Selasa, 31 Agustus 2010

Kemarau, Andalkan Sumur Bor

[ Selasa, 31 Agustus 2010 ]

TONGAS - Kemarau yang terjadi saat ini membuat sejumlah sawah di Desa Tambakrejo, Tongas yang biasa dialiri sungai menjadi kering. Para petani pun mencari cara lain untuk mengairi sawah mereka. Yakni, menggunakan sumur bor yang disalurkan melalui pompa dan dialirkan ke sawah.

Sumur bor bahkan bisa ditemui di masing- masing petak sawah. "Di sini harus pakai pompa untuk pengairan," terang Mahfud, petani Tambakrejo kepada Radar Bromo. Karena itu menurutnya, para petani di Tambakrejo rata-rata memakai pompa air untuk mengairi sawah mereka.

Sebab pada musim kemarau seperti sekarang, sungai yang biasa digunakan untuk mengaliri sungai mulai mengering. Jika ada pun, air harus dibagi rata ke seluruh persawahan yang ada.

"Tidak bisa dibayangkan kalau harus nunggu air dari sungai," terang Mahfud. Jika para petani hanya mengandalkan dari aliran sungai, dipastikan tanaman akan gagal panen..

Karena itu, sudah dua tahun terakhir dirinya memakai pompa air untuk pengairan di sawahnya. Awalnya Mahfud menyewa mesin pompa air yang digunakan. Sebab, harga mesin pompa air lumayan mahal. Satu unit pompa berukuran sedang bisa mencapai Rp 4 juta.

Namun, akhirnya banyak petani yang memilih untuk membeli mesin pompa air. Sebab, ongkos sewa mesim pompa air dirasa tidak sesuai dengan besarnya hasil panen. "Mau tidak mau harus punya mesin sendiri," ungkap Mahfud.

Hal serupa diungkapan Abdulah, petani lainya di Tambakrejo. "Ini daerah minim air. Jadi harus punya pompa air sendiri," ungkapnya. Dengan mempunyai mesin sendiri, para petani tinggal mengeluarkan biaya bahan bakar. Untuk sekali pemakaian pompa air, mereka harus mengisi sekitar 20 liter solar atau setara Rp 90 ribu rupiah.

Sementara jika menyewa pompa air, per hari bisa mencapai rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. Belum termasuk biaya BBM. "Kalau dihitung lebih baik punya sendiri," ungkap Abdulah.

Pengairan sendiri dilakukan sekali dalam jangka waktu 10 hari. Lamanya pengairan untuk satu petak sawah bisa menghabiskan waktu selama sehari."Itu lihat luasnya sawah," ungkap Abdulah.

Selain itu, air yang dialirkan ke masing-masing petak sawah petani juga bisa diberikan ke petak sawah terdekat milik petani lainnya."Kalau petani lainya kesulitan air, tidak apa-apa minta dari sini (pompa air milik Abdulah)," ungkapnya.

Para petani biasanya meletakkan pompa air dengan cara berbeda. Ada yang mendirikan bangunan kecil sebagai tempat pompa air, ada yang menggunakan dinding bambu dan ada yang membawa pulang mesin pompa tersebut.

Unutk mesin pompa yang dibawa pulang, biasanya petani memiliki beberapa petak sawah yang letaknya berbeda. Jadi di masing-masing petak sudah tersedia pipa dari sumur bor yang telah dibuat. "Tinggal pasang saja," ungkap Mahfud (d7x/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177423

Tidak ada komentar:

Posting Komentar