Selasa, 27 Juli 2010

Nama Wawali Ikut Dicatut

[ Selasa, 27 Juli 2010 ]
Beber Masalah "Pintu Belakang" di SMAN 3

PROBOLINGGO - Kabar tak sedap kembali berembus di dunia pendidikan di Kota Probolinggo. Masih soal masuk sekolah negeri melalui "pintu belakang". Kini masalah itu disebutkan terjadi juga di SMAN 3. Bahkan sampai mencatut nama Wawali Bandyk Soetrisno.

Adalah Imam Hanafi, warga Pilang Kota Probolinggo yang mengungkap masalah itu. Kepada wartawan kemarin (26/7) Imam Hanafi menyatakan salah satu keponakannya, yakni AF, mempunyai nilai unas di bawah rata-rata penerimaan siswa baru di SMAN 3 tahun ini. Tapi, AF bisa diterima, yakni melalui "pintu belakang".

"Keponakan saya itu danemnya (nilai unas, Red) cuma 28. Sementara di SMAN 3 minimal mau menerima siswa yang danemnya di atas 30,10. Tetapi sekarang keponakan saya sudah masuk ke SMAN 3," kata Imam Hanapi.

Menurutnya, orang tua dari keponakannya itu meminta tolong kepada Misman, seorang yang dikenal sebagai pegiat LSM di kota. Misman diminta membantu memasukkan AF ke SMAN 3. "Misman pun menyanggupinya. Tetapi ia meminta uang kepada orang tua keponakan saya itu senilai Rp 9 juta," jelas Imam.

Menurut Imam, uang tersebut digunakan untuk membelikan komputer baru untuk sekolah dan untuk uang pembangunan. Rinciannya, yang Rp 7 juta untuk beli komputer. Sedangkan Rp 2 juta untuk biaya pendaftaran murid baru.

"Usai terjadi kesepakatan, Misman itu langsung beraksi. Ia mulanya menemui Pak Wawali Bandyk Soetrisno. Kepada Pak Wawali, Misman bilang kalau AF itu putranya. Ia minta tolong untuk diberi rekomendasi agar bisa masuk ke SMAN 3, meski danemnya tidak cukup," jelas Imam.

Dari situ, Bandyk menurut Imam memberikan rekomendasi kepada kepala Dinas Pendidikan Maksum Subani. "Terus Pak Maksum menghubungi kepala SMAN 3 untuk memberikan rekomendasi," jelas Imam.

Selanjutnya, Misman menemui Kepala Sekolah SMAN 3 Zainal Arifin. Kepada kepala SMAN 3, Misman memberikan uang sejumlah Rp 2 juta. "Uang itu dibungkus dengan amplop putih yang ada kopnya wali kota. Misman bilang kalau uang itu pemberian dari Pak Wali. Karena itu kepala sekolah yang awalnya tidak mau menerima akhirnya menerimannya," jelas Imam kemarin sambil menunjukkan amplop tersebut.

Di balik amplop bercap wali kota tersebut terdapat sebuah tulisan. Isinya menjelaskan kalau uang itu yang Rp 968 ribu untuk membayar BP3, seragam dan lain-lain. Sementara yang Rp 1 juta untuk sumbangan pembangunan sekolah. "Saat ini saya sudah koordinasi dengan intel polisi. Dalam waktu dekat, saya akan laporkan ke polisi hal ini," jelas Imam.

Kepala sekolah SMAN 3 Zainal Arifin saat dikonfirmasi tidak mengelak kalau dirinya juga sempat berhubungan dengan Misman dan mendapatkan rekomendasi dari kepala dinas terkait masuknya AF. "Memang tidak bisa dipungkiri," katanya.

"Cuma, saya katakan kalau untuk memasukkan siswa baru itu harus sesuai prosedur. Dan AF sendiri yang saat ini sudah tercatat siswa kami itu masuk sesuai prosedur, bukan karena ada rekomendasi atau pintu belakang," imbuh Zainal.

Menurut Zainal, AF masuk lantaran pagu untuk SMAN 3 masih belum terisi atau lewat bangku kosong. Dijelaskan Zainal, SMAN 3 tahun ini mempunyai pagu 192 siswa baru. Cuma, sampai akhir pendaftaran ada 10 bangku kosong.

Nah, AF sendiri dijelaskan Zainal masuk melalui mekanisme bangku kosong tersebut. "Kalau pagu masih belum terpenuhi, sekolah bisa memanggil siswa baru lainnya meski danemnya di bawah standar kami 30,10," jelasnya.

Zainal menjelaskan, dirinya sejatinya juga menjadi korban dari Misman. Lantaran ada kabar kalau pihak sekolah meminta uang untuk dibelikan komputer. "Siswa mengisi pagu itu biayanya juga sesuai dengan siswa lain. Kalau ada sumbangan untuk pembangunan, itu sifatnya sukarela," jelasnya.

Wawali Bandyk Soetrisno saat dikonfirmasi Radar Bromo enggan berbicara banyak. Meski tidak bersedia menemui wartawan siang kemarin, namun Wawali Bandyk melalui pesan pendek mengelak pencatutan namanya untuk memuluskan salah satu siswa masuk ke sekolah negeri. "Tidak ada, saya nggak merasa," tulis wawali dalam pesan pendeknya kepada Radar Bromo.

Sementara itu Misman yang dituding Imam Hanafi sebagai makelar pendaftaran sekolah juga menolak mentah-mentah tudingan Imam tersebut. "Kabar itu sama sekali tidak benar, tolong diluruskan," kata Misman saat dikonfirmasi Radar Bromo.

Menurut Misman, AF masih keluarganya juga. "Saat itu awalnya orang tua AF itu minta tolong pada Imam Suliono untuk dimasukkan ke sekolah negeri meski danemnya tidak mencukupi. Tetapi tidak berhasil. Lalu minta tolong kepada saya," katanya.

Lantas Misman pun membantunya. "AF saya daftarkan masuk ke sekolah negeri dengan cara mengganti anak yang diterima di SMAN 3 tapi tidak daftar ulang. Proses masuknya itu sah," tegas Misman.

Misman menjelaskan ia diberi oleh orang tua AF sebesar Rp 2 juta. "Rp 1 jutanya untuk biaya pendaftaran siswa. Sisanya Rp 1 juta untuk sumbangan pembangunan gedung sekolah. Itu bisa dicek langsung ke kepala sekolah SMAN 3," katanya.

Misman juga mengelak tudingan telah meminta uang sampai sebesar Rp 9 juta kepada orang tua AF. "Tidak benar kalau saya menarik uang sampai Rp 9 juta itu. Saya ini orang berpendidikan. Kebetulan saya juga tahu seluk beluk dunia pendidikan. Jadi mengetahui soal pendaftaran siswa baru," jelasnya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=171914

Tidak ada komentar:

Posting Komentar