Rabu, 07 Juli 2010

Omzet Pameran KIM Rp 700 Juta

[ Rabu, 07 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Event tahunan Seminggu di Kota Probolinggo (Semipro) sudah berakhir. Sejumlah pihak memertanyakan dampak positif yang dirasakan masyarakat pasca kegiatam tersebut.

Sampai saat ini Pemkot Probolinggo memang belum membeberkan hasil kajian dampak Semipro dari sisi ekonomi, budaya, dan pariwisata. Pasalnya, butuh waktu agak lama karena harus bekerjasama cukup untuk melakukannya bekerjasama dengan pihak ketiga.

Yang bisa di-publish oleh pemkot saat ini adalah omzet yang diperoleh UKM (usaha kecil menengah) di pameran KIM (kelompok informasi masyarakat) di lapangan tenis indoor. Pada saat penutupan Semipro di alun-alun, Wali Kota Probolinggo Buchori menuturkan omzet yang berhasil dicapai sekitar Rp 700 juta lebih.

Ini berarti setiap harinya peserta pameran dapat memperoleh rata-rata Rp 100 juta. Pameran KIM di tenis indoor terdiri dari 70 stan yang diikuti beberapa daerah Jawa Timur dan pusat. Pelaksanaan pameran mulai tanggal 26 Juni sampai 3 Juli.

"Omzet khusus KIM yang diadakan oleh provinsi di tenis indoor lebih dari Rp 700 juta. Hasil dari KIM diketahui dulu sebagai indikator penilaian lomba untuk masing-masing stan," ujar Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo, kemarin (6/7).

Jumlah itu, lanjut Tiyok, belum termasuk omzet di pameran IT (informasi teknologi) di GOR A Yani dan pameran buku di museum. "Kalau yang itu masih ditangani oleh pihak ketiga yang bekerjasama dengan Bappeda. Selain dampak ekonomi, investasi lainnya juga perlu diperhitungkan seperti investasi sosial dan budaya," kata dia.

Omzet yang dihasilkan pameran KIM, di dalamnya termasuk omzet Semipro. Karena KIM digelar tepat bersamaan dengan Semipro. Menurut Tiyok, jadwal KIM harusnya dilaksanakan bulan Mei lalu. Karena pemkot Probolinggo berusaha pelaksanaan KIM bersamaan dengan Semipro maka diundur sampai akhir bulan Juni.

"Mengetahui dampaknya tidak bisa satu atau dua hari. Ambil contoh saja seperti batik khas Kota Probolinggo, dari pameran KIM bisa menerima pesanan dari Bima dan Kupang. Atau dampak sosial dan budaya itu membutuhkan proses. Setelah melihat pawai budaya, beberapa kesenian yang tampil waktu itu akan dibawa ke Bandung menghadiri rakernas Apeksi akhir Juli nanti," tegas Tiyok.

Provinsi melakukan pendataan stan di pameran KIM setiap hari selama pelaksanaan. Pemkot tidak melakukan hal yang sama, karena ingin ada keterlibatan pihak independen yang berkompeten mengevaluasi Semipro dari berbagai sisi. Hasil evaluasi tersebut tentunya bisa dipertanggungjawabkan serta transparan.

Bila provinsi bisa, kenapa pemkot tidak mendata setiap hari (pameran IT atau buku)? "Kami memang belum sehebat KIM. KIM bisa seperti itu karena ada reward. Makanya ada keterlibatan pihak ketiga supaya akuntabel dan bisa dipertanggungjawabkan," jawabnya.

Dari sistem yang digunakan oleh KIM, Tiyok mengaku itu akan menjadi tantangan tersendiri bagi Semipro ke depannya. Tiyok bilang, dibandingkan tahun lalu Semipro kali ini lebih bagus. "Kalau dibilang sukses, harus melihat dari evaluasi keseluruhan," tutur dia.

Tidak lama lagi bakal dilaksanakan pembubaran panitia Semipro. Nah, saat itulah evaluasi secara keseluruhan akan dibahas. "Tidak tahu kapan, menunggu beliaunya (Wali Kota Buchori) datang. Yang tidak dapat dipungkiri adalah dalam Semipro ada kapasitas riil, tidak ada pelarangan terhadap PKL (pedagang kaki lima) yang berjualan di kawasan acara Semipro," ungkap Tiyok. Saat ini Wali Kota Buchori tengah menjalankan ibadah umroh selama delapan hari dan diperkirakan tiba 13 Juli mendatang. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=168547

Tidak ada komentar:

Posting Komentar