Senin, 06 September 2010

Hujan Terus, Bingung Masa Tanam

[ Senin, 06 September 2010 ]
Kini Ganti Sayur dengan Jagung

SUKAPURA - Hujan saat ini susah diprediksi kapan berakhirnya. Ketika musim kemarau datang seperti sekarang, hujan tetap saja turun. Hal tersebut membuat para petani di Desa Wonokerto, Sukapura bingung menentukan masa tanam.

"Musim ini sulit untuk diprediksi," terang Kusnan, petani sayur-mayur kepada Radar Bromo kemarin (05/9). Di Sukapura sendiri, terutama di desa Wonokerto, mayoritas masyarakatnya mengandalkan perekonomian dari bertani sayuran. Seperti seperti kol, wortel, kentang dan tomat

Masalahnya adalah, bulan ini seharusnya para petani mulai memasuki masa tanam. Namun, hujan masih saja turun. Ini membuat petani tidak bisa memulai masa tanam. Mereka terus menunggu berhentinya hujan.

Waktu tanam sendiri seharusnya mengikuti musim penghujan. Namun, tahun ini hujan turun lebih lama dari biasanya. Ini membuat masa panen petani lebih banyak dari sebelumnya." Tahun ini bisa sampai tiga kali," terang Kusnan.

Meski masa panen bertambah, para petani harus juga menerima konsekuensi lain. Yakni, turunnya kualitas hasil panen mereka karena kadar air pada tanaman berlebih. Itu terjadi pada masa panen kedua di awal Februari lalu.

Panjangnya curah hujan membuat kadar air yang diserap tanaman berlebihan. Akibatnya, beberapa jenis sayuran kualitasnya menurutn. "Kentang yang ditanam ukurannya lebih kecil," terang Suwito, petani sayur-mayur lainnya.

Untungnya, pada masa panen kedua tersebut harga sayur-mayur di pasaran sedang berpihak pada petani. Kol misalnya, bisa mencapai Rp 2000-Rp 3000 per kilogram. Padahal biasanya, hanya Rp 700-Rp 1000 per kilogram.

Namun menurut Suwito, harga jual yang cukup tinggi belum bisa menutupi biaya yang harus dikeluarkan petani. Mulai biaya pembelian bibit dan perawatan tanaman.

Hujan yang berkepanjangan tidak semuanya dianggap merugikan bagi petani. Giantoro, petani sayur mayur lainnya jutru menganggap musim kali ini memberi berkah buat petani.

"Petani bisa panen tiga kali itu berkah mas," terangnya. Namun ia juga membenarkan bahwa panjangnya hujan membuat petani juga sulit memprediksi waktu tanam di tahun berikutnya.

Giantoro pun tidak memasalahkan penurunan jumlah hasil panen. Dia beranggapan, petani sudah terselamatkan dengan harga sayur-mayur yang cukup bagus saat itu.

"Apa mungkin tahun depan juga masih terjadi musim seperti saat ini?" tanyanya. Jadi menurutnya, saat ini petani hanya takut keliru memprediksi musim yang tidak bisa diperhitungkan.

Kini, petani memilih bercocok tanam Jagung. Sambil menunggu waktu yang tepat untuk menentukan waktu tanam sayur mayur.

Rencananya, para petani akan menunggu hingga bulan November. Karena biasanya, di bulan tersebut masa peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan terjadi. "Kita lihat apa di bulan November sudah normal," terang Suwito.

Jika di bulan November nanti kondisi cuaca masih tidak bisa diprediksi, maka masa penanaman diperkirakan mundur. "Mungkin mundur lagi, jika masih seperti ini," pungkas Suwito. (d7x/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=178420

Tidak ada komentar:

Posting Komentar