Selasa, 22 Juni 2010

Terkendala Bahan, Pemkab Pesimis

[ Selasa, 22 Juni 2010 ]
Rencana PTKL Membangun PG

KRAKSAAN - Rencana pembangunan Pabrik Gula (PG) di areal Pabrik Kertas Leces (PTKL) bakal mendapat kendala. Sebab, saat ini sulit menemukan lahan tebu di Kabupaten Probolinggo.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Ir Nanang Trijoko Suhartono. "Saya tidak mau mengkomentari soal rencana pembuatan PG dari PTKL itu. Tetapi kalau realitas di lapangannya memang begitu," katanya saat ditemui di kantornya, kemarin (21/6).

Menurut Nanang, saat ini di Kabupaten Probolinggo sudah ada tiga PG. Yakni, PG Pajarakan, PG Gending dan PG Wonolangan. Ketiga PG itu sendiri sedang kesulitan bahan baku selama ini.

Sebab, jumlah lahan tebu di Kabupaten Probolinggo terus menyusut. "Ketiga PG di Kabupaten Probolinggo selama ini selalu menyuplai 80 persen bahan baku kebutuhan tebu dari Lumajang," jelasnya.

Karena itu, kalau PTKL berencana membangun PG, maka Nanang mengingatkan soal seretnya bahan baku tebu di Kabupaten Probolinggo. "Saya juga belum tahu, berapa lahan yang dimiliki PTKL," katanya.

Menurut Nanang, tidak mudah untuk mengoptimalkan beberapa lahan tidur di Kabupaten Probolinggo untuk menjadi perkebunan tebu. "Cuaca Probolinggo dan Lumajang itu beda. Kalau di sini waktunya panas itu sudah tidak ada air lagi. Sementara kalau di Lumajang masih saja ada," katanya.

Selain faktor cuaca, para petani Kabupaten Probolinggo juga kurang bergairah menanam tebu akhir-akhir ini. Pasalnya untuk menanam tebu butuh waktu yang agak lama untuk panen. Yaki, sekitar 18 bulan. "Saat ini banyak petani yang lebih tergiur akan pohon Sengon," ulasnya.

Hal itu bisa dimaklumi, karena menanam Sengon tidak terlalu sulit. Selain itu hasilnya akan jauh lebih besar. "Saat ini Sengon menjadi primadona baru petani. Sekarang Sengon tidak hanya ditemukan di daerah atas, tetapi di daerah rendah juga sudah mulai banyak," beber Nanang.

Di sisi lain, pemkab sendiri tidak bisa mengekang petani untuk menanam tanaman tertentu. "Pada UU nomor 12 tahun 1992 itu tentang sistem budidaya tanam itu dijelaskan petani diberi kebebasan. Masyarakat tani bisa memilih," bebernya.

Seperti diberitakan Radar Bromo, PTKL berencana membangun PG di areal lahannya. Itu bila usulan Serikat Pekerja Sejahtera Kertas (SPSKL) untuk mengajukan pembangunan PG (Pabrik Gula) yang jadi satu lokasi dengan PTKL terealisasi.

Usulan SPSKL itu cukup serius. Selasa (25/5), perwakilan anggota SPSKL telah menyampaikan usulan tersebut ke komisi VI DPR RI dalam rapat dengar pendapat umum di gedung Nusantara 1 Senayan, Jakarta. Salah satu agenda pertemuan tersebut adalah membahas kemungkinan pendirian PG di lokasi PTKL dan integrasi industri PTKL dengan PG.

Diketahui, pada APBN 2010 pemerintah pusat menganggarkan pembangunan tiga unit PG baru dengan total anggaran Rp 4,5 Triliun. Tempatnya belum ditentukan secara spesifik. Cuma, dua di antaranya dijatah akan dibangun di Jatim dan satu lagi di luar Jawa.

Melihat peluang tersebut, SPSKL menilai PG layak dibangun di lokasi PTKL. Karena itu SPSKL pun mengajukan proposal pembangunan tersebut ke kementrian dan DPR RI. "Yang kami ajukan itu modelnya integrasi. Di beberapa daerah seperti Thailand, India dan Peru sudah menerapkan model integrasi ini dan ternyata sukses," beber Imam Suliono, ketua SPSKL kala itu.

Bila nantinya rencana itu terealisasi, Nanang meningatkan PTKL juga perlu menyosialisasikan yang masif kepada para petani agar mau menanam tebu. "Meski harga gula sekarang cenderung naik, para petani juga kurang tertarik menanam tebu," katanya. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165799

Tidak ada komentar:

Posting Komentar