Jumat, 04 Juni 2010

Diklat di SMKN 4 Probolinggo

[ Jum'at, 04 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Selain Jurnalistik Goes to Pesantren, Radar Bromo kini juga membuka program Jurnalistik Goes to School. Sekolah-sekolah umum bisa memanfaatkan program ini untuk memberi bekal ilmu jurnalistik pada murid-muridnya. Dan kemarin (3/6), diklat itu digelar di SMKN 4 Kota Probolinggo.

Dalam program ini, SMKN 4 memilih materi teknik menulis berita dan artikel. Ratusan siswa mengikuti program yang dilaksanakan di ruang bengkel teknik.

Bengkel yang berisi bermacam mesin pun disulap menjadi aula sederhana. Semua mesin dipindah ke bengkel di sebelahnya. Lalu, kursi untuk pembicara ditata di bagian depan, taman kecil, proyektor, dan karpet sebagai alas para peserta. Alhasil, bengkel ini berubah menjadi aula yang cukup nyaman untuk diklat.

SMKN 4 sendiri sebenarnya terbilang sekolah baru. Sekolah dengan lima jurusan ini baru meluluskan satu angkatan. Namun, Waka Kesiswaan Mubari tidak mau menyepelekan kemampuan tulis menulis siswanya.

"Baru-baru ini kami menang lomba jurnalistik. Karena itu, kami memang ingin lebih mendalami jurnalistik ini. Harapan kami, nantinya ada beberapa siswa yang secara serius dididik di bidang ini," terang Mubari pada tim diklat jurnalistik usai acara berlangsung.

Peserta sendiri mengikuti materi yang disampaikan Hana Susanti dari Radar Bromo dengan cukup antusias. Dimulai dengan mengenalkan konsep berita secara sederhana. Acara selanjutnya mengalir dengan lebih banyak proses dialog.

Peristiwa-peristiwa aktual banyak dijadikan contoh. Harapannya, peserta lebih cepat memahami materi yang disampaikan dalam waktu terbatas itu. Suasana pun menjadi lebih mudah cair.

Misalnya, ada pertanyaan tentang cara mengetahui sebuah peristiwa benar-benar fakta atau terjadi. Beberapa siswa pun langsung menjawab, "Datang ke lokasi kejadian."

Pertanyaan pun meluncur lagi. Yakni, bagaimana jika tempat kejadian jauh. "Ya tetap datang. Wartawan memang harus begitu. Datang ke lokasi," jawab peserta lain dengan antusias.

Bahkan saat membahas tentang nilai-nilai berita, beberapa peserta langsung bisa memberikan contoh berita sesuai dengan nilai yang sedang dibahas. "Piala dunia sepak bola termasuk yang mempunyai nilai berita ditunggu-tunggu. Jadi bisa masuk berita, Bu," teriak salah satu siswa dengan semangat.

Setelah teori didapat, proses menulis berita itu yang paling sering jadi kendala. Sebab, jarang sekali orang yang punya kebiasaan menulis. Sebab itu, setelah mendapat teori menulis berita, Hana menyarankan peserta untuk memulai membiasakan aktivitas menulis.

Lalu untuk lebih memantapkan pemahaman peserta tentang cara menulis berita, peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari enam orang. Tiap orang dalam kelompok mendapat peran berbeda. Yakni menjadi unsur dalam 5W + 1H, salah satu cara menulis berita. (hn/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162357

Tidak ada komentar:

Posting Komentar