Rabu, 01 September 2010

Kisah Saiful Bahar, 17, Warga Banyuanyar Probolinggo yang Nekat Naik Tower

[ Rabu, 01 September 2010 ]
Malam Turun, Diambil Anak oleh Paman

Senin (30/8) lalu Saiful Bahar bikin geger orang tua dan para warga Klenang Lor, Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo. Remaja itu nekat naik tower listrik setinggi 250 meter selama sekitar enam jam. Apa yang membuatnya berbuat senekat itu? Bagaimana kondisinya sekarang?

ABDUR ROHIM MAWARDI, Probolinggo

Warga Klenang Lor Senin sekitar pukul 16.00 itu mendadak gempar. Mereka berduyun-duyun datang ke sawah desa tempat berdirinya tower listrik setinggi sekitar 250 meter. Di puncak tower itu ada Saiful Bahar, putra pasangan Hasbullah, 42, dan Zainah, 40. Saiful nekat naik tower itu karena sakit hati.

Hujan sempat mengguyur petang itu. Saiful tak kunjung turun. Warga, apalagi Hasbullah dan Zainah dilanda kecemasan. Mereka khawatir Saiful kesetrum. Lebih dari itu, mereka khawatir karena Saiful belum makan.

Warga berusaha membujuk Saiful agar mau turun. Tapi, remaja itu tak kunjung mau turun dari tower yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya tersebut. "Tidak ada rayuan yang mempan, Mas," ujar Slamet, kades Klenang Lor.

Sekitar pukul 22.00 malam itu warga akhirnya lega. Saiful turun sendiri karena merasa perutnya lapar. Tapi, setelah Saiful turun, warga tak berani mendekat. Mereka takut bocah itu bakal naik lagi.

Warga hanya bisa membuntuti langkah Saiful yang ternyata memilih pulang ke rumahnya. Selain lapar, kondisi cuaca menjadi faktor berikutnya yang mendorong Saiful turun dari tower. "Katanya (Saiful) turun karena kedinginan di atas," ucap Zainah, sang ibu, saat ditemui Radar Bromo di kediamannya kemarin (31/8).

Menurut Zainah, putranya itu melakukan aksi tersebut secara sadar. Bahkan Saiful tetap berhati-hati ketika menaiki tower. "Dia masih sadar dan tidak mau mati kok, Mas," ujar istri dari Hasbullah yang berjualan tahu itu.

Hasbullah sendiri menduga putranya berbuat nekat karena dilarang ibunya bergaul dengan beberapa temannya. Masalahnya, sang ibu melihat teman-teman Saiful itu nakal-nakal. "Sampai akhirnya Saiful naik tower itu. Itu bentuk kekesalannya," ujar Hasbullah.

Malam itu setelah turun dari tower, Saiful dikuntit Edi, 39. Dia adalah adik kandung Hasbullah. Edi bersimpati pada Saiful. Karenanya malam itu Edi minta pada Hasbullah dan Zainah agar diizinkan merawat Saiful. "Biar saya bawa Saiful ke rumah. Biar bisa bantu saya nanti. Daripada nganggur di sini," ucap Zainah menirukan permintaan Edi malam itu.

Hasbullah dan Zainah pun menyetujui permintaan itu. Edi kemudian langsung mengajak Saiful pindah ke rumahnya. Awalnya Saiful menolak. Tapi setelah dibujuk, Saiful mau juga. "Kamu tidak usah bawa salinan baju. Saya punya banyak di rumah," ujar Edi kala itu. Saiful pun akhirnya pergi bareng Edi.

Menurut Zainah, Saiful akan membantu-bantu mengurus barang dagangan milik Edi. Edi membuka bisnis jual beli pakaian. "Makanya Saiful tidak perlu bawa salinan baju. Kalau di rumah ini, dia tidak sekolah. Selain itu juga nganggur. Jadi statusnya, Saiful itu diambil anak oleh pamannya," tutur Zainah.

Kemarin, ketika Radar Bromo berkunjung ke rumah Zainah, Saiful sudah tidak tampak. Zainah itu bercerita, sejak awal 2010 Saiful mulai berubah. Sebelumnya Saiful termasuk anak yang penurut. Namun sejak bergaul dengan teman-teman yang menurut Zainah nakal, Saiful ikut-ikutan nakal. "Takutnya sekarang cuma sama ayahnya saja. Kalau (kepada) yang lain, biasa saja," kata Zainah.

Hingga lulus SMP pada pertengahan 2010 lalu, Saiful ingin melanjutkan pendidikan ke salah satu SMK. Sebab teman-temannya masuk di SMK tersebut. "Maunya tetap kumpul satu sekolah dengan teman-temannya yang nakal itu," katanya.

Mengetahui niat itu, Zainah melarang Saiful melanjutkan sekolah. Setidaknya hingga Saiful lupa pada teman-temannya dulu. "Tahun depan kalau dia sudah tidak nakal lagi, bisa saja sudah saya sekolahkan ke SMA," tutur Zainah.

Ia mengaku sebenarnya berat hati melepas Saiful ikut Edi. Apalagi akhir-akhir ini Saiful menunjukkan gelagat baik. Sudah tidak menunjukkan sifat nakalnya lagi. Karena kemarahannya saja, Saiful nekad naik tower. "Sekarang sudah tidak senakal dulu," ujar Zainah.

Tapi, Zainah berharap agar dengan tinggal bareng Edi, Saiful ada perubahan perilaku. "Mudah-mudahan bisa kembali jadi anak yang patuh," ucap Zainah. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177639

Tidak ada komentar:

Posting Komentar