Rabu, 12 Mei 2010

Wisata Mangrove Probolinggo Terganjal Akses Jalan

Rabu, 12 Mei 2010 | 09:55 WIB

PROBOLINGGO-Rencana investor CV Bee Jay membangun wisata terpadu dan reliji di kawasan hutan mangrove di Kel. Pilang, Kec. Kademangan, Kota Probolinggo masih terganjal jalan masuk. Soalnya belum tersedia jalan masuk dari Jl. Soekarno-Hatta menuju kawasan pantai yang ditumbuhi hamparan tanaman bakau itu.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, hingga kini investor belum terlihat memulai proyek fisik. Padahal 17 Maret 2010 lalu, Direktut CV Bee Jay, Benjamin Mangitung dan Walikota HM Buchori SH MSi sudah menandatangani memori kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU).

Dalam MoU yang berlaku selama 30 tahun itu, investor bermaksud menyewa tanah aset Pemkot Probolinggo untuk kawasatan wisata pantai. Pemkot pun mendapatkan pendapatan dari sewa tanah yang ditumbuhi hutan mangrove itu.

Walikota HM Buchori yang dikonfirmasi soal kelanjutan objek wisata pantai itu mengatakan, semua terserah CV Bee Jay. ”Tergantung Bee Jay, kapan mau memulai pembangunan objek wisata mangrove itu,” ujar walikota usai sidang paripurna di gedung DPRD Kota Probolinggo, Senin (10/5).

Yang jelas, kata walikota, Pemkot Probolinggo usai MoU sudah mengingatkan, agar investor segera bergerak. ”Saat itu saya ingatkan agar investor tidak CNN alias Cuma Nanya-Nanya,” ujarnya.

Pemkot pun siap memberikan kemudahan pengurusan perizinan bagi investor. ”Pihak Takmir Masjid Tiban yang kelak masuk kawasan wisata religi juga sudah setuju,” ujar HM. Buchori.

Sebelumnya ketika disinggung agar jangan CNN, pihak Bee Jay mengaku segera membangun jalan setapak menuju hutan mangrove dan 2 gardu pandang. ”Kami sudah menyiapkan dana Rp 300 juta untuk proyek awal itu,” ujar Benjamin.

Memang Benjamin tidak mau menyebutkan berapa dana yang akan dibenamkan untuk membangun kawasan wisata di pantai utara Probolinggo itu. Yang jelas, CV Bee Jay yang mempunyai pabrik pengolahan ikan di pelabuhan Tanjung Tembaga dan karaoke dan kafe di Jl. Dr Soetomo itu mengaku serius berinvestasi.

Jalan Masuk

Ternyata Bee Jay kesulitan membangun jalan masuk ke bakal lokasi proyek wisata mangrove. Rencananya, investor membuat jalan terobosan di depan Puskesmas Pilang ke arah utara melintasi rel KA, persawahan, tambak, hingga kawasan hutan mangrove.

Belakangan, secara lisan pihak Bee Jay meminta izin Takmir Masjid Babussalam (Masjid Tiban) untuk ”meminjam” jalan masuk menuju masjid. ”Pihak Bee Jay hendak pinjam jalan menuju masjid untuk mengangkut tanah uruk sekitar 40 truk,” ujar HM. Catur Indrianto, Sekretaris Takmir Masjid Tiban.

Takmir pun mengumpulkan sejumlah pengurus, Sabtu (8/5) malam lalu. ”Dengan pertimbangan truk proyek bakal menganggu warga yang beribadah di masjid, permintaan Bee Jay ditolak takmir,” ujar Catur.

Tapi secara umum, takmir masjid setuju terhadap rencana pembangunan wisata terpadu dan reliji di Kel. Pilang. ”Kami hanya keberatan, truk-truk pengangkut material melintasi jalan satu-satunya menuju masjid, khawatir mengganggu orang salat,” ujar Catur.

Terkait rencana proyek wisata terpadu, Pemkot pun telah menggelar sosialisasi. ”Takmir sudah 2-3 kali diajak berbicara, intinya kami setuju,” ujarnya.

Masjid Tiban di Pilang, kata Benjamin, bakal masuk kawasan wisata terpadu itu. ”Masjid tua yang sakral itu bakal menjadi wisata reliji,” ujar lulusan UGM Jogjakarta itu.

Pihak Bee Jay pun memaparkan, kawasan wisata itu terhampar di kawasan hutan mangrove sepanjang 1.500 meter di Kel. Pilang. ”Kawasan barat sepanjang 500 meter untuk penangkaran satwa, 500 meter di timur untuk pembibitan mangrove, dan 500 meter di tengah-tengah untuk resort yang dilengkapi bungalow,” ujarnya.

Kawasan wisata itu juga bakal dilengkapi tempat rekreasi air seperti pemancingan dan mendayung (berperahu). Investor juga bakal membangun boom-boom car, wisata outbond, jalan setapak, hingga restoran terapung.

Bee Jay juga bakal melibatkan masyarakat dan nelayan setempat di kawasan wisata terpadu. ”Masyarakat kami libatkan dalam pembibitan dan penanaman mangrove, nelayan bisa menyewakan perahunya kepada pengunjung,” ujarnya.

Benjamin menargetkan, proyek wisata terpadu itu bakal rampung digarap dalam 3 tahun. ”Begitu izin sudah kami kantongi, kami langsung membangun. Di akhir tahun kedua, wisata terpadu sudah bisa dikunjungi sambil terus dikembangkan,” ujarnya.

Demi mewujudkan kawasan wisata di Probolinggo, Benjamin mengaku sudah melakukan studi perbandingan di sejumlah daerah seperti di Surabaya, Tarakan, hingga Bali. isa

Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar