Rabu, 22 September 2010

Petani Tembakau Rugi Rp 14 M/Hari

Rabu, 22 September 2010 | 10:48 WIB

PROBOLINGGO - Petani tembakau di Kabupaten Probolinggo rugi Rp 1,4 miliar setiap hari selama dua pekan terakhir. Kerugian itu berasal dari rusaknya tembakau rajangan karena tidak terjemur matahari secara sempurna. Data itu diungkap Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Probolinggo H Muzammil.

Muzammil menghitung, areal tembakau seluas 11.475 hektare (Ha) sudah dipanen sekitar 20% dalam bentuk tembakau rajangan. Ketika hujan turun, tembakau rajangan yang dijemur alami dengan mengandalkan sinar matahari banyak yang rusak. Tembakau rajangan yang menghitam akibat guyuran hujan, kata H Muzammil, harga sekitar Rp 8.000/Kg. “Yang jelas tembakau tambelik (warna menghitam) harganya di bawah Rp 10.000 per kilo,” ujarnya dihubungi Surabaya Post, Selasa (21/9).

Sisi lain, jika penjemuran tembakau rajangan itu sempurna karena terik matahari, harganya bisa Rp 30.000-32.000/kg. Selisih harga tembakau rajangan berkualitas dengan tembakau tambelik inilah yang kemudian dihitung pihak APTI. ’’Akhirnya ditemukan, setiap hari ada kerugian sekitar Rp 1,4 miliar. Padahal sejak dua pekan lalu, selama 10 hari Probolinggo diguyur hujan. Yang tinggal mengalikan Rp 1,4 miliar dikalikan 10 hari, ketemu Rp 14 miliar,” ujarnya.

Kerugian petani tembakau, kata H Muzammil, sebenarnya jauh lebih besar dari Rp 14 miliar. Soalnya di awal tanam tembakau, banyak bibit tembakau yang mati. Sebagian petani mengganti 2-3 kali benih yang mati dengan bibit baru dan tentu saja dengan biaya tanam tambahan.

Dalam kondisi normal, kata Muzammil, perputaran uang dalam transaksi tembakau di Probolinggo luar biasa besarnya. ’’Kondisi normal itu tidak ada hujan sehingga tembakau rajangan benar-benar kering, gudang-gudang pabrik rokok di Probolinggo mengeluarkan uang Rp 10 miliar- Rp 14 miliar per hari,” ujarnya.

Angka transaksi tembakau sebesar itu diketahui saat pengurus APTI Kab Probolinggo bersama Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kab Probolinggo menggelar sidak ke sejumlah gudang pembelian tembakau. ’’Dua gudang tembakau milik Gudang Garam dan Sampoerna sudah membeli tembakau petani sejak akhir Agustus lalu, namun belum mencapai 200 ton. Mungkin karena kondisi masih belum normal betul,” ujar Muzammil.

Meski sebagian petani tembakau di Probolinggo merugi, Ketua APTI Jatim H Amin Subarkah menilai petani tembakau di daerah lain di Jatim merugi lebih parah. “Saya menerima laporan, petani tembakau di kawasan barat seperti Tulungagung, Ngawi, dan Madiun rusak parah,” ujarnya tadi malam.

Amin yang juga petani tembakau di Kraksaan, Kab Probolinggo itu menilai tembakau Madura yang selama ini tergolong unggulan juga jeblok tahun ini. “Bahkan harga tembakau Madura tahun ini paling tinggi Rp 26 ribu, kalah jauh dibandingkan tembakau Probolinggo yang menembus angka Rp 32 ribu di tingkat petani,” ujarnya.

Demi menyikapi dampak buruk kemarau basah terhadap nasib petani tembakau, APTI Jatim dan Disbunhut Jatim bakal membahasnya di Hotel Utami, Sidoarjo, 4-5 Oktober mendatang. ’’Akan kami laporkan kerusakan tembakau di berbagai daerah akibat guyuran hujan, sekaligus dibahas bagaimana solusinya,” ujar Amin. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=67a0df3c2f1bb6fbc4f501515518dd21&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar