Kamis, 20 Mei 2010

Tabungan Tak Cair, Koperasi Dilurug

[ Kamis, 20 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO - Koperasi Mulyo Bubaring Sengsoro (MBS) Kota Probolinggo, terguncang. Puluhan nasabah kemarin (19/5) sekitar pukul 09.00 melurug koperasi yang berkantor di Jl Hayam Wuruk, Kelurahan Jati itu. Mereka menuntut uang tabungannya dicairkan.

Tapi, permintaan puluhan nasabah itu tidak terpenuhi. Akibatnya, para nasabah itu emosi dan mengamuk pada para karyawan yang saat itu berada di kantor. Para karyawan itu pun tak berani keluar ruangan.

Kontan kejadian itu menarik perhatian warga sekitar dan para pengguna jalan. Lalu lintas di jalan yang menghubungkan Jl Panglima Sudirman dengan Jl A Yani itu pun sempat merambat. Aparat kepolisian pun merapat ke tempat kejadian perkara (TKP).

Para nasabah pun masuk ke dalam koperasi. Mereka menemui beberapa orang karyawan yang saat itu tampak tertunduk lesu di dalam kantor. Melihat para nasabah menghampirinya, para karywan itu hanya bisa terdiam. Bahkan, seorang karyawan perempuan sampai menangis.

Di sisi lain, nasabah terus mengamuk. Ada juga yang sampai menangis histeris karena uangnya belum bisa dicairkan. "Ke mana bosnya? Kamu sudah tahu seperti ini (koperasi ada masalah) kok masih nagih. Ini, kemarin (Senin) masih nagih ke keponakan saya, Pak," ujar Cuplik, salah satu nasabah sambil menunjuk ke arah seorang karyawan perempuan.

Karyawan perempuan bertubuh subur itu hanya bisa menangis mendengar Cuplik ngamuk. Dia terus menunduk dan menyembunyikan wajahnya di balik tubuh teman lelakinya. "Saya hanya disuruh, Bu," jawab karyawan tersebut.

Cuplik mempunyai tabungan yang tidak sedikit berada di keperasi itu. Jumlahnya mencapai sekitar Rp 30 juta. Uang itu terbagi dalam beberapa bentuk tabungan. Sebesar Rp 25 juta disimpan dalam bentuk deposito, selebihnya berupa tabungan biasa.

Nah, uang milik Cuplik itu sedianya sudah bisa dicairkan pada awal Mei lalu. Tapi, sampai kemarin uang itu belum bisa dicairkan. Pihak koperasi belum bisa mencairkan dengan alasan tidak ada uang. "Sejak saat itu (jatuh tempo), saya sudah minta dicairkan. Tapi, sampai saat ini (kemarin) belum dicairkan juga," ujarnya.

Sejak itulah Cuplik terus mendesak pihak koperasi untuk mencairkan uangnya. Tapi, berkali-kali minta, Cuplik bukannya mendapatkan uang. Ia hanya mendapatkan janji-janji. "Dari dulu hanya janji-janji. Saya bilang saya tidak mau makan janji-janji," ujarnya masih dengan nada tinggi.

Cuplik mengaku sempat dibawa ke rumah Manajer Koperasi MBS Krisdaryanto. Menurut Cuplik, saat itu Krisdaryanto mengatakan masih mau menjual aset koperasi dan rumahnya. "Katanya, itu untuk membayar kepada nasabah-nasabah yang tabungannya besar-besar," ujarnya.

Selain Cuplik, ada Salamah nasabah lainnya. Salamah mengalami nasib yang sama dengan Cuplik. Depositonya sudah jatuh tempo sejak awal Mei lalu. Tapi, sampai saat ini belum bisa dicairkan. "Rp 9 juta, uang itu hasil pensiunan suami saya," ujar janda purnawirawan TNI ini.

Menurutnya, sudah sering kali dirinya mendatangi MBS dan meminta uangnya segera dicairkan. Tapi, permintaan itu sampai kemarin belum juga dipenuhi. "Saya hanya mendapatkan janji-janji. Ya Allah, saya hanya mendapatkan janji-janji," ujar Salamah sambil terisak.

Salamah mengaku menabung di MBS sejak sekitar dua tahun lalu. Awalnya, tabungannya mencapai Rp 18 juta. Sejak sekitar setahun lalu, tabungannya tinggal Rp 9 juta dan dialihkan ke tabungan berjangka.

Nah, tabungan itu sudah jatuh tempo sejak awal Mei lalu. Tapi, ketika Salamah hendak mencairkan uangnya, ternyata tidak bisa dilakukan tanpa alasan yang jelas. Ia hanya mendapatkan janji-janji. "Ini saya disuruh mebawa kursi (milik koperasi), saya tidak mau kursi saya mau uang saya kembali," ujar wanita yang kini menjadi seorang pedagang kue keliling ini.

Kemarin Salamah terus menerus menangis histeris dan menyebut-nyebut nama Tuhan. "Ya Allah, tolong ya Allah. Kenapa bisa begini, tolong cairkan uang saya ya Allah," rintihnya di antara tangisan.

Selain Cuplik dan Salamah yang tabungannya sampai jutaan, ada juga Haryono. Tabungannya hanya Rp 300 ribu. Tapi, Haryono bernasib sama dengan Cuplik dan Salamah. "Jangankan itu, yang uangnya jutaan. Saya saja yang hanya Rp 300 ribu, tidak bisa dicairkan. Katanya, tidak ada uangnya," ujarnya.

Informasinya, ada sejumlah wartawan media cetak dan elektronik yang juga menjadi nasabah MBS. Tapi, belum jelas apa mereka juga bisa mencairkan uangnya atau tidak. Namun, sebagian besar mereka mengaku uangnya sudah dicairkan. Dan kini hanya tinggal beberapa puluh ribu rupiah.

Sementara, pemilik sekaligus manajer MBS Krisdaryanto saat hendak dikonfimasi mengenai kasus tersebut, sedang tidak di MBS. Saat dihubungi melalui HP-nya, tidak diangkat. Saat di SMS (short message service), dia hanya membalas: Makasih pak ..., nanti aja ya pak .... Pasti saya temui. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar