Selasa, 28 September 2010

Keluarga Curigai Teman dan Majikan

[ Selasa, 28 September 2010 ]
Buntut Kematian PRT di Pakuwon City

LUMBANG - Kasus kematian Nasipa di perumahan Pakuwon City Surabaya beberapa waktu lalu masih menyisakan pertanyaan. Pihak keluarga pembantu rumah tangga asal Dusun Krajan Timur, Desa Lumbang, Kabuapaten Probolinggo itu melihat banyak hal yang janggal pada kematian Nasipa yang ditemukan tewas setelah 3 minggu tergeletak dalam kamar mandi.

Sebelumnya, dalam pemberitaan salah satu surat kabar Senin (27/9) lalu, dikabarkan Nasipa ditemukan tewas oleh Suliyem, 30, PRT (pembantu rumah tangga) yang baru bekerja juga di rumah Dicky Nugraha, majikan korban.

Itu setelah Nasipa tidak diketahui keberadaanya sejak 3 september 2010 lalu. Sempat diduga korban melarikan diri dari rumah Dicky, karena sebagian pakaian Nasipa sudah tidak ada.

Muncul juga kecurigaan terhadap PRT lainnya yang bernama Siti Mutmainah, 30, asal Malang. Konon karena Siti pernah menuduh bahwa Nasipa pernah mencuri uangnya sebesar Rp 1,2 juta.

Dari kejadian itu, kemarin (27/9) Radar Bromo menemui salah satu keluarga korban. Abd. Rahmat, merupakan salah satu anak Nasipa. "Banyak Kejanggalan atas kematian ibu saya," Jelas Rahmat, saat ditemui kemarin di rumah duka. Berbagai kecurigaan itu menjurus kepada Siti Mutmainah serta majikan Nasipa di Pakuwon City.

Rahmat pun bercerita bahwa, pada waktu Hari Raya yang lalu Nasipa hendak libur lebih dahulu, dengan alasan akan menjenguk salah satu keluarga yang hamil. "Pada waktu itu, ibu mau pulang duluan," jelasnya.

Kabar yang Rahmat dengar justru Nasipa akan pulang bareng dengan Siti. Saat itu majikannya berkata, bahwa kalau mau pulang, akan diantar sampai ke terminal Bungurasih Surabaya.

Ketika keesokan harinya, sang majikan bertanya kembali pada Siti apa mereka mau diantar. Siti sendiri menjelaskan bahwa, Nasipa sudah pulang dijemput oleh seorang laki-laki di waktu Subuh. "Itu laporan Siti ke majikan," jelas Rahmat.

Karena Nasipa diduga sudah pulang duluan, maka Siti saja yang diantarkan ke Bungurasih. Yang jadi pertanyaan Rahmat adalah mengapa sang majikan juga langsung percaya kepada Siti. "Padahal itu merupakan tanggung jawab majikan terhadap pekerjanya," terangnya

Rahmat kemudian melanjutkan "Kok bisa keluar dari rumah Subuh?" Masalahnya, di perumahan tipe Pakuwon city selalu dijaga ketat oleh satpam. Jadi setiap orang yang keluar masuk pasti diketahui oleh petugas.

Yang membuat Rahmat semakin curiga adalah Siti menuduh Nasipa mencuri beberapa barang miliknya. Barang-barang yang dituduh dicuri oleh Siti adalah uang dan radio. Padahal, di TKP tidak terbukti ada barang-barang yang dicuri Nasipa.

Masalah lainnya adalah uang THR dan gaji bulanan Nasipa belum diberikan. Justru Siti sudah lebih dahulu menerima uang dari majikannya. "Siti sudah menerima lebih dahulu," jelas Rahmat.

Dugaan pun muncul dari Rahmat bahwa, ada kerjasama antara majikan dengan Siti untuk menghilangkan jejak Nasipa. "Ini ada istilah kerjasama di antara keduanya," jelasnya.

Tidak hanya itu, Rahmat juga menduga Sumarmi orang yang bekerja menyalurkan Nasipa kerja di Surabaya. Saat itu Sumarmi tidak langsung mengecek kondisi korban di rumah sakit. "Mereka juga tidak bertanggung jawab," keluh Rahmat.

Mereka (pihak penyalur) hanya bersantai-santai di rumah, sedangkan Rahmat terkendala oleh jauhnya jarak Probolinggo menuju Surabaya. "Mereka malah santai di rumahnya," terang Rahmat.

Kecurigaan lainnya juga muncul saat membayar administrasi rumah sakit. Pihak majikan tidak mau membayar uang administrasi. "Kenapa saya yang harus bayar," jelas Rahmat. Padahal Nasipa masih menjadi tanggung jawab majikan."Mungkin karena sudah bersekongkol, merasa tidak perlu mengeluarkan biaya lagi," curiganya.

Sementara itu, Mahmud Kepala Desa Purut yang pada waktu kejadian ikut berangkat ke Surabaya juga menjelaskan bahwa, pihaknya masih berkoordinasi dengan pihak kepolisian."Kami masih terus berkoordinasi," pungkasnya.(d7x/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181651

Tidak ada komentar:

Posting Komentar