Rabu, 08 September 2010

137 Napi Probolinggo Dapat Remisi

Rabu, 8 September 2010 | 09:13 WIB
Kondisi sel LP Probolinggo.

PROBOLINGGO - Bertepatan dengan Lebaran Idul Fitri mendatang sebanyak sebanyak 137 narapidana (napi) penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kota Probolinggo bakal mendapat remisi, bahkan 9 di antaranya bakal langsung bebas. Dari napi sebanyak 137 orang, dua di antaranya adalah napi kasus korupsi.

“Berkasnya sudah saya ambil dari kantor Kanwil Hukum dan HAM, sehari lalu. Jadi nanti saat Lebaran tinggal mengumumkan,” ujar Kasi Bimbingan, Napi/Anak Didik dan Kegiatan Kerja pada Lapas Probolinggo, Djodi Satriyo SH, Selasa (7/9) siang.

Sebelumnya, saat HUT Kemerdekaan, 17 Agustus lalu, ke-137 napi itu juga mendapatkan remisi. “Kalau saat 17 Agustus namanya remisi umum, lha saat Lebaran ini remisi khusus bagi napi yang beragama Islam,” ujarnya.

Disinggung soal remisi yang diberikan kepada dua koruptor, Djodi mengatakan, memang petunjuknya dari atas seperti itu. “Semua napi kasus apa pun tanpa pandang bulu asal memenuhi syarat ya kami ajukan untuk mendapatkan remisi,” ujarnya.

Termasuk dua napi kasus korupsi juga diajukan untuk mendapatkan remisi Lebaran minimal 15 hari. “Hanya ada dua napi korupsi, satu dari Pasuruan kasus korupsi dana koperasi, saya lupa namanya mendapat 1 bulan. Satu lagi Syarful Anam pindahan dari Lapas Kraksaan yang menjalani hukuman 1 tahun 6 bulan, mendapat remisi 15 hari,” ujar Djodi.

Dikatakan para napi yang mendapatkan remisi beruntun pada 17 Agustus dan Lebaran ini syaratnya hukumannya minimal 1 tahun 6 bulan. “Kalau kurang dari itu, ya tidak ada dapat remisi. Kalau hukumannya beberapa bulan lalu dapat remisi beruntun kan enak tidak menjalani hukuman,” ujar Djodi sambil tertawa.

Lapas yang berlokasi di Jl. Trunojoyo, Kota Probolinggo itu kini dihuni sebanyak 248 penghuni yakni, 191 napi dan 58 tahanan. “Pada hari ini seorang napi sudah bebas,” ujarnya.

Berdasarkan catatan, kapasitas Lapas Probolinggo memang 265 orang, tetapi diisi sebanyak 248 orang sudah penuh. Soalnya, sebagian ruang tahanan sudah dipakai untuk aula dan dapur. Sisi lain, bangunan Lapas di sebelah barat mepet dengan jalan raya tanpa ada halaman dan pagar pembatas.

Lapas yang dibangun Belanda pada 1872 silam itu, sekarang tidak lagi ideal karena tidak mempunyai lapangan terbuka. Tidak ada lapangan untuk apel (upacara) hanya sebatas ruang terbuka seukuran lapangan voli.

“Bagaimana pun kondisi Lapas, kami berusaha membina penghuni termasuk dengan siraman rohani dan keterampilan,” ujar Djodi. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=b499a519223414c64e6fa7d64e5c6a23&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Tidak ada komentar:

Posting Komentar