Minggu, 02 Mei 2010

Disensus, Wali Kota Single

[ Minggu, 02 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO - Sensus penduduk 2010 dilaksanakan mulai kemarin (1/5). Sejumlah pejabat menjadi sasaran pertama pendataan yang dilakukan 10 tahun sekali itu.

Di Kota Probolinggo warga pertama yang didatangi petugas sensus adalah Wali Kota Buchori. Dalam pendataan itu Wali Kota diketahui hanya tinggal sendirian di rumah dinasnya alias single.

"Iya, karena ibu (istrinya, Rukmini Buchori) kan ada di Jakarta. Kadang empat hari di Jakarta, dua hari di sini. Salah satu anak saya, Indro masih kuliah di Malang. Jadi mereka ikut sensus di Jakarta dan Malang. Ini de facto, ditanya siapa saja yang bertempat tinggal di sini, ya saya sendirian (tanpa keluarga)," kata Buchori saat kedatangan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo Burhanudin dan dua petugas sensus Farida dan Endang sekitar pukul 07.30 kemarin.

Walaupun tidak tinggal bersama keluarganya, Buchori berada di rumdin bersama pembantunya Ali dan istri Ali, Yunita. Baru tiga bulan mereka tinggal di rumdin. Sebelumnya mereka pulang ketika selesai bekerja.

Dalam sensus kemarin ada 42 pertanyaan yang harus dijawab oleh wali kota. Mulai dari nama lengkap, tempat tanggal lahir, pendidikan, keadaan fisik (kesehatan), suku dan bahasa yang digunakan sehari-hari.

"Saya suku Madura, asli. Bahasa sehari-hari kalau dengan anak istri pakai bahasa Jawa (bukan kromo inggil ), kalau dengan keluarga saya sendiri bahasa Madura," jawabnya.

Buchori mengatakan, sensus penduduk dilaksanakan 10 tahun sekali. Ada bermacam-macam sensus yaitu sensus penduduk, sensus ekonomi dan sensus pertanian. Sekali sensus penduduk menelan biaya Rp 3,3 T atau setara dengan anggaran Kota Probolinggo selama tujuh tahun.

"Sensus ini memang tidak bisa sempurna, tetapi sudah mendekati sempurna dalam meng-cover penduduk di Indonesia. Pertanyaannya mudah-mudah kok, saya berharap masyarakat bisa kooperatif dan membantu program pemerintah sensus penduduk ini," himbau Buchori.

Setelah dari rumdin wali kota, sensus yang dilaksanakan mulai 1 - 31 Mei itu dilanjutkan ke rumah rumdin Wawali Bandyk Soetrisno, rumah pribadi Ketua DPRD Sulaiman pukul 10.00, rumdin Sekda Johny Haryanto pukul 11.00, rumdin Kapolresta AKBP Agus Wijayanto pukul 20.00.

Hari ini giliran rumdin Kajari Edy Birton pukul 17.00, rumdin Dandim 0820 Probolinggo Letkol Arh Budhi Rianto dan rumdin Ketua PN pukul 19.00. "Sensus perdana memang kepada wali kota dan jajaran muspida diharapkan dengan begitu pimpinan di daerah dapat memberikan contoh kepada masyarakat setempat," kata Kepala BPS.

Burhanudin menjelaskan ada 451 petugas sensus penduduk di Kota Probolinggo. Setiap tim ada tiga petugas dan satu koordinator. Ketika di lapangan jika petugas tidak berhasil menemui penduduk di salah satu rumah, maka petugas yang terus berupaya menemui rumah tangga tersebut. Sensus tahun 2000 di Kota Probolinggo terdapat 62 ribu rumah tangga.

"Tanggal 15 Mei ini kami akan menyensus ABK (anak buah kapal) di pelabuhan dan para tunawisma, termasuk orang gila juga. Penghuni penjara dan lembaga pemasyarakatan juga akan disensus," terang Burhanudin.

Di Kabupaten Pasuruan, Bupati Dade Angga dan Wabup Eddy Paripurna juga menjadi sasaran petugas sensus pada hari pertama kemarin.

Sebelum disensus, orang nomor satu di Pemkab Pasuruan itu lebih dulu mengumpulkan petugas sensus di Taman Dayu. Kebetulan di tempat yang sama, Bupati dan pejabat Pemkab lainnya menghadiri gerak jalan Hari Buruh. Dalam kesempatannya Bupati mengimbau agar masyarakat mendukung pelaksanaan sensus.

"Petugas sensus yang akan datang ke rumah Saudara. Ketika petugas datang, maka sambutlah dan bantulah mereka. Kemudian beri jawaban yang benar," kata Bupati dalam sambutannya.

Pendataan itu adalah suatu keharusan untuk perencanaan pembangunan nasional. "Pastikan Anda ikut dihitung. Ini adalah sensus untuk kita bersama demi kemajuan masyarakat bersama," tutur Bupati.

Usai memberikan sambutan dan melepas peserta gerak jalan, Bupati pun pulang ke rumahnya di Griya Pandaan di Desa Sumbergedang, Pandaan. Di sana, ia didata oleh lima petugas sensus.

"Seseorang yang didata, adalah orang yang minimal tinggal 6 bulan di suatu daerah. Yang didata adalah seseorang secara de facto. Dalam artian seseorang yang tinggal dan menetap di suatu tempat," kata Yuli Nugra Heni, Kasi Neraca BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Pasuruan.

Kemarin petugas sensus juga mendatangi kediaman Wabup Eddy paripurna di Kebunwaras Pandaan. Petugas hanya mencatat Eddy dan istrinya Yuli Hidayati, istri nya saja. Tiga anak Eddy tidak ikut didata karena mereka semua tinggal dan menetap di Malang. (fa/fun/nyo)

Sumber: http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=156112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar