Sabtu, 15 Mei 2010

Kodim Pastikan Pistol Bukan Milik Anggotanya

[ Sabtu, 15 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Langkah Polres Probolinggo menyelidiki kasus mutilasi Hartono alias To, 30, warga Dusun Kongsi Desa Andungsari, Tiris, belum membuahkan hasil signifikan. Tersangka pelaku maupun motifnya sampai kemarin (14/5) belum juga terungkap.

Untuk itu, kemarin petugas polres kembali naik ke Desa Andungsari, Tiris. Mereka kembali melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara). Selain itu, mereka juga kembali minta keterangan pada beberapa saksi baru, di luar tujuh orang yang telah diperiksa sebelumnya.

"Kami cari keterangan sebanyak-banyaknya," kata Kapolres AKBP AI Afriandi kepada Radar Bromo kemarin (14/5). Menurutnya, beberapa saksi tersebut adalah orang-orang yang masih ada hubungannya dengan korban, atau mengetahui kondisi terakhir korban.

Kapolres mengakui kali ini pihaknya tidak memanggil para saksi itu agar datang ke mapolres. Tapi, polres memakai strategi jemput bola. Saksi-saksi itu didatangi langsung.

Usai salat Jumat kemarin, beberapa anggota polres naik ke Desa Andungsari. Selain memeriksa saksi-saksi baru, mereka juga kembali melakukan olah TKP. "Kami terus mencari barang bukti baru yang bisa memberikan gambaran untuk ungkap kasus," ujar Kapolres yang bakal dapat promosi menjadi Wadir Lantas Polda Sulteng.

Seperti diberitakan sebelumnya, Hartono alias To, 30, ditemukan tewas dengan tubuh termutilasi hingga jadi sembilan bagian. Lelaki yang saban harinya bekerja sebagai petani dan pencari kayu itu adalah warga Dusun Kongsi, Desa Andungsari. Tapi, tubuh bapak satu anak -istrinya kini hamil anak kedua- itu ditemukan termutilasi di tengah hutan kopi di Dusun Segaran Duwes, Desa Andungsari.

Sembilan bagian tubuh Hartono ditemukan dikubur terpisah di lima lubang. Potongan-potongan tubuhnya ditemukan pada Selasa (11/5) sebanyak enam potongan dan Rabu (12/5) sebanyak 3 potongan.

Sampai kemarin belum ada titik terang motif maupun pelaku mutilasi ini. Sepeda motor China yang sempat dipakai korban sebelum tewas, juga belum ditemukan. Selain terus mencari keterangan baru, Polres juga masih harus menunggu hasil penyelidikan oleh Labfor Mabes Polri cabang Jatim di Surabaya. Sampai kemarin sore hasil labfor tersebut masih belum turun.

"Untuk mengetahui langsung perkembangan hasil labfor itu, Kasatreskrim langsung ke Surabaya untuk memantau perkembangannya. Cuma sampai sekarang masih belum ada informasi. Saya juga masih belum dihubungi," kata Kapolres Afriandi.

Hasil labfor tersebut dirasa cukup penting. Karena dari hasil labfor tersebut dapat diketahui penyebab kematian korban. Apakah korban tewas karena disabet benda tajam, atau diracun terlebih dahulu atau ada luka tembak di tubuh korban.

Termasuk juga karena di TKP polisi juga menemukan sebelas butir peluru dan pistol jenis FN yang di batangnya tertulis Browning Hi-Fi power automatic cal 4,6 mm made in Belgium. "Kami memang sengaja langsung mengirim barang bukti dan mayat korban ke Labfor agar kondisi BB tersebut tidak rusak," jelas Kapolres.

Saat ditanya soal motif, sampai sejauh ini menurut Kapolres dugaan paling kuat memang masih berkaitan dengan asmara. "Itu (motif cemburu yang berkembang) terus kami dalami. Untuk perampokan, mungkin masih kecil kemungkinannya," jelas Kapolres.

Kodim Periksa Anggotanya

Dalam kasus mutilasi ini ada satu anggota TNI yang ikut disebut-sebut. Yakni Serma Niman. Dia adalah anggota TNI yang menggarap kebun kopi milik Perhutani di Dusun

Segaran Duwes, Desa Andungsari, Tiris, tempat ditemukannya potongan-potongan tubuh Hartono.

Sebelumnya, polres memang berniat memeriksa Serma Niman sebagai pengelola hutan kopi tersebut. Tapi, itu tidak bisa dilakukan karena Niman anggota TNI. Kodim 0820 Probolinggo pun bergerak cepat. Selama dua hari terakhir (13-14/5) Kodim telah meminta keterangan pada Serma Niman.

Selama dua hari ini Serma Niman yang asli warga Andungsari, Tiris, diperiksa di ruang Pasi Intel Kodim 0820. Dari hasil pemeriksaan tersebut diketahui bahwa hutan tersebut sedianya bukan milik Niman.

"Tanah hutan tersebut adalah milik Perhutani. Cuma selama beberapa tahun ini memang digarap oleh kedua orang tua Niman. Hasilnya itu beberapa persen nanti untuk perhutani," terang Pasi Intel Kapten Inf. Matali kepada Radar Bromo petang kemarin.

Karena lahan tersebut bukan milik Niman, polres bisa memeriksa kedua orang tua Niman. Namun, kedua orang tua Niman sudah sepuh.

Sementara, dalam pemeriksaan, Pasi Intel juga menanyakan aktivitas Niman sejak tanggal 9 sampai tanggal 13 Mei lalu. Menurut Pasi Intel, selama rentang itu tidak ada aktivitas mencurigakan yang dilakukan Serma Niman.

Niman juga mengaku tidak mempunyai musuh selama di desanya. "Termasuk dengan korban," kata Pasi Intel. Sekedar diketahui, Niman masih bertetangga dengan Hartono di dusun Kongsi.

Selain itu, istri Niman juga ikut dimintai keterangan oleh Pasi Intel sejak kemarin. Tapi, belum bisa diperoleh keterangan hasil pemeriksaan terhadap istri Niman itu.

Sedangkan soal pistol FN yang ditemukan bersama potongan tubuh korban, Pasi Intel memastikan itu bukan milik anggota TNI. Sebab pistol tersebut berkaliber 4,5 mm, sementara pistol anggota TNI berkaliber 9 mm.

Selain itu, menurut Pasi Intel, pistol milik anggota TNI juga terdapat nomor indeksnya. Sementara pistol yang ditemukan di TKP sama sekali tidak terdapat nomor indeks di bagian luarnya. "Jadi itu bukan pistol anggota," tegasnya.

Ada dugaan, beberapa pihak sengaja menjatuhkan korps TNI terkait dengan kasus mutilasi tersebut. Lantaran di TKP juga terdapat kain doreng yang selama ini identik dengan korps TNI. "Tetapi kami tetap akan cari ketarangan di lapangan," beber Pasi intel.

Ia menegaskan bahwa Kodim juga serius membantu polres mengusut kasus mutilasi tersebut. "Kami telah kerja sama dengan polres," ujarnya. (mie/yud)

Source: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158458

Tidak ada komentar:

Posting Komentar