari baru berjudul tari repang.

Lagu dimulai, ribuan penari berduyun-duyun menuju tengah lapangan dengan mengikuti irama. Secara simbolis, wali kota menyematkan udeng kepada perwakilan penari. Lalu penekanan tombol pembukaan tirai baliho bertemakan hardiknas 2010.

Tari dimulai diiringi kelompok karawitan Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. Gerakan pertama banyak penari yang semburat. Mereka lupa gerakan dan lupa dimana seharusnya mereka berbaris.

Dalam sinopsisnya, tari yang digarap oleh guru-guru seni tari SD se Kota Probolinggo merupakan ide dasar dari Kepala Dinas Pendidikan Maksum Subani. Tari repang adalah perpaduan antara tari remo khas Jawa Timur dan tari glipang milik Kota Probolinggo.

Tari repang menunjukkan ketangkasan dan tarian yang bernafaskan daerah kota seribu taman ini. Menariknya, dalam menampilkan tari, 1.922 penari menggunakan sampur batik khas Kota Probolinggo. Sekitar 15 menit tarian itu dipertontonkan.

Usai upacara, Wali Kota Buchori juga menyerahkan hadiah lomba mulai tingkat SD/MI hingga SMA/MA dan SMK yang digelar memperingati hardiknas. Antara lain lomba matematika, lomba IPA, siswa teladan, lomba kerajinan tangan, lomba mengarang bahasa Indonesia, lomba komputer film dokumenter, lomba melukis, lomba menulis artikel Kota Probolinggo masa depan dan kepala sekolah berprestasi.

Puncak acara ditandai dengan pelepasan burung secara bersamaan oleh wali kota, muspida dan semua kepala sekolah. Melihat banyaknya burung yang berterbangan memang menyenangkan. Tetapi, tidak dengan nasib burung yang terbang rendah atau hanya berdiam di rerumputan lapangan.

Masyarakat yang datang ke alun-alun dari segala lapisan. Dewasa atau anak-anak, lelaki dan perempuan. Mereka langsung berlarian ke tengah lapangan berebut burung. Mereka juga mengejar burung sampai dapat. Berulang kali diperingatkan oleh petugas, agar masyarakat sadar dan tidak menangkap burung yang baru dilepas. Tapi, imbauan itu tidak mempan.

Meski sudah diusir oleh petugas Satpol PP, masyarakat terutama anak-anak tetap rebutan burung. Tidak sedikit burung yang mati kena injak. Seorang kepala sekolah juga menegur bapak-bapak yang mengambili burung. Tetapi, yang ditegur cuek saja.

Agar tidak diketahui petugas, anak-anak pun langsung memasukkan burung tangkapannya ke balik baju.

Saat ditanya untuk apa berebut burung, mereka tidak menjawab, hanya tersenyum dan meninggalkan alun-alun. Ada yang tak sungkan-sungkan malah memasukkan tangan ke sangkar saat seorang kepala sekolah membuka pintu sangkar dan hendak melepaskan burung.

Dalam peringatan kemarin juga ada baliho hardiknas yang sempat menjadi perbincangan. Apa maksud dari baliho tersebut. Baliho berukuran 4x6 meter itu bergambar Wali Kota Buchori bersama istrinya yang juga anggota DPR RI Rukmini Buchori. Di dalamnya juga ada gambar Maksum Subani.

Di baliho tersebut menggambarkan kalau wali kota memberikan wejangan kepada kepala dinas pendidikan. "Kepala Dinas Pendidikan.. ! Pendidikan murah, tetapi jangan murahan. Maksum menjawab, "Siap! Mengerti, Pak Wali."

Menurut Maksum, arti dari tulisan dalam baliho itu adalah wali kota menekankan kepada dirinya bahwa pendidikan murah harus disertai dengan mutu dan kualitas pendidikan yang baik pula. "Mendapat penekanan begitu, ya saya harus siap. Pendidikan tidak boleh ecek-ecek," kata saat ditemui usai upacara.

Dalam perayaan tersebut juga dilaksanakan pelepasan burung. Meskipun yang ditekankan adalah burung berkicau, tetapi masih ada sekolah yang melepas burung dara alias merpati. "Mungkin terbatas barangnya atau habis. Ini kan satu guru satu burung. Tapi yang bawa burung dara itu sebagian kecil saja," tuturnya.

Sementara itu, soal masyarakat yang berebut burung, Maksum sangat memahaminya. Dia bilang pelepasan dilakukan sebagai wujud kepedulian lingkungan. Masyarakat yang mengambil burung itu sebagian dari kepedulian lingkungannya. "Mereka itu punya rasa memiliki burung, makanya terus diambili," jawab Maksum enteng. (fa/yud)

http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156412

Tidak ada komentar:

Posting Komentar