Minggu, 02 Mei 2010

Digendam, Emas dan Duit Amblas

[ Minggu, 02 Mei 2010 ]
Digendam, Emas dan Duit Amblas
PROBOLINGGO-Aksi gendam kembali mengusik ketenangan warga Kota Probolinggo. Kali ini yang menjadi korban adalah Sukarsih, warga Desa Tamansari, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo.

Perempuan 43 tahun itu digendam saat melintas di jalan ruko Pahlawan (yang menghubungkan Jl Pahlawan dan Jl Panglima Sudirman) sekitar pukul 10.00 kemarin (1/5). Akibatnya, kalung emas 10 gram, dua buah gelang masing-masing 5 gram, satu cincin 1 gram dan uang Rp 500 ribu miliknya raib.

Ceritanya, siang itu Sukarsih berniat menjual gelangnya pada salah satu toko emas tak jauh dari situ. Hasilnya, akan digunakan untuk memperbaiki dapur rumahnya. Dengan berjalan kaki, ia melintas di jalan depan pertokoan sekitar TKP (tempat kejadian perkara).

Tiba-tiba, korban dihampiri seorang perempuan muda cantik berkerudung. Perempuan yang tidak dikenalnya itu, kemudian menanyakan jalan menuju alun-alun Lumajang. "Saya bilang kalau sini Probolinggo, bukan Lumajang," ujar Sukarsih sembari mengusap air matanya, saat di sentra pelayanan kepolisian (SPK) Polresta Probolinggo.

Perempuan itu terus mengajak ngobrol Sukarsih. Termasuk menceritakan kalau sudah muter-muter mencari alun-alun Lumajang. Tak lama kemudian, perempuan tersebut mengajak Sukarsih masuk ke dalam mobilnya.

Ternyata, perempuan tersebut tidak sendirian. Di dalam mobil tersebut ada dua orang lelaki yang juga tidak dikenal oleh korban. Seorang duduk di belakang kemudi. Seorang lagi duduk di jok tengah dan mengaku sebagai seorang kiai asal Ponorogo.

"Dia (lelaki yang duduk di jok tengah) memakai kopiah layaknya kiai. Mereka naik mobil warna silver, seperti Avanza," ujar Sukarsih.

Di dalam mobil itu, mereka terus mengajak Sukarsih ngobrol. Kemudian, lelaki berkopiah itu meminta duit seribu rupiah kepada Sukarsih. Ia pun memberinya. Cerita Sukarsih, uang itu kemudian didoai oleh lelaki berkopiah itu.

Usai didoai, uang itu dikembalilan kepada Sukarsih. Kemudian, lelaki tersebut meminta Sukarsih untuk menyimpan uang itu di dalam tempat penyimpanan beras. "Katanya untuk jimatnya beras," terang Sukarsih.

Sukarsih pun menurut. Selanjutnya, sang "kiai" meminta Sukarsih melepas semua perhiasan emas yang dipakainya. Itu juga untuk didoai. Awalnya, Sukarsih menolak karena takut kena gendam. Tapi, pelaku perempuan itu turut meyakinkannya kalau mereka tidak bermaksud menipunya.

Pada saat itu, Sukarsih juga sempat bilang kalau ia hendak menjual gelangnya. Tapi, oleh perempuan itu, Sukarsi tidak diperbolehkan menjual gelangnya saat itu. Alasannya, karena hampir masuk waktu salat Dhuhur.

Si perempuan itu pun terus membujuk untuk memberikan kalung, gelang dan cincinnya kepada "kiai" tersebut, untuk didoai. Bahkan, si perempuan itu sempat mempraktikkan diri, dengan cara membuka perhiasannya sendiri dan memberikan kepada "kiai" penipu itu.

"Ini, Bu gak apa-apa, tidak akan hilang kok," ujar Sukarsih mengingat ucapan perempuan yang telah menipunya itu.

Akhirnya, Sukarsih termakan bujuk rayunya juga. Dia menurut dan memberikan gelang, kalung, cincin yang dimasukkan ke dalam tas kecil yang dibawanya. Di dalam tas kecil itu, juga ada duit sebesar Rp 500 ribu.

Mendapat tas kecil berisi barang-barang berharga itu, lelaki yang mengaku kiai itu melanjutkan aksinya. Ia mendoai perhiasan dan uang milik Sukarsih yang masih berada di dalam tas kecil itu.

Kemudian, tas kecil itu dibungkus dengan tas kresek dan dikembalikan lagi kepada Sukarsih. "Dompet (tas kecil) saya diminta, kemudian didoai dan dibungkus plastik. Katanya, perhiasan itu masih di dalam (dompet dan plastik)," jelas Sukarsih.

Usai acara ritual itu, Sukarsih diminta untuk melanjutkan perjalanannya. Sebelum turun dari mobil, Sukarsih mengaku diberi amalan oleh pelaku. Ia disuruh membaca salawat selama dalam perjalanan.

Ia juga disuruh berjalan ke arah selatan berlawanan dengan arah kaburnya pelaku. Beberapa menit kemudian, Sukarsih sadar dan khawatir perhiasan di dalam dompet yang telah dibungkus plastic itu hilang.

Sukarsih pun membuka dompet yang dibungkus dengan kresek itu. Begitu dompet terbuka, saat itulah Sukarsi mendapati perhiasan dan duitnya benar-benar hilang. Tak hanya itu, pelaku dan mobilnya juga lenyap. Melihat itu, Sukarsih langsung lemas.

Saat itu, Sukarsih langsung tak kuat menahan air matanya. Ia menangis sesenggukan menyesali nasibnya. Kontan, kejadian itu mengundang perhatian warga, mereka penasaran dan langsung menolong korban.

Dengan diantar beberapa orang warga korban menuju Mapolresta untuk melaporkan kejadian tersebut. Begitu sampai ke SPK, oleh polisi korban diajak memburu pelaku yang diperkirakan lari ke arah Lumajang.

Sejumlah polisi pun menyusuri jalan Lumajang. Kemudian, mereka berhenti di dekat SPBU Leces. Ada beberapa mobil berwarna silver sempat dihentikan. Dan, korban diminta untuk melihat pengemudi dan penumpangnya. "Bukan Pak, bukan itu," jelas Sukarsih sambil sesenggukan.

Dari sejumlah mobil yang dicegat, polisi belum berhasil menemukan pelakunya. Karena bukan pelakunya, polisi membiarkan para pengemudi itu melanjutkan perjalannya. "Repot, kalau tidak tahu nomor polisinya," ujar seorang warga di lokasi pencegatan di Jl Raya Lumajang, Leces.

Tak berhasil menemukan pelakunya. Polisi kembali membawa Sukarsih ke Mapolresta untuk dimintai keterangan lebih lanjut. "Rencananya, uangnya akan saya gunakan untuk memperbaiki dapur," ujar Sukarsih sambil terisak. (rud/nyo)

Sumber: http://jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156105

Tidak ada komentar:

Posting Komentar