Rabu, 01 September 2010

Petani Jagung Diprediksi Gagal Panen

[ Rabu, 01 September 2010 ]
Diserang Penyakit, Hanya Tumbuh Daun

TONGAS - Sebagian petani Jagung diprediksi bakal mengalami gagal panen musim ini. Sebab, bibit Jagung yang ditanam petani disebut-sebut berkualitas jelek.

Akibatnya, pertumbuhan tanaman tidak normal. Bibitnya tetap tumbuh, namun tidak disertai tumbuhnya buah Jagung. "Penyakit putih namanya," ungkap Jalil, salah satu petani Jagung di desa Tambakrejo, Tongas.

Penyakit tersebut bahkan bisa menjalar ke seluruh tanaman Jagung yang ditanam. Ciri-cirinya, daun berwarna putih dan lama-kelamaan mengering." Kalau sudah kering, pasti tidak tumbuh Jagung," terang Jalil.

Namun menurut Jalil, penyakit tersebut bukan diakibatkan oleh cuaca. Karena saat ini memang kondisi cuaca tidak bisa diprediksi. "Tidak masalah dengan cuaca," tuturnya.

Bahkab berdasarkan pengalaman panen sebelumnya, tanaman Jagung tumbuh dengan sempurna. Padahal, saat itu cuaca juga sulit diprediksi.

Jalil sendiri dan beberapa petani curiga, rusaknya tanaman Jagung disebabkan oleh bibit yang mereka beli. "Itu mungkin gara-gara bibit yang dipakai sekarang," terangnya.

Masalahnya, rata-rata bibit yang dipakai oleh petani Jagung tersebut sama. "Mereknya sama. Penyakit yang muncul juga sama," tambah Jalil.

Hal serupa dialami Slamet, petani lainnya. Tanaman Jagung miliknya juga mengalami kerusakan. Kerusakan itu ia ketahui ketika umur tanaman mencapai 30 hari. "Umur satu bulan, baru ketahuan kalau kena penyakit putih," ungkapnya.

Saat itu daun Jagung yang ditanamnya mengering. Kemudian selang satu bulan, tanaman Jagung hanya tumbuh daun tanpa disertai tanda-tanda tumbuhnya buah Jagung.

Beberapa cara sudah dilakukan Slamet, mulai pemupukan ulang, hingga pemberian obat anti hama. Namun, sebagian tanaman Jagungnya tetap rusak. "Total sudah 40 persen yang rusak," ungkapnya.

Tidak hanya buah Jagung yang tidak bisa tumbuh, masalah lainnya juga diungkapkan Dulah, petani Jagung lainnya."Pohonnya pendek. Tidak bisa tinggi," ungkapnya.

Ia kemudian menjelaskan, "Padahal dulu kami juga pakai bibit yang sama. Tapi sekarang hasilnya seperti ini." Dia lantas menunjukkan tanaman Jagung miliknya.

Tinggi tanaman terlihat tidak rata. Ada yang pendek dan ada yang sedikit tinggi. "Seperti hasil dari bibit yang kami tanam," jelas Dulah. Menurutnya, jika bibit itu bagus, maka tinggi tanaman akan sejajar.

Kini para petani hanya bisa mengandalkan daun Jagung saat panen nanti. "Untuk pakan ternak atau dijual daunnya," ungkap Dulah pasrah. "Bagaimana lagi. Begini nasib rakyat kecil," imbuhnya.

Bagi dirinya, pemerintah kurang tanggap atas masalah yang sering dialami para petani. Mereka pun berharap, pemerintah bisa menyediakan bibit dengan kualitas yang bagus."Kalau bisa disediakan bibit unggul," pinta Dulah.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari saat di konfirmasi mengatakan, penyakit yang menyerang tanaman Jagung para petani tersebut murni karena kondisi alam. "Itu karena curah hujan tinggi. Karena cuaca tidak bisa diprediksi," terangnya.

Sehingga, air yang berada di petak sawah menggenang dan jumlahnya berlebihan. Kondisi itu menurutnya dapat merusak tanaman Jagung. Salah satunya, buah Jagung tidak tumbuh.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut, pihaknya sudah memberikan sosialisasi di lapangan. Caranya dengan memperbanyak drainase (sistem pengeringan, Red). Dengan jumlah drainase yang banyak, air di petak sawah tidak akan merusak tanaman jangung tersebut. "Dengan drainase bisa menghidari tanaman Jagung menjadi rusak," ungkapnya.

Dirinya juga menolak anggapan para petani bahwa kerusakan diakibatkan dari bibit yang mereka beli. "Produsen tidak mungkin jual produk yang jelek," terangnya. Sebab jika itu yang terjadi, maka produk yang dijual akan tergilas oleh produk saingannya. (d7x/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177627

Tidak ada komentar:

Posting Komentar