Senin, 31 Mei 2010

Lagi, Kerapan Sapi di Gor Kedopok

[ Senin, 31 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO-Warga Kota Probolinggo kembali mendapat tontonan menarik, kerapan sapi. Budaya khas pulau Madura itu, kembali digelar di bakal GOR Kedopok. Minggu (29/5), merupakan hari terakhir dan sudah memasuki babak final.

Lomba kali ini bisa dibilang lebih mini dibanding tahun sebelumnya. Pasalnya, kali ini pesertanya hanya berasal dari Kota dan Kabupaten Probolinggo saja, alias tidak ada peserta dari luar daerah. Tapi, animo masyarakat masih cukup tinggi untuk mengikuti dan menyaksikannya.

Buktinya, kemarin meski terik matahari cukup menyengat warga tetap semangat menyaksikan ajang tahunan itu. Untuk melawan cuaca panas warga menggunakan payung, bahkan sampai ada yang merentangkan kain sewek di atas kepala.

Tapi usaha untuk menghalau panas itu justru sempat mengganggu jalannya lomba. Lantaran, sapi yang hendak dilepas menjadi rewel untuk berlomba. Panitia menilai, sapi-sapi itu takut kepada payung dan sewek yang digunakan warga untuk berlindung dari panas.

"Aduh buk-ibuk, pajungngah totop kadek, dekkih mon sapenah lah eyocol anggui pole. Sapenah takok ka pajungngah. Jhe' sambinah mon takok ka panas mak nyelonot dek ennak (Wadu, ibu-ibu payungnya ditutup dulu, nanti kalau sapinya sudah dilepas pakai lagi. Sapinya takut sama payungnya. Kalau takut kepanasan kok masuk (datang) ke sini)," ujar pembawa cara melalu pengeras suara.

Mendengar itu, para penonton itu tetap saja menggunakan payungnya. Hanya ada sebagian penonton yang dekat dengan titik start menuruti apa kata panitia. "Totop-totop, panitianah bhellis (tutup-tutup, panitianya marah)," ujar seorang ibu kepada temannya.

Meski tidak ada peserta dari luar Probolinggo. Pesertanya cukup banyak juga. Jumlahnya mencapai 84 pasang sapi. Meraka adalah para pecinta kerapan sapi di Kabupaten dan Kota Probolinggo.

"Untuk saat ini, pesertanya hanya dari kota dan kabupaten. Karena kalau ada peserta dari luar daerah, waktunya bisa sampai tiga hari. Peserta yang lain tidak mau, kalau sampai tiga hari," ujar, Imam Syafi'i ketua panitia acara tersebut.

Imam menyatakan, digelarnya acara itu adalah untuk melestarikan salah satu budaya bangsa Indonesia. Selain itu, juga untuk memberikan hiburan kepada warga Probolinggo. Terutama yang berketurunan Madura. "Sebagian besar masyarakat Probolinggo pandalungan (perpaduan ) dari Jawara (Jawa-Madura)," ujarnya.

Selain itu, juga untuk meningkatkan daya jual sapi-sapi yang sudah dipelihara oleh warga Probolinggo. "Sapi-sapi itu kan banyak yang berasal dari Madura. Dan, dipelihara oleh warga Probolinggo. Ternyata, hasil peliharaan warga Probolinggo bisa berlari lebih cepat dibanding yang dipelihara warga Madura," jelas Imam.

Dengan adanya lomba itu, akan diketahui seberapa kuat sapi-sapi itu berlari. "Dalam lomba itu kan juga hadir orang-orang Madura yang siap membeli sapi-sapi terbaik. Tentu dengan harga yang tinggi," jelas Imam. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161572

Tidak ada komentar:

Posting Komentar