Kamis, 20 Mei 2010

Diduga Hentikan Penyidikan, Polres Didemo

[ Kamis, 20 Mei 2010 ]
Soal Kasus Dugaan Korupsi Dana ADD

PAJARAKAN - Ratusan warga Desa Sumberan, Kecamatan Besuk melurug Polres Probolinggo, kemarin (19/5). Mereka menuntut Polres segera menuntaskan kasus dugaan korupsi ADD yang dilakukan Kades Sumberan, Slamet.

Demo dilakukan, sebab diduga penyidikan kasus itu dihentikan oleh Polres. Namun, Polres menegaskan tidak ada penghentian dalam kasus itu. Kasus tetap berjalan. Bahkan, sudah ada 26 saksi yang diperiksa.

Sebelum ngelurug Polres, massa sudah berkumpul sekitar pukul 08.00 WIB di rumah KH. Hasan Fauzi Hasyim Mino. Kiai yang akrab dipanggil Baginda itu memang motor demo tersebut. Namun, mereka tidak segera berangkat. Sebab masih menunggu rekan-rekannya yang lain. Sementara pihak Polres sudah berjaga-jaga.

Namun sebelum demonstrasi dilakukan, Kapolres Probolinggo AKBP AI Afriandi justru mendatang rumah Baginda, sekitar pukul 09.00 WIB. Kapolres langsung ditemui Baginda di teras rumah itu. Sempat terjadi negosiasi agak alot antara Kapolres dan Baginda.

Kapolres menyarankan agar demo tidak dilangsungkan. Alasannya, Kapolres sudah mendatangi rumah Baginda. "Baginda bisa langsung menyampaikan aspirasi pada saya. Di sini," ujar Kapolres.

Namun, Baginda ngotot tetap melakukan demonstrasi di Polres. "Saya menghormati Bapak. Lebih baik di Polres saja. Di tempat Bapak," ujar Baginda dengan nada tinggi.

Perdebatan itu sempat menyulut emosi Baginda. Dia lantas menuju massanya di depan rumah dan memerintahkan massa segera berangkat ke Polres. "Segera berangkat demo di Polres," teriak Baginda.

Sesaat kemudian, Baginda kembali menemui Kapolres. Keduanya kembali berdebat. Namun, beberapa saat kemudian topik perbincangan keduanya berubah. Keduanya beralih membicarakan soal keris.

Sementara itu, demonstran bersiap-siap berangkat ke Polres sekitar pukul 09.40 WIB. Mereka dikawal ketat pihak kepolisian. "Silahkan berangkat. Yang penting jangan anarkis," ujar Kapolres pada Baginda.

Namun, Kapolres tidak beranjak dari rumah Baginda. Mereka berdua tetap berbincang. "Di kantor, anda semua akan ditemui Wakapolres," ujar Kapolres. Kapolres baru pulang, ketika massa selesai demo.

Dalam pantauan Radar Bromo, demonstran diangkut dua truk dan lima pikap. Diperkirakan jumlahnya sekitar 150 orang. Mereka tiba di Polres sekitar pukul 10.20 WIB. Demonstran diturunkan sekitar 200 meter sebelah Timur kantor Polres.

Selanjutnya mereka membentuk barisan ketat. Meski datang dalam jumlah besar, namun demonstran tidak diperkenankan melintasi jalan raya. Kantor Polres berada di Selatan jalan raya. Sementara demo hanya boleh dilakukan di Utara jalan.

Meski demikian, hal itu tidak menyurutkan semangat demonstran. Mereka tetap meneriakkan yel-yel menghujat kepala desanya. Mereka menggunakan sound system yang diangkut salah satu pikap. "Jangan mau dipimpin kades seperti itu. Tahunya hanya makan uang rakyat," ujar salah seorang demonstran.

Demo sendiri berlangsung datar. Demonstran hanya menyampaikan tuntutan-tuntutan mereka. Sekitar 40 menit kemudian, yakni sekitar pukul 11.00 WIB, demonstran beranjak pulang. Mereka kembali dikawal polisi.

Ditemui setelah demonstran bubar, Kapolres Probolinggo AKBP AI Afriandi memberikan penjelasan. Menurut Kapolres, hingga saat ini Polres sudah mendatangkan 26 saksi. "Jadi keliru kalau dikatakan proses penyidikan dihentikan oleh polres," ujarnya. Meski sudah 26 saksi, Kapolres mengatakan jumlah tersebut belum cukup.

Kasus yang dilaporkan kata Kapolres adalah masalah alokasi dana desa (ADD). Namun lanjut Kapolres, poin-poin laporannya ada 12 perkara. "Jadi penyidikannya terus berkembang. Tidak melulu ADD saja," lanjutnya.

Sementara untuk penanganan, Kapolres tidak berani memasang target. Sebab menurutnya, belum tentu sebuah kasus selesai dalam jangka waktu tertentu. "Tapi yang jelas, proses hukum kasus tersebut tetap jalan," ujarnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159377

Tidak ada komentar:

Posting Komentar