Senin, 13 September 2010

Warga Probolinggo yang Mewarnai Blantika Musik Tanah Air (2-Habis)

[ Minggu, 12 September 2010 ]
Sonny Josz Kini Ketua Asosiasi Campursari

Membicarakan Muchlas Adi Putra, tak lengkap jika tidak membicarakan juga sosok yang mengorbitkannya. Yakni Sonny Josz. Lelaki rambut gondrong ini juga warga Probolinggo. Dia pun cukup sukses di blantika musik tanah air, membela genre campursari.

MUHAMMAD FAHMI, Probolinggo

Selasa (7/9) itu rumah Lastari, 52, di dusun Taman, Desa Sebaung, Gending, Kabupaten Probolinggo terlihat masih lengang. Saat itu terhitung tiga hari menjelang lebaran. Biasanya, empat hari sebelum lebaran, rumah Lastari sudah ramai dan meriah.

Yang bikin rumah Lastari ramai dan meriah adalah kedatangan Sonny Josz dan keluarganya yang memang asli Sebaung, Gending. "Kebetulan sampai sekarang ini Sonny masih belum datang. Biasanya kalau H-3 Sonny dan keluarganya sudah datang. Dan rumah saya ini menjadi jujugannya," kata Lastari menyambut kedatangan Radar Bromo saat itu.

Menurut Lastari, sampai Selasa itu Sonny Josz beserta isteri dan anak-anaknya masih berada di Madiun. "Kalau ke Probolinggonya pasti di saat lebaran. Cuma sekarang (Selasa) masih di Madiun, usai beberapa hari lalu menggelar konser di Madiun," jelasnya.

Usai konser, Sonny dan keluarganya tinggal di rumah Madiun. Ya, selain di Probolinggo dan Jakarta, Sonny memang mempunyai rumah di Madiun. Maklum saja, isteri Sonny, Tri merupakan orang asli Madiun.

Menurut Lastari, biasanya Sonny dan keluarganya selalu ke Probolinggo usai dari Madiun. Maklum saja saat ini ibu kandungnya, yakni Samawi, 86, masih tinggal di Sebaung. Sang ibu tinggal bersama kakak tertua Sonny. Mereka tinggal tak jauh dari rumah Lastari.

"Biasanya, kalau pulang ya mesti ke rumah saya. Ia itu orangnya ramah dan tidak melupakan teman-temannya disini. Jadi ketika pulang, kampung mesti ramai. Mulai nongkrong bareng di pasar, sampai di depan rumah saya ini," beber Lastari.

Diceritakan Lastari, perjalanan Sonny di dunia entertainment sangat berliku. Sonny kecil sebenarnya tak pernah berpikir menjadi seorang musisi. Semasa kecil dulu, Sonny yang sudah menjadi anak yatim bekerja di PG Gending.

Tetapi kerjanya hanya paruh waktu saja. Ia baru kerja saat PG masuk musim giling. Alhasil penghasilannya pun sangat pas-pasan. "Saat remaja itu, Sonny mempunyai keinginan untuk membelikan rumah sendiri untuk ibunya. Karena itu ia memutuskan untuk keluar dari PG, karena penghasilan dari PG memang pas-pasan," kata Lastari.

Usai keluar dari PG, Sonny sempat mengadu nasib ke Surabaya bersama beberapa teman satu kampungnya sebagai kuli batu sebelum tahun 1980. Saat proyeknya selesai, Sonny enggan pulang seperti teman-teman lainnya.

Ia belum berani pulang, lantaran masih belum sukses. Sonny pun lantas bablas ke Jakarta pada tahun 1980. "Saya ingat betul, saat itu ia hanya pamit ke Jakarta dengan membawa gitar sebagai bekalnya," kenang Lastari.

Di Jakarta, Sonny mulanya sama sekali tidak mengenal siapa-siapa. Ia juga tidak mempunyai sanak saudara. Alhasil Sonny pun harus tidur di depan pertokoan.

Hidupnya pun berpindah-pindah setiap harinya. Untuk memenuhi kebutuhannya, ia mengamen. "Ia mengamen cukup lama. Mungkin lebih dari 2 tahun. Ia berkeliling sambi membawa gitar," jelas Lastari.

Nah, pada suatu hari saat mengamen, Sonny tak sengaja bertemu dengan seorang pencipta lagu kondang. Ceritanya saat itu ia ngamen di depan rumah Harintos dan Harianto, pencipta lagu-lagu pop.

Saat melihat perform Sonny, Harintos pun kesengsem. "Sonny diminta untuk menyanyi satu lagu sampai selesai. Usai nyanyi, Harintos langsung mendatanginya dan menawarinya bernyanyi," jelas Lastari.

Lagu pertama yang dinyanyikan Sonny di dapur rekaman saat itu adalah melodi dalam mimpi. Perusahaan rekaman pun tertarik, Sonny lantas ditawari membuat album pop. "Sonny langsung dikontrak," beber Lastari.

Sempat melejit di album pertama, perjalanan karir Soni kembali jalan di tempat pada beberapa album selanjutnya. Sonny pun sempat berganti aliran menjadi dangdut pada dekade tahun 1990-an.

Peruntungan Sonny di dangdut pun juga tak cukup bagus. "Saat itu saya menyarankan ke Sonny untuk mencari usahal lain disamping menyanyi. Sonny pun memilih untuk usaha jual beli mobil," terang Lastari.

Dari usaha jual beli mobil itu Sonny bertekad ingin tetap menjaga eksistensi di dunia tarik suara. Usaha jual beli mobil itu pun lumayan sukses. Dari usaha itu, cita-cita Sonny untuk membelikan ibunya sebuah rumah sendiri terwujud.

Pada 2002, keberuntungan kembali menaungi Sonny. Karirnya mengalami peningkatan pesat. Itu tak terlepas dari keputusannya yang mengganti genre musiknya dari dangdut menjadi aliran campur sari.

"Waktu itu campursari sedang naik daun. Penyanyinya yang kondang saat itu mas Mulyadi yang sudah senior. Sonny pun berupaya masuk untuk regenerasi. Kebetulan saat itu Sonny sudah mahir menciptakan lagu sendiri ," jelas Lastari.

Awalnya banyak pihak sempat ragu dengan keputusan Sonny itu. Maklum saja, musik campursari dikenal populer di kalangan daerah Mataraman. Nah, Sonny sendiri dikenal sebagai warga Probolinggo yang mempunyai logat Madura yang kental.

"Tetapi hal itu malah membuat suana Sonny sangat khas. Apalagi lagu-lagu ciptaan Sonny enak didengar dan mudah dihapal. Sonny pun langsung melejit dengan lagu Sri Minggatnya," kata Rahmat Khalik, sepupu Sonny lainnya.

Sonny pun lantas menjadi maskot campur sari bersama dengan Didi Kempot dan musisi lainnya. Kesuksesan Sonny ini membuatnya berani untuk membuat studio rekaman sendiri yang diberi nama Trijosz (gabungan nama sang isteri Tri dengan nama terakhirnya Josz) production yang sampai sekarang tetap eksis.

Saat ini Sonny pun masih tercatat sebagai ketua umum DPP Asosiasi Campur Sari Indonesia (ACSI). Lalu apa kunci suksesnya? "Sonny itu tak pernah lupa akan asal usulnya. Terutama kepada orang tua yang melahirkannya," beber Lastari.

Saat diundang di pernikahan anak Lastari pun, Sonny selalu datang. "Ia juga tak lupa dengan warga sini. Beberapa kali Sonny membuat video klip di Probolinggo. Para pemainnya, ya tetangga-tetangga sendiri," kata Lastari. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=178899

Tidak ada komentar:

Posting Komentar