Sabtu, 15 Mei 2010

Pistol Militer di Tubuh Korban Mutilasi

Pipiet Tri Noorastuti
Sabtu, 15 Mei 2010, 17:13 WIB

SURABAYA POST - Kapolres Probolinggo, AKBP AI Afriandi yang sebentar lagi dipromosikan sebagai Wadirlantas Polda Sulawesi Tengah agaknya harus berat langkah meninggalkan Probolinggo. Di ujung jabatannya, ia harus secepatnya mengungkapkan kasus pembunuhan sadis dengan korban Hartono (30), warga Desa Andungsari, Kecamatan Tiris.

Ada dua motif yang paling dicurigai: motif asmara dan perampokan. ”Motif ini semakin kompleks karena di antara mayat ditemukan sepucuk pistol FN buatan Belgia beserta 11 butir peluru,” ujar Kapolres, Jumat, 14 Mei 2010. pera

Pistol yang biasa digunakan kalangan TNI itu dikubur dalam lubang yang juga berisi potongan paha korban. Keduanya terbungkus sapu tangan motif bunga-bunga warna biru.

Dalam bungkusan itu juga terdapat 11 peluru dan beberapa pegas kecil yang diduga suku cadang pistol. Ada pula dua botol minuman suplemen yang isinya diduga minyak pelumas untuk pistol dan dua utas tali dari kain bermotif doreng.

Yang membuat Kapolres mengernyitkan dahi dan tidak habis pikir, mengapa benda-benda 'militer' itu diletakkan di antara potongan mayat? “Sekadar menduga, kalau pelaku pembunuhan kemudian meninggalkan barang-barangnya di situ, rasanya tidak masuk akal,” ujarnya.

Kalau bukan milik pelaku, untuk apa 'identitas militer' itu diletakkan pada potongan mayat? Untuk tujuan kamuflase, menutupi identitas pelaku yang sebenarnya, atau untuk menyudutkan pihak tertentu?

Teka-teki itu semakin rumit setelah diketahui, kebun kopi bercampur pisang itu milik seorang prajurit TNI, Serma Nim, yang berdinas di sebuah Koramil di Probolinggo. ”Yang bersangkutan anggota TNI, jadi kami tidak berhak memeriksanya,” ujarnya.

Sementara itu Komandan Sub Denpom V/3 Probolinggo, Lettu CPM Samat, mengatakan, pihaknya belum memeriksa Serma Nim. ”Mungkin masih diperiksa di internal Kodim, belum dilimpahkan kepada kami,” ujarnya.

Komandan Kodim 0820 Probolinggo, Letkol Arh. Budhi Rianto yang dihubungi lewat telepon selularnya tidak merespons. Namun, menurut seorang sumber, Serma Nim sudah diperiksa Pasi Intel di Makodim.

Motif Asmara?
Selain disibukkan mengungkap teka-teki keberadaan pistol FN dan sejumlah 'benda militer', polisi menduga ada motif asmara di balik pembunuhan Hartono. Hal itu berdasarkan keterangan sejumlah saksi yang telah diperiksa di Polsek Tiris dan Mapolres Probolinggo.

”Sambil menunggu hasil Labfor (laboratorium forensik) yang memeriksa mayat dan pistol FN, kami sudah memeriksa tujuh saksi,” ujar Kapolres. Dikatakan, dari keterangan sejumlah saksi, dugaan selingkuh pada Hartono mengemuka.

Hubungan Hartono dengan istrinya, Misnati (28), sekitar sebulan lalu sempat tidak harmonis. Misnati yang sedang hamil tua itu pun sempat menempeleng suaminya disertai tudingan lelaki itu berselingkuh.

Sejumlah saksi menceritakan sekitar sebulan lalu Hartono bertandang ke rumah tetangganya, Ali. Ternyata, Ali tidak ada dan dia hanya ditemui Fatimah, istri Ali. Keberadaan Hartono di rumah Fatimah itu terendus Misnati. Ibu satu anak itu langsung melabrak Hartono. Karena dibakar api cemburu, Misnati sempat menampar pipi Hartono.

Hartono yang bersikukuh tidak berselingkuh, hanya tertawa menerima tamparan istrinya. ”Sesampai di rumahnya, Hartono kembali ditempeleng istrinya,” ujar Kapolres.

Usai dua kali 'dihadiahi' tempeleng tangan istrinya, Hartono ngambek. Sekitar seminggu ia pulang dan tinggal di rumah ibunya, Ny. Surat, juga di Desa Andungsari. Ia baru kembali ke rumah istrinya setelah kemarahan Misnati reda.

Tidak hanya rumah tangga Hartono-Misnati yang terguncang. Ali pun sempat mengancam istrinya dengan celurit agar perempuan itu berkata jujur, apakah benar-benar berselingkuh atau tidak. Namun Fatimah bersikukuh, dirinya hanya menemani mengobrol Hartono, bukan berselingkuh.

Memang saat diperiksa penyidik (polisi), Ali membantah dirinya pernah mengancam istrinya dengan sebilah celurit. ”Ali juga membantah pernah memarahi istrinya gara-gara berduaan dengan Hartono,” ujar Kapolres.

Benarkah motif asmara di balik pembunuhan Hartono? ”Hanya dugaan, motif ini sedang kami dalami,” ujar AKBP Afriandi.

Meski kadarnya lebih rendah, muncul dugaan motif perampokan di balik mutilasi terhadap Hartono. Soalnya, sepeda motor merek Tossa dan sebuah HP milik Hartono hingga kini belum ditemukan.

Sejumlah saksi mengatakan, Senin, 10 Mei 2010, sekitar pukul 15.00, Hartono pulang dari rumah ibunya mengendarai Tossa. Rupanya Hartono tidak langsung pulang, tetapi masih berputar-putar di Desa Andungsari. Bahkan sekitar pukul 17.00, menjelang maghrib, seorang saksi, Agus, menjumpai Hartono singgah di sebuah kios telepon selular di Andungsari. Namun hingga Selasa pagi Hartono belum menampakkan batang hidungnya.

Akhirnya keluarga Hartono melakukan pencarian beramai-ramai. Kawasan pedesaan di lereng Gunung Argopuro dan Gunung Lamongan yang berbukit-bukit itu disisir. Selasa sore sekitar pukul 17.00, seorang kerabat Hartono menemukan gundukan tanah mencurigakan di kebun kopi milik Serma Nim di Dusun Segaran Duwas, Desa Andungsari. Tampak sebuah rusuk –diduga rusuk manusia- menyembul dari timbunan tanah di kawasan kebun kopi dan sejumlah batang pisang itu di tepi Kali Salak itu.

Polsek Tiris dan Polres Probolinggo pun kemudian dihubungi. Polisi kemudian menggali lubang di mana potongan tubuh itu menyembul. Akhirnya ditemukan dada yang terbelah dua dan kepala manusia dalam lubang tersebut. (umi)

Laporan: Ikhsan Mahmudi

Sumber:http://jatim.vivanews.com/print_detail/printing/151209-pistol_militer_di_tubuh_korban_mutilasi

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=726c44e5b573700a55d76d4e8dde9044&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a


Tidak ada komentar:

Posting Komentar