Selasa, 08 Juni 2010

Dinilai Banyak Hewan Berbahaya

[ Selasa, 08 Juni 2010 ]
Kali Mati Perlu Perawatan
KRAKSAAN - Penangkapan puluhan ular di kali mati, Desa Bulu, Kecamatan Kraksaan membuat warga setempat khawatir. Sebab, selama ini kali mati hampir tidak berfungsi. Namun, banyak hewan berbahaya yang hidup di tempat itu.

Wahyudi, 28, warga setempat menyarankan agar kali mati lebih baik ditimbun dengan tanah. Sebab menurutnya, banyak muncul hewan berbahaya dari sungai tersebut. "Jangan dibiarkan begitu. Warga yang kena dampak negatifnya," katanya.

Sebenarnya, Wahyudi mengaku tidak banyak tahu mengenai sejarah sungai itu. Hanya menurut dia, memang banyak hewan yang tinggal di tempat itu. "Ular, ikan, biawak," rincinya.

Lebih jauh dia menerangkan, sungai itu tidak berbahaya bagi beberapa orang. Namun akan berbahaya untuk anak kecil. "Ini harus diperhatikan," lanjutnya.

Seperti diberitakan Radar Bromo,Marzuki, 44, warga setempat mendapatkan ratusan ular saat berniat menjaring ikan. Menurut Marzuki, ular-ular itu didapat dari kali mati yang yang berada di belakang rumahnya.

Dalam pantauan Radar Bromo, sungai tersebut sebenarnya masih mengalir ke laut.

Namun, entah mengapa selama ini sungai itu hampir tidak pernah difungsikan.

Asmo, 78, warga setempat menerangkan, saat musim hujan sungai itu dialiri air. Namun, pada musim kemarau sungai itu kering. "Sungai, tapi bukan sungai," sebutnya berusaha mengidentifikasi.

Seperti warga yang lain, Asmo menyebut di sungai tersebut memang ditempati beragam hewan. Dia sendiri mengaku sering melihat ular di situ. Namun dibiarkan saja. "Ya persis di tempat itu (Marzuki menangkap ular, Red)," tutur Asmo.

Namun, tidak melulu hewan berbahaya yang tinggal di situ. Selain ular kata Asmo, juga ada beberapa jenis ikan. Misalnya ikan Gabus dan Lele. Bahkan, tak jarang ikan-ikan itu dipancing oleh warga sekitar sungai.

Sementara Rohani, 58, menambahkan, dulu sungai itu termasuk wilayah angker. Namun setelah banyak rumah dibanguun di sekitar sungai, kesan angker menghilang. Tapi lanjut Rohani, tetap banyak hewan berbahaya yang tinggal di sungai itu. "Kalau dulu, bahkan ada landak di situ," lanjutnya.

Cerita agak rinci tentang sungai itu disampaikan Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Probolinggo H. Ahmad Budiono. Menurut Budiono, kali mati punya sejarah panjang.

Kata Budiono, kali mati sebenarnya ditutup. Ada beberapa alasan yang menyebabkan penutupan kali mati. Salah satunya, yakni sering menimbulkan banjir besar di Kraksaan. "Ini cerita dari kakek saya," ujarnya yang asli penduduk Desa Bulu.

Penutupan sungai dilakukan pada 1936. Namun, bukan berarti tidak ada air sama sekali. Kata dia, air masih ada di sungai tersebut. Inilah yang kemudian menyebabkan kali mati tidak berfungsi sebagaimana sungai lainnya. "Makanya dinamakan kali mati," jelasnya.

Begitu ditutup lanjut dia, aliran sungai dialihkan ke sungai Rondoningo, Desa Semampir. Sungai Rondoningo sendiri kata Budiono, merupakan sungai buatan. "Yang asli, ya kali mati itu," jelasnya.

Budiono mengakui, masih banyak habitat kali mati yang tersisa. Tak hanya ular, warga sering mendapati biawak dari sungai tersebut. "Bahkan sering lewat jalan di depan rumah saya," ujarnya.

Lebih jauh Budiono berharap, Pemkab Probolinggo merespon kejadian tersebut. Yakni dengan merawat sungai tersebut. Sebab, beberapa hewan di sungai itu mengandung bahaya. Misalnya, ular yang ditemukan di tempat itu. Tentunya kata Budiono, perawatan dilakukan bersama warga. "Sebab sungai itu bersejarah lho," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=163225

Tidak ada komentar:

Posting Komentar