Sabtu, 04 September 2010

Kemipi Cegah Tembakau Layu

[ Sabtu, 04 September 2010 ]
KOTAANYAR - Sapi tidak hanya bisa dimanfaatkan kotorannya sebagai pupuk organik. Saat ini, kemih Sapi juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Bahkan kualitas yang dihasilkan lebih baik dibanding pupuk jenis lain.

Memang, sejauh ini pupuk dari kemih Sapi masih dalam tahap uji coba. Namun, hasilnya sudah bisa dirasakan di sawah milik petani tembakau H Lukman Hakim. Lelaki yang juga ketua Kelompok Tani (poktan) Batu Gajah, Desa Batu Gajah, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo ini bersedia menjadikah lahan tembakau miliknya sebagai tempat uji coba pupuk tersebut.

Hasilnya, pertumbuhan tanaman lebih cepat. Selain itu juga bisa mencegah layunya daun tembakau. Bahkan pada panen daun bawah, tanaman H Lukman minim dari krosok.

"Padahal krosok biasanya cukup banyak. Punya H Lukman malah bisa dirajang. Ini berbeda jika dibanding lahan lain yang tidak memakai bio kemipi. Sampean bisa bandingkan di lapangan," ujar Koordinator Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kotaantar Endang Widayato sembari menunjuk beberapa petak sawah.

Pupuk itu sendiri merupakan kreasi Danramil Kotaanyar Kapten inf Slamet Riadi. Bekerja sama dengan BPP Kotaanyar. Karena merupakan produk sendiri, BPP kemudian menamai pupuk itu dengan Bio Kemipi. "Kemipi itu artinya kemih sapi," tutur Endang.

Dikatakan Slamet, munculnya ide itu berawal dari pengalamannya selama menjadi tentara. Menurut Slamet, hal itu sesuai dengan delapan wajib TNI poin terakhir. Yakni menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat. "Termasuk bentuk pengabdian kami," ujar Slamet yang menjabat Danramil sejak 1 Januari.

Slamet melihat, banyak masyarakat yang memelihara Sapi di Kecamatan Kotaanyar. Hal itu kemudian mengilhami Slamet untuk berkoordinasi dengan BPP memanfaatkan kemih Sapi. "Ternyata mendapat respon baik. Berlanjutlah pemanfaatan itu," tuturnya.

Endang menjelaskan, kemih Sapi mengandung Nitrogen cukup tinggi. Sehingga pemanfaatannya menjadi pupuk organik tak menemui kendala. "Justru karena kadar (Nitrogen) tinggi, hasilnya bisa baik," ujarnya.

Bahkan menurut Endang, kemipi mempunyai dua kelebihan. Yakni, pertumbuhan tanaman lebih cepat. Selain itu juga bisa mencegah layunya daun tembakau.

Pendapat itu dibenarkan PPL Kotaanyar, Yoyok Wagianto. Bahkan kata Yoyok, kualitas yang didapat justru lebih baik daripada pupuk organik jenis lain. "Selain itu untuk mengurangi pengeluaran petani," tuturnya.

Sebab kata Yoyok, kemih Sapi bisa didapatkan dengan mudah. "Tunggu saja di kandang, pakai botol atau timba. Sapi pipis, sudah kita dapat kemihnya," terang Yoyok. Selanjutnya, kemih Sapi diolah selama sekitar 3 minggu.

Dengan cara itu, cost (biaya) yang dikeluarkan petani bisa dikurangi. Sebab dengan demikian, penggunaan pupuk kimia otomatis juga bisa dikurangi. "Kami memang mencari formula agar petani bisa mengurangi pembiayaan," kata Yoyok

Pengolahan kemih Sapi sendiri tak terlalu mahal. Kemih ditempatkan di drum plastik untuk mengurangi kadar kimia. Selanjutnya dicampur dengan bio remediator. "Diaduk setiap 3 hari sekali hingga 3 minggu. Lalu pupuk bisa digunakan," jelas Slamet.

Cara penggunaannya, yakni 250 mililiter bio kemipi dimasukkan dalam tangki dan dicampur dengan air 15 liter. Selanjutnya, langsung bisa digunakan. "Tidak khawatir kedaluarsa. Pupuk organik tidak pernah begitu," tutur Slamet.

Sejauh ini menurut Endang, pupuk organik ini sudah diujicobakan di 5 desa. Yakni Desa Kotaanyar, Sambirampak Lor, Sambirampak Kidul, Sumber Centeng dan Triwungan. Sementara tanaman yang sudah diuji coba yakni tanaman Tembakau, Bawang, Mangga dan Cabai. "Kita uji coba sejak 1 Juni lalu.

Dikatakan Endang, bio kemipi ini bisa digunakan untuk semua jenis tanaman. Sementara itu, tidak ada resiko yang diakibatkan bio kemipi. Setidaknya sejauh ini hasilnya masih bisa diandalkan. "Tanaman yang diberi pupuk ini hasilnya cukup baik," tutur Endang.

Namun hal itu bukannya tanpa kendala. Menurut Endang, pengolahan kemih sapi hingga sejauh ini belum mendapat suntikan dana. Sementara untuk uji coba, dana yang dikeluarkan didapat dari kas Koramil dan BPP. Padahal kualitas yang dihasilkan bio kemipi cukup baik.

Jika hendak digunakan dengan maksimal, mestinya proses itu mendapat dana yang cukup. Sehingga kelak kata Endang, bisa dimaksimalkan hasilnya. "Pupuk organik dengan kemih Sapi ini yang pertama. Saya pikir cukup penting diperhatikan. Masyarakat sejauh ini juga cocok dengan bio kemipi," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=178093

Tidak ada komentar:

Posting Komentar