Selasa, 17 Agustus 2010

Pocong di Lomba Patrol

[ Selasa, 17 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Festival musik patrol atau pengantar sahur kembali digelar oleh Ponpes Zainul Hasan (Zaha) Genggong, Minggu (15/8) malam. Festival musik pengantar sahur (MPS) itu membuat jalanan di Pajarakan yang jadi rute lomba dipadati manusia.

Acara dalam rangkaian peringatan Nuzulul Qur'an dan haul almarhum Nyai Hj Himami Hafshawaty itu mulai digeber sekitar pukul 21.30. Selain warga, pengasuh ponpes Zaha KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah dan Gus Haris, serta beberapa pejabat juga hadir menyaksikan acara tersebut.

Gelaran MPS itu diikuti oleh 70 peserta dari Kabupaten dan Kota Probolinggo, Bondowoso dan Situbondo. Sebelum berjalan menempuh jarak sekitar 3 km, dari halaman masjid Assuhudiyah menuju ponpes Zaha, masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk beratraksi.

Ada waktu sekitar 2 menit bagi mereka untuk beratraksi. Para peserta pun dengan antusias membunyikan alat musiknya. Meski dengan alat seadanya, semacam galon, kaleng bekas, timba, jerigen, dan yang terbanyak adalah kentongan bambu.

Berbagai upaya dilakukan para peserta untuk menarik perhatian penonton. Seperti yang dilakukan oleh peserta asal SMPN 1 Kraksaan. Mereka tampil dengan dandanan yang serem. Seluruh pesertanya berbusana ala pocong dan kuntilanak.

Kontan, aksi mereka cukup mengundang perhatian penonton. Utamanya, banyak anak kecil yang langsung mundur dan memeluk ibunya erat-erat. Pasalnya, mereka takut dengan penampilan pocong mendadak itu. "Wah, katanya setan dibelenggu. Lho, ini kok masih ada berkeliaran di sini," ujar salah seorang penonton.

Dalam kesempatan itu, pemandu dari SMPN 1 Kraksaan menyatakan kalau pocong-pocong itu hendak mengingatkan kalau semua akan jadi pocong alias akan mati. "Nanti kalau tidak puasa akan menjadi pocong yang bergentayangan," teriaknya.

Penampilan berbeda juga dibawakan oleh SMAN 1 Dringu. Bila kelompok lain mayoritas laki-laki, kelompok ini pesertanya adalah perempuan. Tak ayal, mereka pun mengundang komentar penonton.

"Kalau cewek-cewek begitu yang membangunkan. Benar-benar bangun, tapi entah apanya yang bangun. Bisa-bisa yang patrol juga tidak kembali," ujar seorang penonton.

Tak hanya muda-mudi, kaum tua juga turut tampil dalam ajang tahunan itu. Mereka adalah kelompok patrol dari Bondowoso yang menamakan diri Ki Burdah. Penampilan mereka memang beda dengan kelompok lainnya. Selain anggotanya sudah sepuh-sepuh, mereka juga tak membawa kentongan.

Ditemui di sela-sela acara, Gus Haris yang jadi ketua panitia mengatakan kalau acara tersebut merupakan serangkaian dengan acara Nuzulul Qur'an yang dikemas dengan nama Lailatul Qira'ah. "Lailatul Qiraahnya, akan digelar Kamis (19/8), ba'dah tarawih. Bertepatan dengan halnya Nyai Hj Himami Hafshawaty," ujarnya.

Gus Haris juga menyatakan, terima kasih dan apresiasi yang sedalam-dalamnya kepada seniman almarhum Trombol alias Soepinto Basuki. Menurutnya, semasa masih hidupnya, Trombol telah banyak terselenggaranya acara tersebut. "Pak Trombol, telah banyak membantu kami," ujarnya.

Sementara kiai Mutawakkil mengatakan, acara tersebut selain syi'ar Islam juga bertujuan untuk melestarikan budaya lokal. Menurutnya, dengan adanya acara tersebut masyarakat bisa memetik manfaatnya. "Dalam rangka mensyiarkan syariat Islam, yaitu ibadah sahur. Karena dalam sahur itu ada barokah," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175235

Tidak ada komentar:

Posting Komentar