Jumat, 11 Juni 2010

Yusuf Mansur ke Genggong

[ Jum'at, 11 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO- Ustadz Yusuf Mansyur Rabu malam (9/6) lalu hadir ke Ponpes Zainul Hasan (Zaha) Genggong, Kabupaten Probolinggo. Kedatangan dai kondang itu disambut meriah ribuan santri.

Yusuf Mansyur datang ke Ponpes Zaha untuk bersilaturrahim sebelum mengisi suatu acara di Jember. Ribuan santri sudah menunggunya, sejak sekitar pukul 20.30. Padahal sang dai baru tiba pukul 22.00.

Ketika tiba di Ponpes Zaha, Yusuf Mansur disambut cukup meriah. Ribuan santri yang berbaris rapi itu langsung bersalaman. Yusuf pun melayaninya dengan baik. Tapi, tentu saja tidak semua santri kebagian bersalaman dengan muballigh yang wajahnya sering muncul di TV itu.

Tak lama kemudian, Yusuf Mansyur langsung menuju rumah pengasuh Ponpes Putri Zaha, Nyai Hj Diana Susilowaty alias Ning Sus. Di situ Yusuf Mansyur beramah tamah dan berbincang-bincang dengan beberapa pengasuh dan pengurus pesantren.

Di rumah Ning Sus inilah, Yusuf sempat bercerita tentang dunia pesantren. Menurutnya, dari dulu hingga kini pesantren masih tetap menjadi jujukan masyarakat untuk menuntut ilmu agama. Karena itu, pesantren sangatlah berjasa pada negara dalam membantu mencerdaskan putra-putri bangsa.

Di hadapan sebagian pengasuh dan pengurus ponpes Zaha itu, Yusuf Mansyur mengatakan bahwa pesantren pada saat ini harus lebih terbuka. Artinya tidak hanya terfokus pada pelajaran agama, tapi juga harus mengembangkan ilmu pengetahuan umum.

Demikian juga dalam menerima para calon santrinya. Sebaiknya pesantren tidak dibatasi oleh tempat. Menurutnya, dengan adanya batasan tempat maka jumlah santri yang akan belajar hanya sebatas tempat yang disediakan.

Oleh karena itu, menurut Yusuf akan lebih baik kalau menggunakan sistem pesantren terbuka alias ada santri yang nyolok (tidak menetap di pesantren tapi, berangkat dari rumahnya). "Hal itu, meniru model pembelajaran yang diterapkan di Makkah, Arab Saudi," jelas Yusuf.

Ustadz yang menekuni lembaga mengahafal Al-quran ini mengaku sudah menerapkan sistem tersebut. Terbukti dengan sistem itu semakin banyak peminatnya. Yusuf mengaku saat ini, sudah ada sekitar 70 ribu santri yang belajar di pesantren rintisannya.

Pesantren-pesantren itu tidak hanya tersebar di pulau Jawa. Tapi, juga banyak berdiri di Sulawesi. Menurut Yusuf, dengan pesantren terbuka tidak perlu ada bangunan-bangunan megah untuk belajar. Tanpa adanya bangunan, belajar juga bisa digelar di bawah-bawah pohon. "Bisa lebih praktis, tidak terbatas tempat," ujarnya.

Mendengar itu, Gus Baiduri Faishal alias Gus Dudung yang seorang kepala SMA Zaha ini, mengatakan model semacam itu memang bisa diterapkan bagi santrinya ustadz Yusuf. Yang mana, santrinya fokus pada menghafal Al-quran.

"Memang, menghafal Al-quran itu bisa di mana saja. Meski di bawah pohon bisa, tidak perlu gedung. Tapi, sulit kalau diterapkan pada lembaga formal. Kalau sedang belajar ada hujan bubar. Proses belajar-mengajar juga bubar," ujarnya.

Usai beramah tamah, sekitar pukul 23.00 Yusuf Mansur meninggalkan ponpes Zaha Genggong. Dia melanjutkan perjalannya ke Jember. (rud/nyo)

Sumber:http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=163865

Tidak ada komentar:

Posting Komentar