Senin, 09 Agustus 2010

Pengemis Serbu Masjid Agung

[ Minggu, 08 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO- Menjelang Ramadan, bukan hanya harga kebutuhan pokok yang naik. Jumlah pengemis yang mangkal di Masjid Agung Raudlatul Jannah Kota Probolinggo pun meningkat.

Jumat lalu (6/8) pemandangan itu kian kentara. Sejak pukul 10.30, mereka mulai berdatangan. Bukan dengan berjalan kaki, mereka tiba di lokasi masjid naik angkutan kota (angkot). Para pengemis ini sudah biasa datang setiap Jumat. "Biasa, kalau sudah mendekati Ramadan jumlah mereka semakin banyak," ujar salah seorang jamaah.

Para pengemis itu mereka berjejer di depan pintu masuk menuju halaman masjid. Dengan ekspresi wajah melas, menadahkan tangan kepada setiap jamaah yang datang sambil berkata sak welase.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, jumlah pengemis menjelang Ramadan makin bertambah. Pada bulan-bulan sebelumnya, jumlah mereka berkisar belasan orang.

Tapi, Jumat siang itu pegnemis terhitung mencapai tiga puluh lebih. Dari anak-anak, ibu-ibu bahkan ada yang sudah nenek-nenek. Mereka semua kelihatan kompak. Begitu ada seorang jamaah memberikan uang pada salah satu temannya, mereka semua langsung menyerbu.

Sumi, 45, seorang pengemis asal Kelurahan Jati, Mayangan menyatakan, sudah biasa dirinya menjadi pengemis di Masjid Agung setiap Jumat. Itu, dilakukan untuk membantu perkonomian keluarganya. "Terpaksa, mau kerja apa lagi. Saya hanya ingin membantu suami," ujarnya.

Dengan menjadi pengemis di masjid agung, Sumi mengaku bisa sampai Rp 20 ribu. Tapi, kadang juga bisa lebih banyak. Dan, kalau sudah Ramadan pendapatannya bisa mencapai Rp 40 ribu. "Kalau Ramadan bisa lebih," ujarnya.

Selain Sumiati, ada juga Siti, 27, yang mengaku asli Jmeber. Usianya memang masih muda, tapi perawakannya kelihatan sudah tua. Siti menyatakan hal sama dengan Sumi. "Lumayan, bisa untuk membeli susunya anak," ujarnya.

Padahal, di depan masjid itu ada papan sosialisai yang berisi larangan mengemis. Papan itu bertulikan, Pasal 405 (1) KUHP Barang siapa, mengemis di muka umum, diancam karena melakukan pengemisan dengan pidana kurungan paling lama enam (6) minggu. Papan itu, dipasang oleh Dinas Sosial sekitar 3 bulan lalu.

Hadari salah seorang satpam masjid mengatakan, saat awal-awal papan sosialisasi itu dipasang pengemis tidak berani datang ke depan masjid. Mereka hanya berani menunggu jamaah di sisi selatan dan utara masjid.

Tapi, itu berlangsung hanya sekitar empat pekan alias satu bulan. Sesudah itu, mereka balik lagi. "Dulu mereka (pengemis, red) sempat tidak berani. Karena takut ditangkap sama Satpol PP," ujarnya.

Seiring dengan berjalannya waktu dan tidak ada tindakan dari Satpol PP, para pengemis itu kini kembali lagi ke depan masjid. Mereka berani mencegat dan mengerumuni setiap jamaah yang hendak ke masjid.

Dengan menjadi pengemis, dengan mudah mereka bisa mendapat uang. Tapi, di sisi lain ulah mereka juga mengganggu terhadap jamaah Jumat. Misalnya, ada seorang jamaah yang memberi satu pengemis uang, para pengemis yang lain langsung menyerbu. Lalu, jamaah itu dikerumuni oleh para pengemis yang mayoritas perempuan. "Kalau punya wudhu, lebih banyak batalnya. Karena sudah bersentuhan dengan mereka," ujar Hadi salah seorang jamaah. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173953

Tidak ada komentar:

Posting Komentar