Senin, 27 September 2010

Telusuri Pesisir, Tanam Mangrove

[ Senin, 27 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Hari jadi Kota Probolinggo ke-651 juga diperingati dengan aktivitas lingkungan. Kemarin (26/9) ratusan perwakilan pelajar dari SMP dan SMA di kota anggur ini melakukan aksi penanaman sepuluh ribu pohon mangrove, dilanjutkan dengan acara telusur pesisir Kelurahan Ketapang, Pilang dan Sukabumi.

Selain para siswa, acara itu juga diikuti oleh Wali Kota Buchori. Ia didampingi Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DPK) Wirasmo.

Sekitar pukul 06.00 acara penanaman mangrove dilakukan di pesisir Ketapang. Wirasmo sebagai ketua kegiatan acara itu mengatakan jika acara tersebut diikuti 500 pelajar. Mereka berasal dari 25 SMP dan SMA se-Kota Probolinggo.

Wirasmo mengatakan, hutan mangrove yang ada di Kota Probolinggo terdapat hampir di sepanjang pantai Kelurahan Ketapang sampai Kelurahan Mangunharjo. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan biota lainnya.

Menurutnya, kerusakan atau hilangnya ekosistem hutan mangrove dapat menghilangkan semua manfaat ekologis mampun ekonomisnya. Sebab, keberadaan dan keutuhan hutan mangrove sangat mempengaruhi kelestarian kawasan pantai. Juga sistem kehidupan biota di kawasan tersebut.

"Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka peringatan hari jadi Kota Probolinggo ke-651 tahun 2010 ini, kami melaksanakan kegiatan telususr pesisir," jelasnya.

Selanjutnya Wali Kota Buchori dalam sambutannya menyatakan bahwa Indonesia mempunyai hutan mangrove terpanjang di dunia. Nomor duanya adalah Brazil. Sayangnya, mangrove di negeri ini separonya mengalami kerusakan. Itu, dikarenakan ketidak tahuan warganya dalam merawat dan menjaga ekosistemnya.

Maka ia mengingatkan pentingnya menanam mangrove. "Menanam mangrove salah satu bentuk cinta tanah air. Dan cinta tanah air adalah sebagian dari iman," ujarnya.

Setelah itu Wali Kota membuka acara itu dengan bacaan basmalah. Selanjutnya ia langsung melangkah dan mengajak anak buahnya untuk turun ke pantai menanam mangrove. Selesai penanaman mangrove, Wali Kota dan seluruh peserta langsung melakukan telusur pesisir.

Peserta dibagi menjadi 9 kelompok. Setiap kelompok ada dua orang pendamping yang bertugas memberi penjelasan kepada peserta. Tapi, ada beberapa pendamping yang kancrit.

Telusur pesisir itu melintasi kawasan pesisir di tiga kelurahan. Yakni Kelurahan Ketapang, Pilang dan Sukabumi. Jaraknya sekitar 10 km, dan ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam. Rutenya berkelok-kelok, juga ada beberapa tantangan.

Walau begitu, peserta tampak menikmati perjalanan tersebut. Bahkan, ketika harus melintas di jembatan yanga lebarnya hanya sekitar 30 cm, mereka juga tidak begitu khawatir.

"Mana Bu, katanya ada jembatan yang cukup menantang, tapi kok biasa saja?" tanya salah seorang siswa kepada pendampingnya.

"Sebentar lagi, ada jembatan yang hanya terbuat dari bambu dan pohon bakau," jawab wanita berjilbab yang jadi pendamping.

Memang, tak lama kemudian peserta memang harus melewati jembatan yang hanya terbuat dari bambu utuh dan pohon bakau. Tapi, jembatan itu juga cukup aman dan siswa tidak sampai mengalami kesulitan.

Tapi, perasaan takut jatuh terlihat dari ari muka beberapa orang siswi. "Dulu, ini masih belum ada pegangannya. Karena acara ini, dipasangi pegangan," ujar petugas yang menjaga jembatan tersebut.

Kemungkinan ada peserta tersesat sangat kecil, pasalnya jarak antara mereka sangat dekat. Meski ada beberapa peserta yang usil dan mengubah rambu-rambu yang dipasang panitia. Apalagi, di setiap hendak melintas jembatan juga ada petugasnya.

Justru, ada peserta yang sedikit mengalami kesulitan ketika hendak melintas di sebuah jembatan yang hanya terdiri dari dua batang pohon bakau. Padahal, jembatan itu cukup pendek. Tapi, bisa dimaklumi. Karena, jembatan itu sudah licin karena banyak lumpurnya. Bahkan, ada beberapa orang peserta yang sampai kakinya terjepit diantara dua pohon yang dijadikan jembatan itu.

Sekitar pukul 09.00, seluruh perserta sudah sampai di titik finish, yakni di La Tangkring. Sampai di titik finish, peserta langsung mendapatkan nasi bungkus gratis. Sambil mengisi perut, mereka juga bisa menikmati suara biduan yang diundang khusus dalam acara tersebut. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181128

Tidak ada komentar:

Posting Komentar