Minggu, 31 Oktober 2010

Boiler Kertas Leces Molor 4 Bulan

Minggu, 31 Oktober 2010 | 10:19 WIB

PROBOLINGGO - Keinginan PT Kertas Leces (PT KL) mengoperasikan boiler batubara tepat pada momen 10-10-10 (tanggal 10, bulan 10, tahun 2010) lewat sudah. Karena keterlambatan penyelesaian proyek yang dikerjakan PT Waskita Karya (Persero), boiler batubara itu diperkirakan baru bisa dioperasikan Februari 2011 mendatang.

“Insya Allah, Februari 2011 mendatang, boiler batubara dioperasikan. Tidak bisa dioperasikan pada momen 10-10-10, seperti yang kami rencanakan,” ujar Sekretaris Perusahaan (Sekper) PT KL, Prof. Dr Ir R Abdul Haris MM, Minggu (31/10) pagi tadi. Namun ia enggan menjelaskan penyebab keterlambatan penyelesaian proyek berdana APBN sekitar Rp 175 miliar itu.

Untuk diketahui, pemancangan tiang pertama (ground breaking ceremony) pembangunan boiler batubara itu digelar sekitar setahun lalu. Tepatnya, pada pukul 10, tanggal 10, bulan 10, tahun 2009.

Momen “bersejarah” itu dihadiri Deputi Agroindustri Kementerian BUMN, Ir Agus Pakpahan dan Komisaris Utama PT Kertas Leces, Singgih Riphat. Tampak pula Dirut PT Kertas Leces, Ir Martoyo Sugandi dan Dirut PT Waskita Karya (Persero) Ir M. Kholid MM. Saat itu PT KL merencanakan, proyek boiler batubara bakal dioperasikan pada momen 10-10-10.

Molornya penyelesaian proyek boiler batubara juga berakibat pada molornya distribusi batubara dari Kalimantan Timur (Kaltim). Padahal sebelumnya, PT KL sudah berencana mendatangkan batubara melalui pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo, November-Desember ini.

“Benar, PT Kertas Leces berencana mendatangkan sekitar 38 ribu ton batubara dari Kaltim melalui Tanjung Tembaga,” ujar Administrator Pelabuhan (Adpel) Probolinggo, Wiliyanto.

Disinggung soal molornya kedatangan batubara terkait penyelesaian proyek boiler batubara, Wiliyanto mengaku, tidak tahu. Yang jelas, sebagai operator pelabuhan, pihaknya siap kapan saja melayani pengguna dermaga pelabuhan baru itu.

Bahkan Wiliyanto sempat membuat hitung-hitungan terkait distribusi batubara sebanyak itu. Karena batubara 38 ribu ton itu langsung dibongkar-muat dan diperkirakan bakal habis setelah diangkut sebanyak 400 rit truk.

“Jadi, PT Kertas Leces tidak memerlukan gudang terbuka (open storage) di pelabuhan. Batubara langsung diangkut dengan truk. Saya dengar akan bekerjasama dengan PT Varia Usaha, Gresik untuk mengangkut batubara dari pelabuhan ke Kertas Leces,” ujar Wiliyanto.

Konversi Gas ke Batubara

Selama ini PT KL menggunakan gas alam yang dipasok Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk bahan bakar. Gara-gara menunggak utang gas sekitar Rp 41 miliar, PGN pun memutuskan pasokan gas ke PT KL. Akibat terhentinya pasokan gas, perusahaan kertas milik BUMN itu berhenti berproduksi sejak sekitar 4 bulan lalu.

PGN bertindak keras setelah disemprit BPK terkait tunggakan pembayaran gas PT KL sebesar Rp 41 miliar. PGN sempat menoleransi agar PT KL mau membayar separo tunggakan (sekitar Rp 20 miliar), barulah pasokan gas dipulihkan.

Sisi lain pembangunan boiler batubara itu dimaksudkan sebagai langkah PT KL melakukan konversi (perubahan) bahan bakar gas alam ke batubara. Boiler batubara dinilai lebih hemat dibandingkan dengan gas alam.

“Harga gas alam terus naik sehingga mempengaruhi biaya produksi, sehingga PT Kertas Leces tidak akan bisa bersaing terhadap perusahaan sejenis,” ujar Direktur Produksi dan Pengembangan PT KL, Syarif Hidayat.

Dengan menggunakan boiler batubara, kata Syarif, PT KL bisa lebih berhemat dalam pemakaian energi. “Sebagai perbandingan, perlu 160 dollar AS (sekitar Rp 1,44 juta) per ton kertas, sementara dengan batubara cuma perlu 80 dollar AS (sekitar Rp 720 ribu),” ujarnya.

Biaya pembangunan boiler batubara itu disokong pemerintah pusat senilai Rp 175 miliar melalui penyertaan modal negara pada 2007 lalu. Ide pembangunan boiler batubara sendiri sudah muncul sejak 2005 silam. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=fa779ce7b30627a083d652eae594268d&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar