Selasa, 17 Agustus 2010

Sulit, Harga pun Melambung

[ Senin, 16 Agustus 2010 ]
Mitan di Kota Probolinggo setelah Konversi

PROBOLINGGO - Setelah konversi dilakukan, warga Kota Probolinggo mulai merasakan efeknya. Minyak tanah (mitan) kian sulit diperoleh. Harganya pun melambung, mencapai Rp 7.500 hingga Rp 8.000 perliter.

"Untuk mendapatkan minyak tanah sulitnya minta ampun. Kalau pun ada, harganya mahal. Sekarang bisa mencapai Rp 7.500 - Rp 8.000 per liter," ujar Mila, warga Jl Letjen Sutoyo, Kota Probolinggo, kemarin.

Mila mengatakan untuk mendapatkan 10 liter mitan, dirinya harus keliling kota. Padahal, hal itu tidak pernah terjadi selama ini. Menurutnya, makin melambungnya harga dan sulitnya mitan itu, terjadi sejak sekitar sepekan lalu. "Kata pengecernya, harga mitan mahal karena termasuk non-subsidi," ujar guru TK itu.

Mengapa tidak pakai gas? Mila mengaku masih merasa takut pada kejadian-kejadian ledakan tabung gas yang selama ini banyak diwartakan. "Lebih baik pakai minyak tanah. Meski harganya mahal tapi kan aman," kata Mila.

Afna, warga Kelurahan Tisnonegaran Kecamatan Kanigaran, mengungkapkan hal yang sama. Ia mengaku paket konversi yang diterimanya sekitar sebulan lalu belum dimanfaatkan sampai saat ini. "Lebih baik saya memasak menggunakan kompor minyak atau kayu bakar," ujarnya.

Sulastri warga Kelurahan Katapang Kecamatan Kademangan mengatakan, untuk mendapatkan minyak sesuai dengan HET (harga eceran tertinggi) perlu mengantre. Tapi, bila tak mau mengatre harus rela mengeluarkan uang lebih banyak. "Sejak sekitar seminggu lalu, harga minyak tanah naik. Kalau beli kepada pengecer harganya mahal, bisa sampai Rp 8.000 perliter," ujarnya.

Menurutnya harga sedemikian itu sangatlah memberatkan. Tapi, karena butuh, berapapun harganya mitan tetap dibeli. "Dengan harga segitu saja minyaknya tidak selalu ada. Kalau sudah ada harus antri," jelasnya.

Selain Sulastri, ada Tari warga Kelurahan Jati Kecamatan Mayangan. Tari menyatakan sejak sepekan lalu dirinya harus mengelurkan duit sampai Rp 8.000 untuk seliter mitan. "Itu kami dapat dari pengecer, karena sudah tidak ada lagi," ujarnya.

Tari mengaku tahu kalau harga eceran normalnya hanya Rp 3 ribu. "Kalau beli ke pangkalan tidak sampai semahal itu, tapi karena membeli kepada pengecer harganya jadi mahal," ujarnya.

Sejumlah pangkalan dan pengecer mitan mengaku saat ini hanya mendapat pasokan mitan dalam jumlah kecil. "Sabtu (7/8) lalu saya dipasok agen hanya 1 drum. Dan itu langsung habis, tidak sampai satu hari," ujar salah seorang pemilik pangkalan mitan yang menolak namanya dikorankan.

Menurutnya, karena yang dipasok agen termasuk mitan bersubsidi, terpaksa tetap menjual dengan harga Rp 4.500 per liter. "Sampai sekarang pasokan mitan belum juga datang. Padahal, sudah banyak warga yang bertanya kapan mitan datang," ujarnya kemarin.

Sementara itu, salah seorang karyawan di salah satu agen mitan di Kota Probolinggo, mengatakan hingga kini masih memasok mitan bersubsidi. Dan, itu akan berlangsung hingga sekitar 12 September mendatang. "Pertamina mengatakan, mitan bersubsidi masih terus dipasok hingga 12 September 2010 mendatang," ujarnya.

Tapi, ia juga mengakui kalau kiriman mitan kian menipis, sehari-harinya pihaknya hanya dijatah 1 tangki ukuran 5.000 liter. Mitan sebanyak itu dikirimkan ke tiga kecamatan di Kota Probolinggo. "Untuk Kecamatan Mayangan dan Wonoasih tidak ada jatah mitan bersubsidi lagi," jelasnya.

Sesuai petunjuk dari Pertamina, menurutnya, mitan bersubsidi akan ditarik pelan-pelan dari pasaran. Itu, supaya masyarkat tidak kaget dengan makin melambungnya harga mitan. "Setelah itu (12/9), kalau ada ya mitan non-subsidi," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175049

Tidak ada komentar:

Posting Komentar