Selasa, 22 Juni 2010

Setelah Ribuan Koin Kuno Ditemukan di Jl Ijen Pilang Kota Probolinggo

[ Selasa, 22 Juni 2010 ]
Masih Ada Granat dan Koin Satu Bak Mandi

Jumat (18/6) lalu, warga Jl Ijen, Kelurahan Pilang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo geger oleh penemuan ribuan koin kuno. Tapi, itu bukan barang lawas pertama yang ditemukan di kampung tersebut. Sebelumnya ada guci kuno. Dan diyakini masih ada barang lama yang terpendam.

RUDIANTO, Probolinggo

Suasana di Jl Ijen, khususnya kawasan RT 1/RW2 kemarin (21/6) sekira pukul 10.00 terasa lengang. Tidak seperti Jumat (18/6) lalu ketiga ditemukan ribuan koin kuno di sekitar rumah warga setempat, Didik Jaryadi, 35, saat melakukan penggalian untuk septictank rumahnya. Warga sekitar langsung ramai berdatangan melihat koin tersebut.

Kemarin ketika Radar Bromo berkunjung lagi ke lokasi ditemukannya koin tersebut, seorang laki-laki dengan bersandar pada dua tongkat besi di tangannya menyambut ramah. Dialah Didik Jaryadi, pemilik rumah sebagai tempat ditemukannya koin tersebut.

Penemuan barang-barang lawas macam koin kuno tersebut sebenarnya bukan kali pertama terjadi di Jl Ijen. Sekitar 30 tahun lalu, masih di sekitar pekarangan yang ditinggali Didik itu juga pernah ditemukan sebuah guci. Tapi, sayang guci itu tak terselamatkan karena pecah. "Zaman dulu, tidak seperti sekarang. Kalau sekarang kan bisa langsung diekspos," ujar Didik.

Guci itu ditemukan oleh Mbah Buyut Didik. Menurut Didik, saat itu juga seluruh saudaranya mendapat pesan dari sesepuhnya. Jika hendak menggali tanah di pekarangan tersebut hendaknya hati-hati. Sebab, di pekarangan tersebut banyak barang-barang berbahaya.

Yang dimaksud barang-barang berbahaya itu adalah granat. Sampai saat ini granat itu masih belum ditemukan di mana posisinya dan seberapa banyak. "Mungkin yang dianggap berbahaya granat itu," jelas Didik.

Di tanah pekarangan tempat tinggal Didik dan keluarganya, dulu pernah berdiri sebuah rumah lawas. Rumah itu ditinggali para tentara dan relawan pejuang kemerdekaan. Tapi, pada saat ini rumah lawas itu dibongkar. Sekarang sudah berganti bangunan modern. "Mungkin granat itu, peninggalannya para relawan itu," ujar Didik.

Seiring dengan ditemukannya koin kuno itu, muncullah berbagai kisah sejarah dari tanah pekarangan yang sekarang ditempati Didik dan keluarganya. Di antaranya menyatakan bahwa masih ada koin kuno lebih banyak lagi dari yang ditemukan Jumat lalu. Koin-koin kuno itu jumlahnya bahkan sampai satu bak mandi orang-orang zaman dulu.

Padahal, yang ditemukan Jumat lalu hanya sentengah timba kemasan cat, tapi jumlah sudah mencapai ribuan koin. "Tapi, entah dipendam di bagian mana. Kami juga kurang tahu," jelas Didik.

Pada saat hendak melakukan penggalian tanah itu pun, tidak ada firasat atau petunjuk-petunjuk tertentu. Didik mulanya hanya mengundang tukang. Mereka disuruh melebarkan septictanknya karena sudah lama mampet.

Sugeng Riyadi, 43, yang masih punya ikatan kerabat dengan Didik. Juga ada Asmat warga Desa Pesisir Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Dua orang ini, diminta oleh Didik untuk menggali dan melebari septictanknya.

Ternyata penggalian septictank malah menemukan ribuan koin kuno. Saat ini, koin-koin itu masih disimpan di rumah Didik. Didik belum tahu mau diapakan koin-koin tersebut. Termasuk, bila ada yang menawar hendak dibeli Didik pun mengaku tidak tahu mau dihargai berapa. "Masih belum tahu mau diapakan. Rencananya masih kami simpan dulu," ujarnya.

Sejak ditemukannya koin itu, sudah banyak orang yang datang dan menawar koin tersebut. Salah satunya adalah dari pemerintah kota Probolinggo, dalam hal ini adalah Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Dispobpar).

Menurut Didik, ada tiga tawaran yang diberikan dispobpar waktu itu. Yakni koin-koin tersebut dihibahkan kepada pemkot, dititipkan di museum dengan ketentuan dipajang nama penemu dan pemiliknya, serta tawaran ketiga adalah jual beli atau ada dana imbal balik.

"Sampai saat ini, kami masih belum tahu untuk apa. Kalau yang nawar banyak, tapi dari tukang urup-urup. Bagi kami barangnya tidak seberapa, tapi nilai sejarahnya," ujar Didik. (yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165800

Tidak ada komentar:

Posting Komentar