Rabu, 07 Juli 2010

Observasi Volcano dan Mangrove

[ Rabu, 07 Juli 2010 ]
CEIC Kunjungi Bromo dan Pantai Ketapang

PROBOLINGGO-Eksotisme gunung Bromo menarik perhatian Caretakers of the Environment International Conference (CEIC). Konferensi murid dan guru dunia itu selama dua hari (6-7 Juli) melakukan penelitian di Desa Ngadisari, Sukapura, Kabuapaten Probolinggo.

Rombongan 51 peserta CEIC itu tiba di Ngadisari Selasa (6/7) lalu. Anggota rombongan itu berasal dari 10 negara. Yakni USA, Inggris, Polandia, Swedia, Yunani, Turki, Jepang, Hongkong, Malaysia dan India.

Derma, representative CEIC Indonesia mengatakan, Indonesia untuk pertama kalinya menggelar konferensi guru-murid yang sudah digelar selama 24 kali itu. Konferensi itu berlangsung mulai tanggal 4-10 Juli di balai pelatihan Kesehatan Murnajati, Lawang, Malang.

Kegiatan konferensi tersebut diikuti sebanyak 202 peserta dari 17 negara. Mereka dibagi dalam lima kelompok untuk mengobservasi lima tempat berbeda. Yakni, volcano (di Bromo), objek alam Cangar ( di Batu, Malang), Kebun (Trawas, Mojokerto), persawahan (Tumpang, Malang) dan pantai (Mangrove di Kota Probolinggo).

Selama di Ngadisari peserta CEIC juga bakal melakukan pengamatan keselarasan abiotik-biotik dan aktivitas masyarakat Tengger teguh menjaga tradisi yang menyimpan nilai-nilai erat dengan alam meskipun Bromo adalah kawasan pariwisata.

Menurut Derma, selama di Ngadisari, para peserta bakal praktik di ladang. "Mulai dari menanam, sampai memanen hasil pertanian. Misalnya buah kentang," jelas Darma.

Selama dua hari ini, peserta bakal bermalam di home stay yang telah disiapkan panitia. Tujuannya adalah agar peserta juga mengenal budaya dan kesenian masyarakat setempat. "Kami harapkan yang ditemukan oleh peserta ini, follow up-nya berupa rekomendasi kepada daerah yang diteliti agar daerah tersebut lebih maju," jelas Derma.

Namun Derma menjelaskan, rekomendasi tersebut sifatnya tidak terlalu serius. Karena yang perlu dimaklumi adalah peserta kali ini adalah pelajar tingkatan SMP-SMA. "Sebagian besarnya ya untuk berlibur, sambil bertukar informasi dan budaya," jelas Derma.

Pada kesempatan yang sama rombongan CEIC yang lain melakukan observasi ekosistem mangrove di pantai Kota Probolinggo. Rombongan itu dipimpin oleh Predicent CEIC Brigitta Norden.

Rombongan yang terdiri dari 50 orang itu berasal dari Amerika, Skotlandia, Denmark, Hongkong, Indonesia, Portugal, Rusia dan Swedia. Rombongan juga didampingi oleh siswa dari SMAK Mater Dei, MAN 2, sekolah Adiwiyata dan Putri Lingkungan binaan Badan Lingkungan Hidup setempat.

"Ini wadah guru dan siswa dalam memikul lingkungan hidup dunia. Guru dan siswa bisa berdiskusi, membahas berbagai isu," ujar Brigitta. Ia juga menyerahkan bendera paritisipan kepada Sekda Johny Hariyanto yang menerima rombongan di Pemkot. Kenang-kenangan itu berupa bendera negara yang terlibat dalam CEI tersebut.

Kepada Radar Bromo, Maulina Susetyo, panitia lokal acara menyatakan, setiap tahun CEI mengadakan konferensi. Baru tahun kedua konferensi dilaksanakan di Asia, yaitu beberapa tahun lalu di Hongkong dan sekarang di Indonesia.

"Sebenarnya ada 300 orang yang ikut. Tapi, mereka dipisah menjadi lima di masing-masing ekosistem. Rombongan ini adalah mereka dari siswa SMP/SMA dan gurunya yang bergabung dengan kegiatan CEIC. Dan ini baru pertama kali untuk Probolinggo," ujar Bendahara CEIC Indonesia Elly.

Setelah acara seremonial, rombongan CEIC menikmati sajian menu khas Indonesia yang disiapkan oleh pemkot. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke SMAK Mater Dei. Sekitar pukul 14.00 mereka sempat mampir ke kantor Radar Bromo di Jl Soekarno Hatta sebelum melakukan observasi mangrove.

Rute observasi mangrove melalui sisi timur kantor Radar Bromo (Pilang), lalu berjalan menyusuri sawah dan mangrove sampai beberapa kilometer. Finish di sisi timur Masjid Tiban dan berlanjut ke Ketapang melakukan penanaman mangrove.

Mulai pagi ini (7/7) pukul 07.00 rombongan CEIC melanjutkan kegiatan city tour ke Tempat Penampungan Akhir (TPA), Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), kampung nelayan di Mayangan dan sekolah Adiwiyata (SMAN 2 dan SMAN 4). (mie/fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=168548

Tidak ada komentar:

Posting Komentar