Kamis, 29 Juli 2010

Melihat Petik Laut Gelaran Warga Randuputih Probolinggo

[ Kamis, 29 Juli 2010 ]
Ada Ariel dan Luna, Diminta Tak Ditiru Akhlaknya

Warga Desa Randuputih, Dringu Kabupaten Probolinggo kemarin (28/7) mempunyai gawe besar. Mereka menggelar acara bersih desa dan petik laut. Di acara itu juga ada arak-arakan keliling desa.

MUHAMMAD FAHMI, Probolinggo

Mendung menggelayut di atas desa Randuputih pagi kemarin (28/7). Sampai sekitar pukul 09.00, matahari tetap tertutup sinarnya. Padahal, hari itu warga Randuputih siap menggelar acara bersih-bersih desa dan petik laut.

Menjelang gelaran acara, mendung tak kunjung menyingkir. Kekhawatiran menyelimuti benak warga. "Semoga tidak hujan. Kalau hujan, kemeriahan acara bisa terancam..." bisik salah seorang panitia bersih desa yang kemarin mengenakan pakaian adat Madura kepada Radar Bromo.

Kekhawatiran itu sangat beralasan. Warga sudah kadung antusias menyambut acara. Mereka menyemut di sepanjang jalan desa untuk menyaksikan sesaji yang lebih dulu akan diarak sebelum dilarung. Jika sampai hujan, keramaian itu bakal bubar.

Untungnya selama berlangsungnya acara, mendung tak sampai berubah jadi hujan. Saat itu, warga sekitar, baik tua muda sampai anak-anak pun tumplek blek di sepanjang jalan desa.

Sekitar pukul 09.00 itu, rombongan arak-arakan mulai berdatangan dari berbagai daerah di desa Randuputih. Empat dusun dan 12 RT yang ada di desa randuputih pun berlomba-lomba menunjukkan penampilan terbaiknya untuk menghibur masyarakat.

Dalam rombongan arak-arakan tersebut ada sesajen utama. Di dalamnya berisi kepala sapi, kumpulan air 7 macam yakni air sumur, air sungai, air laut, air sumber, air pring, air hujan dan air embun.

Selanjutnya dalam sesajen tersebut juga ada serangkaian alat-alat dapur seperti sutil, wajan, bakul nasi, sutil, dll. Ada juga buah-buahan 7 rupa dan juga ada pula jajanan pasar dan ayam panggang 3 ekor.

"Komposisi ini sudah diatur. Semuanya ada maknanya. Tetapi saya tidak bisa menjelaskan makna satu-per satu. Intinya semua sesajen ini sebagai bentuk rasa syukur kami atas segala yang telah diberikan oleh Allah SWT," kata M Amnan, ketua panitia bersih desa dan larung sesaji.

Persis berada di belakang sesajen utama ada rombongan perangkat desa yang dipimpin oleh Kades Randuputih Heri beserta istrinya yang menggunakan baju adat. Kades dan istri juga nampak dipayungi oleh para pengawal dan didampingi oleh dua kstaria yang berada di sisi kanan dan kiri kades.

Sepintas sang kades terlihat seperti raja. Sesekali kades dan istrinya melambaikan tangannya kepada masyarakat yang berada di sepanjang pinggiran jalan desa. "Inilah kades kita, semoga dengan adanya petik laut ini, desa kita semakin menambah berkah bagi kita," kata MC melalui pengeras suara.

Dalam arak-arakan kemarin ada beberapa stage. Di setiap stage, ada MC yang memandu jalannya acara. Stage pertama ditempatkan di rumah sang kades. Di stage tersebut beberapa peserta arak-arakan unjuk aksi. Mulai dengan membawakan musik hadrah, sampai ada juga yang membawakan tari re re re.

Uniknya dalam rombongan arak-arakan tersebut juga terdapat dua buah patung mirip ondel-ondel. Cuma di tiap-tiap patung tersebut dituliskan nama Ariel Peterpan dan Luna Maya. "Jangan meniru mereka, jaga akhlak," ujar juru bicara rombongan tersebut.

Usai berjalan mengelilingi desa dengan rute mulai dari dusun randulima, depan balai desa, ke timur melewati RT 10, RT 7 dan kembali lagi ke balai desa, rombongan langsung menuju ke pantai tempat para nelayan melaut.

Cuma untuk menuju pantai ini peserta arak-arakan yang menggunakan pakaian tradisonal sedikit kesulitan. Pasalnya jalan setepak yang terbuat dari urukan pasir siang kemarin nampak berair. Maklum, malam harinya desa Randuputih juga diguyur hujan lebat.

Sesampai di pantai, rombongan arak-arakan masih menyempatkan perform untuk terakhir kali. Setelah itu digelar doa bersama yang dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat dan dilanjutkan dengan pembacaan surat-surat pendek dalam Alquran.

Setelah itu barulah sesajen utama yang ditaruh dalam perahu kecil dilarung bersama sekitar 11 perahu besar milik nelayan setempat. Sesajen utama itu dilarung sekitar 4 km dari bibir pantai Randuputih.

Uniknya, saat sesajen utama itu dilepas, beberapa nelayan yang menggunakan perahu kecil yang sudah stand by di tengah laut. Mereka siap berebut mengambil isi sesajen tersebut. "Tabrak perahu sesajennya, gulingkan saja biar tidak diambil," teriak salah satu rombongan yang melarung sesajen utama tersebut.

Namun imbauan itu nampaknya tidak berhasil. Beberapa nelayan dengan perahu kecil itu masih tetap berhasil mengambil beberapa isi sesajen utama tersebut.

Amnan, ketua panitia larung sesajen tersebut mengatakan, acara itu merupakan kegiatan rutin tiap tahun desa setempat. "Cuma biasanya tidak seramai kali ini. Karena biasanya kami mengadakan acara ini secara besar-besaran dalam kurung waktu lima tahun sekali," jelasnya.

Hal itu dikarenakan untuk menggelar acara petik laut yang besar-besaran memerlukan anggaran yang besar pula. "Jadi untuk efisiensi, acara besar-besarannya dilakukan lima tahun sekali," ungkapnya.

Amnan mengaku untuk menggelar petik laut besar-besaran seperti kemarin menelan anggaran sampai Rp 41 juta. "Anggarannya itu dari swadaya masyarakat dan beberapa sponsor," jelasnya.

Menurutnya, selain acara larung sesajen tersebut juga ada 3 hiburan lainnya yang berupa ludruk, campursari dan layar tancap. Kegiatan bersih desa tersebut dijelaskan Amnan rutin digelar setiap tanggal 14-15 bulan Sya'ban menyambut bulan puasa. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=172341

Tidak ada komentar:

Posting Komentar