Jumat, 07 Mei 2010

Sengon Putar Uang Rp 15 M

Kamis, 6 Mei 2010

PROBOLINGGO - Keberadaan hutan rakyat yang sebagian besar didominasi tanaman sengon di lereng Gunung Argopuro, Kab. Probolinggo mendongkrak perekonomian setempat. Bisnis kayu di dua kecamatan, Krucil dan Tiris memutar uang hingga sekitar Rp 15 miliar per bulan.

”Setiap minggu ada perputaran uang Rp 2-5 miliar atau sekitar Rp 15 miliar setiap bulan dari transaksi jual-beli kayu,” ujar Wakil Bupati (Wabup) Probolinggo, Salim Qurays SAg saat menerima Menteri Kehutanan (Menhut) H Zulkifli Hasan SE MM di Desa Kertosuko, Kec. Krucil, Kab. Probolinggo, Rabu (5/5).

Hari itu selain meninjau kawasan hutan rakyat, Menhut juga berdialog dengan warga di halaman kantor Koperasi Serba Usaha (KSU) Alas Makmur KTI di Desa Sukokerto. Menhut juga mengunjungi pabrik pengolahan kayu, PT Kutai Timber Indonesia (KTI) di kawasan pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo.

Sejak sekitar 10 tahun silam PT KTI gencar bermitra dengan warga di Probolinggo untuk menanam hutan rakyat. Hal itu terkait penerapan eco-labelling yang melarang pabrik menebangi kayu dari hutan lestari. Menhut juga mengakui, hutan rakyat bisa mendongkrak perekonomian warga. ”Satu hektare hutan menghasilkan sekitar 700 batang pohon atau sekitar 200-300 meter kubik kayu. Kalau harga kayu Rp 500 ribu per meter kubik, petani bisa meraup Rp 100-150 juta,” ujarnya. ”Saya juga mendengar dari Wabup dan Habib Qodir, di sini banyak haji sengon,” ujar Menhut. Tahun ini sebanyak 40 petani sengon dari dua kecamatan, Krucil dan Tiris bakal berangkat haji ke Tanah Suci.

Dengan lahan yang jauh lebih luas, Kemenhut juga menggencarkan hutan tanaman rakyat di luar Jawa. ”Luasnya 5-15 hektare per KK (kepala keluarga). Kalau 1 hektare menghasilkan 200 meter kubik dengan harga Rp 500.000 per meter kubik, berarti petani bisa mendapatkan Rp 1,5 miliar,” ujar Menhut. Kemitraan Terkait kebutuhan kayu yang terus meningkat, kata Menhut, kalangan pabrikan diminta bermitra dengan warga untuk menanam pohon. Dikatakan di Jatim ada dua industri pengolahan kayu, PT KTI di Probolinggo dan Sampoerna Strategic (pabrik kayu lapis di Jombang) yang menggandeng warga untuk menanam hutan rakyat.

Menhut menambahkan, melalui kemitraan petani dan pabrikan sama-sama untung. ”Melalui kemitraan, kalau Jatim butuh kayu harus dicukupi Jatim sendiri, jangan sampai mendatangkan kayu dari Papua,” ujarnya.

Hutan rakyat merupakan solusi agar hutan primer tetap lestari sebagai paru-paru dunia. ”Agar rakyat mau menanam pohon, kami membantu Rp 50 juta per desa untuk membuat kebun bibit. Tahun ini kami menargetkan 8.000 desa se-Indonesia,” ujar Menhut.

Di Probolinggo sendiri, PT KTI menggandeng sekitar 400 petani di 15 desa di dua kecamatan, Krucil dan Tiris. PT KTI menyediakan bibit dan biaya perawatan, sementara warga menyediakan lahan. Kelak sekitar 5 tahun, saat pohon ditebang harus dipasok ke PT KTI.

”Sekarang lahan hutan rakyat di sini sudah sekitar 4.000 hektare,” ujar Habib Abdul Qodir Al Hamid. Ia dikenal sebagai sosok ulama yang merintis dan mengajak warga di lereng Argopuro menanam sengon. Dengan biaya Rp 1,7 juta/hektare, rintisan lahan 257 hektare sengon pada 2003 itu terus berkembang. (isa)

Sumber: http://www.smecda.com/deputi7/BERITA%20KUKM/get8.asp?id=1330

Tidak ada komentar:

Posting Komentar