Jumat, 23 Juli 2010

Pariwisata Ketubli

Jum'at, 23 Juli 2010

Yusak Anshori
Ketua Dewan Pariwisata Indonesia Jawa Timur

Tourism is about coordination, synergy, and consistency (Anshori dan Strya, 2008). Hal ini juga berlaku untuk pengembangan pariwisata di bagian tengah selatan Jawa Timur. Ketubli adalah singkatan dari Kediri, Tulungagung, dan Blitar.

Wilayah Kediri, Tulungagung, dan Blitar sebenarnya memiliki beberapa objek wisata yang cukup menarik untuk dikembangkan. Apalagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiliki rencana untuk membangun jalan tol di sepanjang kawasan selatan Jawa Timur mulai dari Jember sampai Pacitan. Tujuannya adalah untuk mempermudah pengangkutan sumber daya alam yang dihasilkan dari pantai selatan Provinsi Jawa Timur.

Jika jalan tol ini selesai, titik pertemuan jalan tol selatan ke Surabaya akan terletak di Kediri. Kabupaten Kediri dan Kota Kediri merupakan persimpangan kebudayaan yang cukup menarik. Kediri menjadi wilayah yang unik karena pengaruh wilayah Jombang, Blitar, dan Tulungagung, serta Mataraman yang bersinggungan dengan masyarakat, membuat warga Kediri memiliki budaya dan gaya berbicara berbeda-beda.

Kediri utara lebih banyak dipengaruhi oleh budaya dan gaya bicara Jombangan. Kediri timur banyak dipengaruhi budaya dan gaya bicara Malangan. Kediri selatan banyak dipengaruhi gaya Blitaran dan Tulungagungan. Sedangkan Kediri barat lebih banyak dipengaruhi gaya Mataraman.

Rencana Pemprov Jatim membangun jalan tol dan Kediri sebagai titik temu menuju jalan tol menuju Surabaya dan sebagai persimpangan kebudayaan akan menjadi daya tarik tersendiri jika potensi wisata yang ada dikemas dan dikembangkan dengan baik. Sebaiknya pemkot/pemkab di Kediri, Tulungangung, Blitar, bersiap diri dan melakukan koordinasi mulai dari sekarang berkaitan dengan apa saja yang diperlukan untuk mengembangkan kawasan wisatanya jika realisasi jalan tol tersebut terwujud.

Seharusnya pemerintah daerah banyak belajar dari kesalahan yang lalu seperti Jembatan Suramadu, ketika proyek infrastruktur dibangun tidak sekalian menyiapkan apa yang akan dilakukan pascapembangunan. Setelah proyek selesai dibangun baru tergopoh-gopoh menyiapkan. Ketika masyarakat mengkritik, pemerintah juga sibuk mencari kambing hitam. Ketika kambing hitamnya tidak ditemukan pemerintah marah-marah. Ketika hal itu selalu terjadi berkembangan pariwisata tidak akan pernah maju.

Membuka Batas Wilayah

Ukhuwah pariwisataiyah di keempat wilayah tersebut mutlak diperlukan khususnya antara Kota Kediri dan Kabupaten Kediri. Kedua wilayah ini sama-sama menyandang nama Kediri. Hal ini akan menjadi sulit kalau sudah disibukkan dengan wilayah administrasi, apalagi jika masing-masing mengandalkan arogansi kedaerahan dan tidak ada yang mau mengalah. Ketika ukhuwah antara kota dan kabupaten di Kediri sudah dilakukan maka perlu ada pendekatan dengan Blitar dan Tulungagung.

Dalam pariwisata yang terpenting adalah mendatangkan wisatawan, sehingga memberikan efek ganda secara ekonomi dengan tetap mempertahankan budaya dan muatan lokal yang ada daerah. Tanpa adanya koordinasi antarwilayah (Kediri, Blitar, Tulungagung) akan sulit menarik wisatawan karena keterbatasan objek wisata yang ada di masing-masing daerah. Akan tetapi jika keempat wilayah tersebut berkoordinasi dan bersinergi untuk bersama-sama mengadakan kegiatan pariwisata yang bersifat khas menyangkut budaya lokal dan konsisten dilakukan setiap tahun, maka akan memberikan makna tersendiri dalam pengembangan pariwisata Ketubli.

Kediri dapat direpresentasikan dengan wisata budaya. Tulungagung memiliki keunikan alam dengan gua dan lautnya sedangkan Blitar direpresentasikan dengan wisata sejarah.

Kediri bisa saja menggunakan ikon Ken Dedes, misalnya, dengan membangun patung Ken Dedes berukuran besar dengan kemasan cerita yang menarik tentang Kediri ditambahkan dengan Pamenang, Gunung Kelud, dan Puhsarang. Blitar sudah terkenal dengan makam Bung Karno dan Candi Penataran. Tulungagung dapat menonjolkan Gua Lowo (kelelawar) dan pantai selatannya.

Dari objek-objek yang ada harus dikemas, sehingga memudahkan wisatawan untuk menjangkau objek wisata di keempat daerah tersebut. Hal ini sangat penting diperhatikan karena jarak jangkau antara satu tempat ke tempat lain cukup jauh. Pengemasan paket ini juga sangat diperlukan agar alur perjalanannya menjadi menarik dan tidak membosankan.

Mengingat promosi pariwisata harus dilakukan berbarengan empat wilayah ada baiknya masing-masing pemerintah daerah melakukan koordinasi untuk selanjutnya membuat langkah nyata mengadakan promosi bersama. Sementara itu, para pelaku pariwisata harus secara aktif melakukan koordinasi dan bersinergi baik dengan pemerintah daerah (dinas pariwisata) maupun dengan para pelaku pariwisata lainnya.

Jika koordinasi, sinergi dalam mempromosikan pariwisata dijalankan dengan konsisten, maka pengembangan pariwisata tersebut tidak akan kalah dengan daerah lain di Jawa Timur. Tidak menutup kemungkinan dalam perkembangannya nanti Ketubli dapat bersinergi lagi dengan kegiatan-kegiatan pariwisata yang dijalankan oleh Susimapro (Surabaya, Sidoarjo, Malang, dan Probolinggo).

Sinergi kegiatan antarwilayah ini jika dilakukan terus-menerus pada akhirnya akan sampai pada tingkat nasional untuk selanjutnya ke pasar internasional. Tinggal siapa yang akan memulai dan kapan akan dimulai. Sebaiknya, sekarang saat yang tepat.n

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/07/23/pariwisata-ketubli.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar