Minggu, 22 Agustus 2010

Kompor Oplosan Dapat Dukungan DPRD

Sabtu, 21 Agustus 2010 | 20:54 WIB
DPRD Probolinggo mengunjungi rumah Khodijah.

PROBOLINGGO - Kompor berbahan bakar oplosan solar-detergen temuan Siti Khodidjah (35), ibu rumah tangga di Jl. Abdul Hamid Kota Probolinggo mendapat apresiasi dari Komisi B DPRD setempat. Kompor tersebut menjadi solusi bagi keluarga miskin (gakin) yang tidak mampu membeli minyak tanah (mitan) non-subsidi.

“Mitan non-subsidi kan mahal, Rp 7.500-8.000 per liter, sementara sebagian warga takut menggunakan elpiji. Sehingga kompor solar-detergen ini sebagai solusi,” ujar Ketua Komisi B DPRD, Sri Wahyuningsih, Sabtu (21/8) pagi tadi.

Politisi Partai Demokrat itu juga menyaranka agar Diskoperindag menindaklanjuti temuan Khodijah itu. “Kalau perlu diteliti keamanan bahan bakar oplosan solor-detergen itu,” ujarnya.

Sementara itu Wakil Ketua Komisi B, Agus Riyanto menilai, temuan kompor solar itu mengindikasikan, program konversi mitan ke elpiji kurang berhasil. “Buktinya, warga masih ketakutan menggunakan kompor elpiji yang rawan meledak,” ujarnya.

Khodijah sendiri mengaku, menerima paket bantuan kompor dan tabung elpiji. Namun setelah itu dijual dengan harga Rp 70 ribu. “Terus terang saya takut menggunakan kompor elpiji. Daripada nganggur ya saya jual,” ujarnya.

Terkait temuan kompor solar, Komisi B DPRD pun menyempatkan diri mengunjungi rumah Khodijah, Kamis (19/8) lalu. Kunjungan mendadak itu diikuti Sri Wahyuningsih, Agus Riyanto, Farina Churun Inin, Syaifudin dan Eko Laksono.

Di hadapan anggota komisi DPRD yang membidangi perekonomian itu, Khodijah diminta menerangkan asal-muasal temuannya. Diceritakan menjelang digelindingkannya program konversi mitan ke elpiji, harga mitan sudah melambung di atas Rp 5.000.

“Saya dapat ide ketika menyaksikan sejumlah perahu nelayan menggunakan bahan bakar solar dioplos minyak tanah,” ujar Khodijah. Ia berpikir solar sifatnya mirip minyak tanah, sehingga kemungkinan bisa digunakan untuk bahan bakar kompor.

Awalnya Khodijah mengaku menghadapi kendala ketika kompor solar itu menimbulkan bau menyengat. “Bau solar menyengat, nasi pun ikut terkena baunya,” ujarnya.

Ia pun mencoba menambahkan sabun colek ke dalam solar, ternyata baunya tetap menyengat. Akhirnya ia mendapatkan formula yang pas, 1-1,5 liter solar dicampur dengan satu sendok makan bubuk detergen. Hasilnya, kompor tidak lagi menimbulkan bau.

“Kompor ini irit, satu liter solar bisa sampai tiga hari, sementara dengan minyak tanah hanya dua hari,” ujar Khodijah.

Komisi B DPRD pun sampai meminta Khodijah mempraktikkan bagaimana cara mengoplos solar dengan detergen. Khodijah kemudian menuangkan sesendok makan detergen ke dalam 1,5 liter solar di dalam botol. Botol kemudian dikocok sekitar setengah menit.

Sejak temuan Khodijah diberitakan media, sejumlah warga mendatangi rumah ibu dua anak itu. Mereka menanyakan penggunaan kompor berbahan bakar solar-detergen. “Silakan kalau ada warga yang ingin mengikuti jejak saya,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=38b65e39dbba7f1cee249cb1c9ff6305&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c


Tidak ada komentar:

Posting Komentar