Selasa, 13 Juli 2010

Bedah Rumah Sisakan Masalah

Selasa, 13 Juli 2010 | 08:03 WIB
Rumah yang dapat program perbaikan.

PROBOLINGGO - Program bedah rumah keluarga miskin (gakin) di Kota Probolinggo masih menyisakan masalah. Sejumlah rumah masih perlu perbaikan lebih lanjut karena dibangun dengan dana dan material pas-pasan.

Hal itu terungkap saat Komisi C DPRD menggelar dengar-pendapat (hearing) sekaligus meninjau sejumlah rumah yang telah “dibedah”. “Kami menerima sejumlah laporan, perbaikan rumah warga miskin itu kurang layak dari segi material bangunan,” ujar Ketua Komisi C DPRD, Nasution.

Politisi PDIP itu mencontohkan rumah Sumaryah, warga RT 3/RW 4, Kel. Wonoasih, Kec. Wonoasih, Kota Probolinggo. Demikian juga rumah Awi, warga RT 4/RW 11. Kel. Triwung Lor, Kec Kademangan.

Kepala Bapemas, Soeparjono mengatakan, pada 2010 ini di Kota Probolinggo tercatat sekitar 1.300 rumah tidak layak huni. “Sebanyak 1.000 unit bakal diperbaiki Pemprop Jatim. Ini program Pak De Karwo (Gubernur Soekarwo, Red.), yang pelaksananya adalah Kodim 0820 Probolinggo,” ujarnya.

Sementara sisanya yang 300 unit bakal dituntaskan Pemkot Probolinggo sendiri karena sejumlah satuan kerja (satker) mempunyai program “bedah rumah” gakin. Bapemas sendiri mendapat jatah memperbaiki sebanyak 100 rumah. “Selain itu Pak Wali mengupayakan perbaikan 50 rumah dengan dana dari Kementerian Perumahan Rakyat,” ujarnya.

Selain itu Dinas Koperindag juga mempunyai program “bedah rumah” dengan sasaran gakin yang mempunyai bidang usaha kecil. “Tujuannya rumah-rumah itu bisa melindungi penghuninya dari cuaca, faktor keamanan, dan kesehatan,” ujarnya.

Dana Rp 10 juta/rumah disoroti sejumlah anggota Komisi C DPRD. Soalnya dengan dana sekecil itu rumah-rumah gakin yang direhab masih belum layak huni.

Chandra, konsultan proyek dari CV Kharisma Pratama mengakui, dana Rp 10 juta itu tidak semuanya untuk bangunan rumah. “Soalnya masih dipotong PPN Rp 1 juta, sehingga riilnya hanya Rp 9 juta,” ujarnya.

“Waduh kasihan warga miskin. Kalau di Bandung, dana Rp 10 juta itu utuh tidak dikenai PPN, bahkan bertambah karena partisipasi pengusaha dan warga lainnya. Sehingga rumah yang diperbaiki bisa layak huni,” ujar Cak Yon -panggilan akrab Nasution.

Saat meninjau sejumlah rumah gakin yang diperbaiki, sejumlah anggota Komisi C pun mengaku prihatin. “Kasihan, perbaikan dengan dana nanggung begini. Ini tiang di teras rumah kalau sampai tertabrak, bisa roboh,” ujar Wakil Ketua Komisi C, Hamis Rusdi.

Cak Yon pun kemudian memerhatikan blandar penopang kayu-kayu usuk di teras rumah Sumaryah. “Lho blandar-nya kok cuma ukuran 4 x 6, ini sama dengan usuk, kurang kokoh,” ujarnya.

Cak Yon kemudian memanggil Chandra, konsultan “bedah rumah”. “Tolong tiang penyangga diganti tembok batu bata biar kuat. Blandarnya diganti dengan kayu yang lebih besar, mungkin 5 x 7,” ujarnya.

Politisi PDIP itu juga memeriksa sejumlah usuk yang terlihat melengkung di ruang tamu rumah Sumaryah. “Menurut saya ini bahaya. Kalau konsultan menganggap sudah sesuai bestek silakan, tapi kalau ada apa-apa harus bertanggung jawab,” ujarnya.

Sejumlah anggota Komisi C juga mengaku prihatin saat meninjau rumah Awi di Triwung lor. “Lho atas asbesnya kok tidak ada kayu penopangnya,” ujar Hamid Rusdi.

Rumah Awi awalnya ambruk karena sudah tua. Ternyata dana Rp 9 juta dicukup-cukupkan untuk membangun rumah berukuran sekitar 7 x 3,5 meter persegi di dekat kandang sapi.

Hanya ada satu pintu dan satu jendela di bagian depan rumah berdinding gedheg itu. “Karena dananya tidak cukup, terpaksa pakai gedheg bukan tembok batu bata,” ujar Chandra, konsultan. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=45bf719b4aa7c1611b2e597a32f485ad&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Tidak ada komentar:

Posting Komentar