Kamis, 24 Juni 2010

Bantu Bocah yang Putus Sekolah

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Nasib Rahmat Nur Musleh, bocah 9 tahun warga Jl Dr Wahidin Kelurahan Sukabumi Kota Probolinggo yang terpasa putus sekolah, langsung jadi atensi banyak kalangan. Kemarin (23/4) ada sejumlah pihak yang langsung mendatangi tempat tinggal Rahmat, siap memberi bantuan.

"Alhamdulillah, ternyata masih banyak yang mau peduli dengan kami," ujar Suharyono, ayah Rahmat saat ditemui Radar Bromo kemarin. Ekspresi wajahnya menunjukkan kebahagiaan.

Seperti diberitakan Radar Bromo kemarin. Suharyono hidup dalam kondisi ekonomi sempit. Rumahnya kontrak di sebuah gang di Jl Dr Wahidin. Itupun terbuat dari kayu dan gedhek. Anaknya tiga. Yang pertama, Desy Wahyuni, siap masuk SMP. Yang kedua, Rahmat Nur Musleh, yang sejak dua tahun lalu terputus dari SD.

Rahmat terpaksa putus sekolah karena dua bulan setelah sekolah, dia tak mampu bayar uang seragam. Setelah itu, Rahmat tak sekolah lagi. Sementara Suharyono hanya mendapat nafkah untuk kehidupan sehari-harinya dari pekerjaan sebagai tukang pijat. Ia pun tak sanggup menyekolahkan Rahmat lagi.

Setelah membaca kisah Rahmat dan keluarganya, banyak orang bersimpati. Menurut Suharyono, kemarin sedikitnya ada tiga orang yeng menawarkan bantuan untuk keluarganya.

Sebelum pukul 08.00, ada salah seorang warga Kelurahan Jati Kecamatan Mayangan datang menawarkan bantuan. Guru yang menurut Suharyono bertugas di Mataram itu, menawarkan untuk menyekolahkan Rahmat dan Desy. Dan, segala bentuk biayanya akan ditangggung guru tersebut. Tapi, atas tawaran itu Suharyono masih belum memberi keputusan.

"Saya lupa namanya, tapi katanya dia orang asli Kelurahan Jati tapi tugas di Mataram. Sekarang sedang pulang kampung. Kebetulan baca koran dan ada berita tentang saya," ujarnya.

Berikutnya Andi Wahyu Utomo, ketua Lembaga managemen infaq (LMI) Kota Probolinggo juga langsung datang untuk menawarkan solusi. Lembaga ini siap menyekolahkan Rahmat dan Desy sampai sejauh mereka ingin bersekolah. "Di lembaga kami memang ada program tersebut," ujar Andi.

Andi pun bersedia mengucurkan dana untuk pembayaran segala kebutuhan Rahmat dan Desy. Misalnya, SPP dan uang untuk membeli seragam. "Rencana kami, SPP-nya setiap bulan kami bantu selama mereka masih membutuhkan," ujar Andi.

Tapi, Andi berharap Rahmat dan Andi masih bisa mendapat bantuan dari pemerintah. Apalagi, mereka masih bersekolah di tingkat SD dan SMP. Dan, SD dan SMP memang masih ada bantuan bagi siswa kurang mampu. "Kalau tidak membayar SPP, dananya kan bisa kami gunakan untuk membeli seragam atau untuk transportasi," jelas Andi.

Untuk Suharyono, Andi juga sudah mencanangkan untuk mencarikannya pekerjaan. Apalagi, Suharyono mempunyai skill menyopir. "Nanti saya carikan teman-teman yang membutuhkan sopir. Dia (Suharyono) kan bisa nyopir dan punya SIM A," ujar Andi.

Berikutnya, sekitar pukul 12.00, pada saat Radar Bromo masih di rumah Suharyono, datang rombongan Zulkifli Chalik, seorang pengusaha yang juga ketua DPD Partai Golkar Kota Probolinggo. Ia datang dengan ditemani sekretarisnya, Muchlas Kurniawan, dan beberapa orang pengurus partai Golkar.

Kepada Suharyono, Zulkifli menawarkan untuk menjadikan anak-anaknya sebagai anak asuh. Rahmat dan Desy akan disekolahkan, dan semua bentuk biayanya akan ditanggung. Suharyono juga ditawari pekerjaan, dilunasi utangnya.

Menurut Muchlas ini salah satu bentuk kepedulian Zulkifli terhadap masalah kemiskinan dan pendidikan. Buktinya, beberapa hari lalu Zulkifli memberikan reward para murid yang berprestasi di Kota Probolinggo. Ada empat yang diberi hadiah pada waktu itu. Salah satunya adalah Retno Try Lestari, peraih nilai terbaik UASBN se-Jatim.

"Itu merupakan bentuk kebersamaan dan rasa saling memiliki. Kami tidak ingin di saat kami gembira dan bahagia, ada tetangga yang menangis dan menderita," jelas Muchlas.

Suharyono pun senang mendapat tawaran dari Zulkifli. Dia bersedia menerima semua tawaran yang diajukan oleh Zulkifli. Kepada koran ini, Suharyono mengaku mempunyai utang sekitar Rp 2,2 juta. Itu belum termasuk bunganya sebesar 30 persen per bulan.

"Kami mau terima tawaran ini, karena sebelumnya Pak Zul (Zulkifli) sudah pernah datang ke sini. Dan menawarkan bantuan itu. Alhamdulillah sudah banyak yang mau membantu," kata Suharyono.

Nasib pahit yang menimpa keluarga Suharyono juga jadi perhatian kalangan dewan. Salah satu anggota komisi B Murniati Rahayu mengaku prihatin. Sebagai seorang ibu, sekaligus komite sekolah di SD favorit, Murniati minta Dinas Pendidikan tidak hanya memperhatikan sekolah unggulan di Kota Probolinggo. Karena terbukti, masih ada bocah yang tidak bisa sekolah lantaran duit Rp 160 ribu.

"Murid-murid yang seperti ini (Rahmat) tidak diperdulikan. Terus mau dikemanakan murid yang begini? Setidaknya sekolah juga bisa memberikan dispensasi atau dibicarakan, tidak semata-mata diam saja ketika anak ini tidak bersekolah," kata dewan dari FPDIP itu.

Ia mencontohkan di komite sekolahnya. Ada subsidi silang kepada murid yang tidak mampu. Sehingga murid yang tidak mampu membayar biaya sekolah bisa dicover oleh murid yang tergolong mampu. Dengan begitu persoalan murid tidak sekolah karena tidak memiliki biaya segera terminimalisir.

"Sayang sekali bisa seperti ini. Saya menyarankan jangan hanya mengejak SBI saja, tetapi perlu dipikirkan bagaimana dengan kondisi muridnya. Bagaimana mau mencerdaskan bangsa jika hanya soal biaya, seorang anak tidak bisa melanjutkan pendidikan?" ujarnya.

Sedangkan Wakil Ketua DPRD Abdullah Zabut tidak hanya prihatin. Ia juga mengaku siap mengadopsi Rahmat dan Desy Wahyuni. Maksud Zabut, dua anak Suharyono itu bisa sekolah di pondoknya di Roudlotul Tholibin.

"Kasihan kan mereka. Saya tidak ingin ada anak putus sekolah hanya gara-gara biasa. Prinsipnya, Roudlotul Tholibin siap menerima Rahmat dan juga kakaknya untuk melanjutkan pendidikan. Saya tidak rela dia putus sekolah. Anak-anak kan harus wajar dikdas (pendidikan dasar)," kata Zabut kepada Radar Bromo.

Ia berharap tidak ada lagi bocah-bocah di daerah ini yang sampai putus sekolah gara-gara keterbatasan ekonomi. "Kalau sampai ada lagi, saya sangat mengecam. Pendidikan itu hak warga (anak) bangsa baik itu kaya atau miskin," katanya. (rud/fa/yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166184

Tidak ada komentar:

Posting Komentar