Minggu, 22 Agustus 2010

Inilah Hisbullah, Warga Probolinggo yang Sedang Membuat Alquran Tulisan Tangan

[ Sabtu, 21 Agustus 2010 ]
Dimulai 2009, Kini Tinggal Tujuh Juz

Orang yang punya kemampuan menulis kaligrafi bisa jadi jamak. Tapi, sedikit sekali penulis kaligrafi yang sampai membuat Alquran secara utuh dengan tulisan tangannya. Di Kabupaten Probolinggo ada Hisbullah yang melakukan pekerjaan itu.

ABDUR ROHIM MAWARDI, Probolinggo

HISBULLAH adalah warga Desa Sukomulyo, Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Lelaki 30 tahun itu sejak 2009 lalu punya kesibukan istimewa. Membuat Alquran dengan tulisan tangannya. Dan sampai saat ini pekerjaan itu belum rampung. Hisbullah menyebut Alquran tulisannya itu bakal jadi Alquran pertama yang ditulis tangan orang Probolinggo.

Kemarin saat Radar Bromo bertandang ke rumahnya, Hisbullah terlihat tekun melakoni pekerjaan istimewanya itu. Dia hanya mengenakan sarung dan kaus warna putih. "Santai saja, Mas. Sambil nunggu waktu buka puasa," kata Hisbullah.

Hisbullah mengerjakan tugasnya itu dengan cara lesehan. Peralatan lengkap tersedia di sisi kanan dan kirinya. Sebagian peralatan juga ada di depan meja tulisnya. Ada boks yang penuh dengan tinta dan beragam jenis pena, berikut sebuah penggaris.

Menurutnya jenis tulisannya yakni Alquran pojok dengan rasm (ilmu penulisan mushaf Alquran) Ustmani, standar yang ada di Indonesia. Dikatakan pojok karena di setiap halaman dipastikan selesai dengan akhir bacaan sebuah ayat. Sementara rasm ustmani adalah sebuah aliran penulisan. "Ada ciri-ciri khusus. Misalnya penanda panjang pendek tulisan. Berbeda dengan standar Makkah," jelas Hisbullah.

Hisbullah mulai menulis Alquran tersebut sejak 1 Januari 2009. Saat itu Hisbullah mendapat tugas pesanan dari H Fais Abdur Rozaq, guru Hisbullah di bidang khath (seni kaligrafi) asal Bangil.

Padahal kata Hisbullah, dirinya belum pernah sekalipun menulis Alquran. "Tapi saya terima saja. Sebab saya yakin bisa melakukan. Apalagi beliau (H. Fais) adalah kaligrafer kesohor di Indonesia," tutur Hisbullah.

Untuk menulis, Hisbullah menggunakan 6 jenis pena. Ukuran mata penanya beragam. Dari 0,5 milimeter hingga 3 milimeter. Sementara kertas yang digunakan adalah kertas ukuran A3 dengan ukuran 42 x 30 cm. Sementara tinta yang digunakan adalah tinta China. "Tinta jenis ini tidak bisa luntur kena air," tutur Hisbullah.

Menurut Hisbullah, Alquran itu direncanakan berjumlah setebal 610 halaman. Hingga kemarin, Hisbullah sudah berhasil menulis setebal 435 halaman. Yakni sampai surat Yasin, juz 23. "Tersisa 7 Juz lagi," ujar Hisbullah.

Kapan rencananya diselesaikan? Hisbullah memperkirakan pekerjaan itu kelar akhir tahun ini. Pengerjaannya jadi lama karena Hisbullah memiliki cukup banyak kegiatan. Selain menulis Alquran, Hisbullah juga mengajar kaligrafi di tiga tempat. Yakni di Ponpes Raudlatul Jannah Gending, TPQ Al-Ikhlas Maron, dan Ponpes Robithatul Islam Krejengan. Hal itu sudah dilakoni Hisbullah sejak beberapa tahun lalu.

Selain kesibukan itu, sejak Desember 2009, Hisbulah harus konsentrasi mengikuti pembinaan. Sebab Hisbullah harus mewakili Jawa Timur pada kejuaraan nasional MTQ 2010 di Bengkulu. Pelaksanaannya pada Juli lalu.

Berikutnya, sejak Desember, setiap bulan Hisbullah harus ikut pembinaan selama 4 hari. Tempatnya di Bangil dan Tretes. Hasilnya? "Tidak tembus jadi juara, Mas," tuturnya.

Hisbullah belajar pertama kali sejak usia 17 tahun. Secara otodidak, Hisbullah berhasil mengembangkan kemampuannya itu. Tapi, Hisbullah sudah berhasil menjuarai banyak lomba khath.

Prestasinya antara lain menjuarai lomba MTQ tingkat Kabupaten Probolinggo cabang khath 4 kali berturut-turut. Yakni sejak 2000 hingga 2004. Selanjutnya juara II tingkat Jawa Timur 2005 di Kabupaten Sumenep. Selanjutnya juara 1 pada kejuaraan yang sama pada 2007.

Di tingkat nasional, Hisbullah menjadi juara harapan 1 tingkat nasional 2006 di Kendari Sulawesi Utara. Penghargaan paling berkesan adalah menerima penghargaan sagu hati dari negara Brunei Darussalam. Yakni pada peraduan menulis khath ASEAN pada 2007 lalu. "Waktu itu saya tinggal sementara di Brunei Darussalam. Ikut kejuaraan," kata Hisbullah.

Hisbullah adalah lulusan MA NU Kraksaan pada 1999. Sayang, ia tak bisa meneruskan kuliah karena terkendala biaya. Namun, berkat prestasinya dari lomba-lomba khath, sejak 2006 ia bisa kuliah di sebuah perguruan tinggi di Probolinggo. "Biaya kuliah saya dapat dari menjuarai lomba-lomba tersebut," tuturnya.

Menurut Hisbullah, kaligrafer penulis percetakan yang ada di Kabupaten Probolinggo hanya ada 4 orang. Namun yang sampai menulis Alquran hanya dirinya. Untuk "proyek" ini, Hisbullah mengaku tak pernah melakukan persiapan khusus.

Dalam batinnya, Hisbullah punya keinginan lebih besar. Yakni menulis Alquran dalam lembaran lebih besar. "Entah kapan. Masih belum bisa terlaksana. Masih berupa keinginan saja," katanya. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175830

1 komentar:

  1. masyaallah ustadz hizbullah...semoga keinginannya bisa tercapai...

    BalasHapus