Senin, 21 Juni 2010

Hutan Kota Dinilai

[ Senin, 21 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Adipura, Adiwiyata dan Kalpataru telah diraih. Kota Probolinggo kini berusaha menggondol piala wana lestari. Kemarin (20/6) tim penilai lomba penghijauan dan konservasi alam ketegori hutan kota 2010 itu datang dan melakukan penilaian.

Sebelum turun lapangan, sekitar pukul 08.00, tim penilai dari pusat tersebut lebih dulu beramah tamah gedung Bina Sabha Praja, Pemkot Probolinggo. Tampak saat itu ketua tim penilai Khoiruddin bersama anggotanya. Mereka disambut Wawali Bandyk Soetrisno dan sejumlah pejabat, Ketua DPRD Sulaiman dan Ketua Komisi C Sri Wahyuni.

Dalam kesempatan itu, Wawali Bandyk memaparkan upaya-upaya pemkot untuk merealiasikan Peraturan Pemerintah (PP) No 63 tahun 2002 tentang hutan kota. Untuk merealisasikan PP tersebut, pemkot telah membuat beberapa perangkat.

Menurut Bandyk, untuk merealisasikan PP tersebut, pemkot telah membuat beberapa perangkat peraturan. Di antaranya perda nomor 19/2002 tentang penetapan kawasan lindung, perda nomor 10/2005 tentang hutan kota, perda nomor 2/2010 tentang rencana tata ruang wilayah Kota Probolinggo 2009-2028. Selain itu masih ada beberapa peraturan wali kota dan surat edaran lainnya.

Bandyk mengatakan, luas kota Probolinggo 5.667 hektare. Sedangkan luas hutan kota kini 1.004,7 hektare. Menurutnya, kalau dipersentase luas hutan kota mencapai 18,4 persen. "Jadi, persentase tersebut melebihi persyaratan minimal yang telah ditetapkan sebesar 10 persen dari luasan total kota," ujar Bandyk.

Selain menjadi tempat rekreatif, hutan kota punya banyak manfaat. Salah satunya menyerap emisi dari kendaraan bermotor. Menurut Bandyk, satu mobil dapat diserap oleh empat pohon.

Sedangkan jumlah kendaran bermotor di Kota Probolinggo mencapai 62.715 unit. Jumlah itu menghasilkan gas emisi total 230.796.509. Jumlah kendaraan bermotor itu, terdiri dari motor sebanyak 52.419 unit dengan gas emisi 124.835.100. Mobil 5.308 unit dengan gas emisi 81.723.539. Bus sebanyak 1.371 unit dengan gas emisi 9. 211.471. Dan sebanyak 3.617 truk yang menghasilkan 15.026.398 gas emisi.

"Dengan jumlah kendaraan bermotor sebanya 62.715 unit, berarti membutuhkan sebanyak 250.860 pohon. Sedangkan luas hutan kota, di Kota Probolinggo seluas 1.004,7 hektare atau setara 401.880 pohon. Jadi hal itu masih bisa diatasi," jelas Bandyk.

Ditemui usai acara, ketua tim penilai Khoiruddin mengatakan selain berfungsi untuk menyerap gas emisi, pada akhirnya hutan kota bisa menjadi tempat rekreasi yang murah dan nyaman. "Hutan kota bisa menjadi wahana rekreasi yang paling murah," ujarnya.

Menurutnya, Kota Probolinggo sudah menjadi yang terbaik se-Jatim. Kini, lomba itu dilakukan untuk memperebutkan piala wana lestari yang diperuntukkan bagi kota yang berhasil menjadi terbaik nasional.

"Kami sebagai tim penilai pusat sudah menerima laporan dari tim penilai dari provinsi. Kami ke sini (Kota Probolinggo), tinggal mengklarifikasi saja, benar tidaknya laporan tersebut," jelas Khoiruddin.

Ia mengatakan, dari hasil tinjauannya itu nantinya akan disampaikan kepada tim pakar. Dan, tim pakar itulah yang akan menilai kota-kota yang layak mendapatkan piala wana lestari. "Hasilnya, nanti kami serahkan kepada tim pakar. Nanti mereka yang akan menentukan segalanya," jelasnya.

Menurutnya, yang menjadi salah satu penilaian adalah rimbun tidaknya hutan kota tersebut. Baik itu di daerah pemukiman, industri, pinggir-pinggir jalan atau ruang terbuka hijau. Dan, sudah memenuhi 10 persen dari luas kota atau tidak. "Kalau benar sudah melebihi 10 persen, berarti sudah surplus O2 (oksigen)," ujar Khoiruddin.

Selanjutnya, tim penilai yang yang terdiri dari 7 orang itu langsung meninjau lokasi hutan kota. Sedikitnya ada 16 tempat yang diagendakan dikunjungi tim tersebut. Di antaranya, alun-alun, TWSL (taman wisata study lingkungan), SMKN 1, SMAN, 4, SMAN 2 dan RTHKP (ruang terbuka hijau kawasan perkotaan) Kedopok.

Yang menjadi urutan pertama adalah alun-alun kota. Tapi tim yang didampingi beberapa pejabat terkait itu langsung menuju TWSL. Setelah berkeliling melihat rimbun pepohonan dan beberapa satwa di TWSL, tim kemudian melakukan pelepasan burung, sebanyak 22 burung.

Pelepasan burung itu dilakukan di dalam sangkar berukuran cukup besar. Terdiri dari burung nuri sebanyak 3 ekor, kakatua goffin 3 ekor, love bird 2 ekor, dara mahkota 2 ekor, 8 ekor merpati dan merpati Sumatera, nuri Ambon dan parkit masing-masing 1 ekor. "Ada 8 ekor merpati dari dinas pertanian, jadi semuanya 22 ekor burung," ujar Fitriawati, kepala Pusat Informasi Studi Lingkungan (PISL) TWSL. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165575

Tidak ada komentar:

Posting Komentar