Senin, 09 Agustus 2010

Jamaah Aboge Puasa Mulai Kamis

Senin, 9 Agustus 2010 | 12:37 WIB
Kitab hisab Aboge masih tulisan tangan.

PROBOLINGGO – Bila NU dan Muhammadiyah menetapkan puasa jatuh pada Rabu (11/8), sebagian kaum muslimin yang menggunakan perhitungan Aboge (Tahun Alif Rabu Wage) di Kab. Probolinggo mengawali puasa Ramadan pada Kamis (12/8).

Dengan perhitungan Aboge pula, mereka sudah bisa memastikan Idul Fitri tahun ini jatuh pada Sabtu (11/9) mendatang.

”Sesuai perhitungan Aboge, awal puasa jatuh pada Kamis Pahing atau tanggal 12 Agustus, sementara Idul Fitri jatuh pada Sabtu Pahing atau tanggal 11 September,” ujar Kiai Buri Mariye, tokoh jamaah Aboge di Desa Leces, Kec. Leces, Kab. Probolinggo, Senin (9/8) pagi tadi.

Jamaah Aboge, kata Kiai Buri, menggunakan hisab (perhitungan) kalender Jawa yang ditinggalkan Sultan Agung. Yakni kalender yang menggabungkan penanggalan Hijriyah (dengan bulan Qomariyah) dan tahun Jawa (tahun Saka).

”Tahun ini, 1 Suro 1943 Dal yang menjadi patokan kami jatuh pada pola Daltunis (Tahun Dal Sabtu Manis) atau ada yang menyebut Daltugi (Tahun Dal Sabtu Legi),” ujarnya.

Sambil menunjukkan kitab tulisan tangan, Kiai Buri mengatakan, tahun ini menggunakan pola Donnemro. ”Singkatan dari Romadon hari ke-6 (nem) dan pasaran ke-2 (loro). Setelah kami hitung awal puasa jatuh pada Kamis Pahing atau tanggal 12 Agustus,” ujarnya.

Dengan perhitungan yang sama (Aboge), 1 Syawal sudah dapat dipastikan. ”Idul Fitri menggunakan pola Waljiro atau Sawal, dino (hari) siji, pasaran loro (dua), sehingga jatuh pada Sabtu Pahing atau tanggal 11 September,” ujar Kiai Buri.

Tidak hanya jamaah Kiai Buri yang menggunakan perhitungan Aboge dalam menentukan awal puasa dan Idul Fitri. ”Di Probolinggo ada sejumlah jamaah yang juga memakai Aboge secara turun-temurun seperti jamaahnya Kiai Mahfud di Tigasan Kulon, Leces, Non Ubaidillah, Desa Warujinggo, Leces, dan Kiai Besti, Desa Leces,” ujarnya.

Selain itu masih ada jamaah Aboge yang dipimpin Kiai Rasuli di Desa Sumbersuko, Kec. Dringu, Kab. Probolinggo. ”Di Probolinggo, jamaah yang menggunakan Aboge merupakan murid-murid Kiai Sepuh Majengan, Kramatagung, Kecamatan Bantaran, Kabupaten Probolinggo. Sementara, Kiai Majengan merupakan murid Kiai Sepuh Prajekan, Situbondo,” ujar Kiai Buri.

Sekadar diketahui, sesuai Tahun Jawa yang dipedomani jamaah Aboge, perhitungan tahun berputar selama kurun 8 tahun. Yakni, pertama Alif Rabu Wage (Aboge), disusul Ha Ahad Pon, Jim Awal Jumat Pon, Za Selasa Pahing, Dal Sabtu Legi, Ba Kamis Legi, Wawu Senin Kliwon, dan Jim Akhir Jumat Wage. Permulaan tahun, 1 Suro dihitung berdasarkan ke-8 urut-urutan tahun itu.

”Untuk memudahkan ingatan, jamaah Aboge biasa menyingkat dengan kata-kata yang menarik Aku Harus Jaga Zahro, Dari Berandalan Waru Jinggo. Aku sama dengan Alif, Harus sama dengan Ha, Jaga sama dengan Jim Awal, Zahro sama dengan Za, Dari sama dengan Dal, Berandalan sama dengan Ba, Waru sama denngan Wawu, Jinggo sama dengan Jim Akhir,” ujar Drs Effendi, kemenakan Kiai Buri.

Meskipun mengerti banyak soal Aboge, Effendi mengaku bukan penganut perhitungan Aboge. ”Saya mengikuti pemerintah, hanya saja saya senang mempelajari perhitungan Aboge,” ujar alumnus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember itu.

Justru Effendi tertarik mempelajari Aboge setelah membaca buku hasil penelitian Prof. Dr Syafiq A. Mughni MA, Ketua PW Muhammadiyah Jatim. ”Bukunya Pak Syafiq itu jelas sekali memaparkan bagaimana jamaah Aboge menghitung awal puasa, menentukan Idul Fitri, hingga Idul Adha,” ujar guru SMA Taruna Zulaikha, Leces itu. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=fdda9a02e74db979787c28a079fe51ef&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

1 komentar:

  1. Assalamu’alaikum wr wb salam kenal, saya H Bakri Syam dari pakanbaru riau, setelah saya simak paparan di atas tampaknya perhitungan Islam ABOGE ada persamaan dengan perhitungan rasullulah saw, tetapi ada perbedannya yg saya ketahui diantaranya : 1) tahun 1 bukan huruf Alif tetapi huruf Ha. 2) sebab mulai membilang dari nol. uruf tahu yg ke 7 bukan jin 3 tetapi urufnya Dal 4 . yg mau saya tanyakan ,apa dasar perhitungan / landasannya kok dapat ketetapan seperti itu, dari saya seperti ini :
    ” Telah berkata Rasulullah SAW:
    “Aku lihat dimalam Israk denganku akan sej umlah kalimat di tiang Arasy sebagai berikut : “Allahul Hadi” satu kali, “Hudallah” lima kali, “Jamalul Fi’li” tiga kali, “Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali, “Dinullah” empat kali, “ Badi ussamawati walArdhi” dua kali, “Wailun liman asha” enam kali
    , “Dinullah” empat kali, “Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali,“Ba’di’ussamawati” dua kali, “Jamalul fi’li” tiga kali, “Hudallah” lima kali, “Wailun Liman asha” enam kali, “allahul hadi” satu
    kali,“Ba’di’ussamawati” dua kali ,“Dinullah” empat kali,“Hudallah” lima kali, Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali,“Allahul Hadi” satu kali “Jamalul Fi’li”tiga kali.”
    Berkata Rasulullah SAW:
    “Ambil olehmu awal kalimat yang delapan pertama menjadi huruf Tahun dan awal kalimat yang sebanyak dua belas kedua menjadi huruf Bulan, maka himpunlah huruf tahun dengan huruf bulan, artinya jumlahkanlah, maka mulailah membilang dari hari Rabu atau Kamis , dan dihari mana sampai bilangan, maka hari itu adalah awal bulan itu
    ”, dan Rasulullah SAW berkata:

    “Takwim adalah jalanku, selain puasa Ramadhan”.

    BalasHapus