Senin, 06 September 2010

Meriah Konser Ramadan

[ Senin, 06 September 2010 ]
Balasyik, Wak Kaji Show, hingga Armada

PROBOLINGGO - Pentas Ramadan Fair dengan bintang tamu Armada band yang digelar di lapangan bakal GOR Kedopok Kota Probolinggo, Sabtu (4/9) malam disambut antusias warga. Penonton tumblek blek memadati lapangan untuk menyaksikan acara persembahan Djarum 76 tersebut.

Armada band menjadi magnit kuat bagi para penggila musik. Penonton berdatangan dari berbagai daerah. Tidak hanya Probolinggo, tapi juga sampai dari Lumajang, Jember dan Situbondo. Mereka sudah berdatangan di Kedopok sejak sore. "Sudah lama saya ingin nonton konsernya (Armada, red). Ini kesempatan, jarang ada konser seperti ini," ujar Ubed, seorang penonton asal Lumajang.

Tak ayal, lalu lintas di Jl Mastrip bergerak merayap. Padahal, konser yang digeber sebagai rangkaian peringatan HUT Kota Probolinggo ke-651 itu baru dimulai sekitar pukul 20.15.

Malam itu sebagai sajian pembuka, tampil orkes gambus balasyik dari Jember. Musthofa Cs menyepa penoton dengan lantunan Salawat Badar. "Mari kita bersalawat terlebih dahulu, semoga kita diberi safaat oleh Rasulullah SAW, dan tidak ada keributan sampai pulang nanti," ajak Musthofa.

Usai bersalawat, Musthofa mengajak penoton untuk mennyai bersama. Kali ini, ia mengusung lagu Nawwar Ti Ayyami, dilanjutkan dengan Hena. Pada lagu ketiga inilah, rupanya penonton yang mulai merasa kepanasan dan berteriak minta air.

Tapi, teriakan berisi permintaan air itu tak mudah dikabulkan oleh panitia. Musthofa pun melanjutkan dengan lagu ke empat. Ujungnya, Musthofa menutup pertemuannya dengan lagu Il Hil Wadi.

Wawali Bandyk Soetrisno sempat naik pentas. Kepada penonton, Bandyk mengajak menyaksikan acara itu dengan tertib tanpa tawuran. "Nontonnya harus tertib, karena kita sama-sama orang Probolinggo," ujarnya.

Selanjutnya, pendakwah asal Bangil yang tenar dengan julukan Wak Kaji Show juga tampil malam itu. Ia mengatakan, sebagai bangsa Indonesia harus cinta Indonesia. Siapapun yang mencoba mengganggu Indonesia harus dilawan. "Saya siap membela Indonesia, sampai titik darah penghabisan," ujarnya.

Ia mengatakan, kalau dunia ini semakin maju. Termasuk Indonesia. Salah satu buktinya sekarang ada handphone (HP). "Orang ngising saja sekarang bisa terima telepon," ujarnya.

"Tapi, jangan menyalahgunakan HP. Kalau sampai disalah gunakan bisa jadi terkana kasus Ariel dengan Luna.... Luna siapa?" tanyanya. "Bukan Luna Maya, tapi Luna meluna," lanjutnya.

Rupayanya, Wak kaji, mengerti dengan apa yang dipikirkan penonton. Ia tidak tampil berceramah terlalu lama. Hanya sekitar 5 menit, ia pun mengakhiri ceramahnya. Dan, panggung sejenak sunyi karena menunggu penampilan Armada.

Penonton, mulai tak sabar untuk menyaksikan penapilan grup band pujaannya. Koor dari arah penonton memanggil-manggil Armada terdengar hingga berkali-kali. Sekitar pukul 21.00 grup band yang terbentuk di Jakarta pada pertengahan Oktober 2007 itu pun muncul.

Rizal sang vokalis, langsung menyapa penonton dengan hangat. "Apa kabar Probolinggo. Sehat...?" tanyanya. Tanpa menunggu jawaban, Rizal mulai melafalkan kalimat; Salahkan bila aku mencintaimu, dan berharap engkau kan jadi milikku, walau banyak yang bilang kau tak pantas untukku.

Kontan, penoton langsung mengikuti apa yang ucapkan oleh Rizal dengan iringan bandnya. Ya, lagu berjudul Cinta Itu Buta tersebut menjadi pembuka band yang dimotori oleh Rizal (vocal), Endra (bass), Mai (guitar) dan Radha (guitar) dan Andith (drum).

Nah, belum tuntas satu lagu, rupanya ada sedikit gaduh di antara penonton. Ada salah satu penonton yang tidak bisa menahan emosinya sehingga terjadi tawuran. Beruntung petugas keamanan bersikap tegas, mereka dicabut dari keramaian dan diamankan di sisi kiri panggung.

Sedikitnya, ada tiga remaja yang diamankan malam itu. Tapi, kepada petugas mereka mengaku kalau dirinya tidak bersalah. Malah, mereka yang mendapat bogem mentah dari penonton lainnya. Petugas keamanan, juga berupaya mengambil bendera yang diusung penonton.

Pasalnya, bendera itu tidak dipegang biasa. Tapi, diikatkan kepada sebatang kayu ada pula yang pada bambu. Sehingga, benar-benar sangat membahayakan bagi penonton yang lain.

group band yang pada 2009 lalu itu, merilis album kedua Hal Terbesar dengan single andalan Buka Hatimu,

Ketengangan semakin terasa kala Armada band membawakan lagu Kasih Tak Dianggap. Para penonton, ada yang mulai melepar botol minuman sampai potongan kayu. Ketegangan itu, cukup pengundang perhatian aparat keamanan.

Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto sampai turun langsung berada di depan panggung, didampingi Kabag Ops Kompol Bambang S. dan Kasat Samapta AKP Sugiman.

Sementara konser terus berlanjut. Band yang sebelumnya bernama Kertas itu, melanjutkan konsernya dengan lagu Tombo Ati-nya Opik. "Ijikan kami membawakan lagunya bang Opik, Tombo Ati, yang sudah diaransemen ulang. Semoga bermakna bagi kita semua," ujar Rizal.

Ku Ingin Setia menjadi lagu ke empat dan ditutup dengan lagu Buka Hatimu. "Terima kasih Probolinggo, baru kali ini saya melihat penonton sebanyak ini. Terima kasih dan sampai jumpa lagi," pamit Rizal.

Disorot MUI

Ternyata, tidak semua orang senang dengan konser Armada yang menghentak Kedopok malam itu. Salah satunya adalah KH Nizar Irsyad Ketua MUI Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo.

Kiai Nizar mengaku sangat prihatin dengan konser malam itu. Konser tersebut dinilai telah mencederai kesucian Ramadan. Terlebih, pada akhir-akhir Ramadan yang semestinya digunakan untuk lebih meningkatkan ibadah. "Saya sangat prihatin dan menyayangkan adanya konser tersebut," ujarnya.

Menurutnya, adanya konser tersebut telah banyak menggangu aktifitas anak muda dan masyarakat sekitarnya. Mereka yang seharusnya mempersiapkan diri untuk berbuka puasa bersama keluarganya. Menjelang magrib sudah berada di jalanan. "Lain lagi, yang mencegat kendaraan di jalan," ujarnya.

Kiai Nizar mengatakan, pihkanya tidak melarang konser itu digelar. Tapi, hanya momennya saja yang yang tidak tepat karena digelar di bulan Ramadan. "Apalagi, di akhir Ramadan, yang seharusnya tarawih jadi tidak tarawih," ujarnya.

Menurutnya, banyak kiai kampung yang juga prihatin dengan konser tersebut. Karena, warga utamanya anak muda yang biasnya tarawih dan bertadarus malam itu jadi ikut konser. "Bahkan, patrol yang biasanya ada setiap sahur (malam itu) tidak ada," ujarnya.

Apalagi moment itu hanya sebatas HUT Kota Probolinggo. "Wong Agustusan saja dipercepat karena Ramadan. Ini kok terbalik, di mana dari Madinah dipanggil untuk memberikan magnet supaya bisa meningkatkan ketakwaan. Ini kok malah ada konser," sesalnya.

Namun, menurut Kiai Niazar nasi sudah menjadi bubur. Kini, pihaknya hanya bisa berharap hal tersebut tidak akan terulang. "Semoga semua pihak, diampuni oleh Allah dan mendapat ridha-Nya. Ini pelajaran bagi semua pihak. Semoga tahun-tahun berikutnya tidak seperti itu lagi," harapnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=178406

Tidak ada komentar:

Posting Komentar