Selasa, 04 Mei 2010

Pintu Pasar Ditutup, Wadul Dewan

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO
- Paguyuban pedagang pasar Wonoasih bergejolak. Mereka memrotes langkah pemkot yang menutup pintu masuk alternatif ke dalam pasar. Akhirnya, permasalahan itu sampai ke komisi C DPRD Kota Probolinggo.

Kemarin (3/5) komisi C menggelar hearing. Kesimpulannya, dewan meminta pemkot segera melakukan evaluasi. Pintu masuk yang kini sudah ditembok agar diganti dengan pintu buka tutup. Tembok dibongkar, diganti pintu buka tutup pada jam tertentu khusus untuk pembeli.

Sejumlah satuan kerja (satker) dihadirkan dalam hearing. Yakni, Asisten Pemerintahan Agus Subagyono, Kepala Dinas Perhubungan Sunardi, Kepala Satpol PP Sukam, dan Kepala Bidang di Dinas Pengelola Pendapatan Keuangan dan Asset (DPPKA).

Imam dari perwakilan paguyuban menjelaskan, langkah pemkot yang menutup pintu kecil di sebelah timur pasar Wonoasih, dianggap telah mengurangi akses jalan dan pendapatan pedagang dari 100 persen menjad 30 persen.

"Satpol PP dan Dishub sudah arogan. Yang tidak tertib itu becak, mengapa pedagang yang kena imbasnya. Penutupannya juga mendatangkan polresta, masalah pintu saja seperti dibikin ribet seperti mau menangkap teroris," tegas Imam.

"Yang kena dampaknya ini pedagang. Aparat seharusnya bisa melayani kami. Kami ini sudah susah kok dibuat susah lagi," sambung Junaedi, salah satu anggota paguyuban yang ikut dalam hearing.

Asisten Pemerintahan Agus Subagyono menyatakan bahwa dasar dari penutupan itu adalah perintah pimpinan. Pasalnya, Wali Kota Buchori pernah lewat empat kali tetapi selalu terjebak macet di perempatan traffic light Wonoasih. Biang keroknya ada di pintu alternatif tersebut.

Kemudian wali kota memerintahkan Dishub dan Satpol PP untuk melakukan penertiban. Sebelum penertiban dilaksanakan, pemkot sudah rapat dengan pihak kepolisian. Bahkan petugas UPTD pasar sudah menyampaikan rencana penutupan itu kepada pedagang pasar.

Pemkot lantas memulai uji coba menutup pintu menggunakan gembok. Tapi, keesokan harinya gembok sudah dibongkar. Lalu turun perintah baru jika pintu itu ditutup. Pintu itu tidak hanya untuk para pembeli, namun jadi tempat bongkar muat. Itulah yang menyebabkan kemacetan.

"Tadi (rapat) ada yang bilang kok seperti menangkap teroris? Itu memang betul. Karena ada indikasi terhadap keamanan di sana. Ada tulisan kalau pintu ditutup maka massa akan ngamuk. Ada juga yang mengancam terkait kejadian Tanjung Priok," timpal Agus.

Kepala Dishub Sunardi menambahkan berjualan di dekat traffic light memang tidak boleh. Pihaknya telah menyampaikan kepada juru parkir untuk parkir dan bongkar muat harus ke terminal. "Setelah ditutup, (jalan) lancar. Tidak macet. Di pasar baru juga demikian, kami tutup di salah satu sisi jalan untuk sementara waktu supaya tidak macet," terangnya.

Mendengar keterangan eksekutif, wakil ketua komisi C Hamid Rusdi berpendapat bahwa adanya ancaman itu mungkin terjadi karena pihak ketiga yang sengaja ingin memancing (masalah).

"Melawan lalu lintas jangan menghambat rezeki pedagang. Harus ada solusi. Jangan menggunakan bangunan permanen. Buka tutup saja pada jam tertentu," sarannya. Asisten menanggapi kalau sebenarnya pemkot sudah pernah menyampaikan sebelum jalan itu ditutup. Ia menduga warga di sana belum terbiasa dengan kondisi seperti itu.

Ketua komisi C Nasution menegaskan solusinya adalah pintu alternatif itu khusus untuk pembeli, bukan untuk bongkar muat seperti yang terjadi sekarang ini. Ia juga meminta pedagang punya pikiran yang proaktif. Artinya, pedagang juga harus punya keinginan untuk melancarkan lalu lintas.

"Jangan malah berjualan di traffic light begitu. Saya juga meminta eksekutif untuk merenungkan kebijakannya," tegas Cak Yon. Eksekutif lalu berjanji secepatnya akan melakukan evaluasi dan menyelesaikan permasalahan pintu di pasar Wonoasih tersebut. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156432

Tidak ada komentar:

Posting Komentar