Selasa, 22 Juni 2010

Semipro Dianggap Kebutuhan Hiburan

[ Selasa, 22 Juni 2010 ]
Pernyataan Ketua Panitia Semipro Heru Jhudiarto, tentang kurangnya gereget masyarakat terhadap Semipro (Seminggu di Kota Probolinggo), mendapat tanggapan dari sejumlah LSM.

Menurut mereka masyarakat Probolinggo bukan tidak ada gereget. Tapi, karena memang tidak paham dan tidak memikirkan tentang event tersebut. Bahkan menurut mereka ada yang memang tidak mau tahu dengan Semipro.

"Sekarang masyarakat tidak banyak yang memikirkan untuk mencari hiburan. Tapi, lebih menekankan bagaimana mencari makan. Mencari makan saja masih susah, kok mau mencari hiburan. Hiburan itu nomor sekian, yang penting makan dulu," ujar Khofilillah, Ketua LSM Gagak Hitam.

Diberitakan sebelumnya, gelaran Semipro kian dekat, tapi gereget masyarakat menuju event semipro dirasakan masih kurang. Pernyataan itu, dilontarkan oleh oleh Heru Jhudiarto, selaku ketua panitia.

Menuruntya, mestinya sejak dua minggu sebelum Semipro mulai bersih-bersih kampungnya, dipasangi umbul-umbul. Misalnya di stasiun kereta api dan terminal yang bakal menjadi pusat manusia berdatangan ke Kota Probolinggo.

Menurut Khofi, Semipro yang bertujuan untuk menciptakan ikon wisata memang baik. Tapi, yang harus dipertimbangkan adalah kewajiban pemerintah sudah terpenuhi atau belum. "Terutama, untuk masalah pendidikan dan kemiskinan. Semipro ini dananya tidak sedikit. Akankah lebih baik kalau itu dialokasikan pada dana pendidikan," ujarnya.

Menurut Khofi, kurang geregetnya masyarakat terhadap event Semipro seharusnya menjadi bahan evaluasi. Kenapa masyarakat bersikap seperti itu? "Ini bukan masyarakat tidak mau menyambut. Coba, didiklah masyarakat itu dengan mandiri jangan dengan keglamoran," ujarnya.

Kritik senada disampaikan Musthofa Baqir ketua LSM eLSIKa. Menurutnya, kurangnya sambutan dari masyarakat terhadap Semipro bisaj jadi karena masih belum ada imbauan dari wali kota. Menurutnya, kalau hanya masalah penyambutan, itu bisa diatasi dengan imbauan wali kota.

Tapi, menurut Musthofa, sikap masyarakat saat ini lebih disebabkan karena warga sudah mulai bosan. Karena sudah sering mendapat sajian-sajian atau kegiatan yang sifatnya rutinitas semata. "Sifatnya rutin, tapi masih belum menyentuh substansi kebutuhan masyarakat," ujarnya.

Mustofa berharap hal itu bisa menjadi kajian yang lebih mendalam bagi pemkot. Selama ini, Probolinggo terkesan bagus hanya di bungkusnya saja. Sedangkan di dalamnya masih banyak terdapat kekurangan.

"Dengan slogan kota seribu taman, mobil dinas baru kan sudah bagus semua. Tapi, pada kenyataanya masih banyak masyarakat yang mengeluhkan biaya pendidikan," papar Musthofa.

Musthofa mengatakan, seharusnya ada timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat. Jangan hanya bersifat kepentingan sementara dan berdasarkan kepentingan salah satu pihak semata. "Selama ini belum ada keseimbangan antara pemerintah dan masyarakat. Kalau sudah ada keseimbangan, maka masyarakat akan dengan mudah diminta untuk berpartisipasi," ujarnya. (rud/nyo)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165792

Tidak ada komentar:

Posting Komentar