Jumat, 14 Mei 2010

Selain Pistol, Ada Sebelas Peluru

[ Jum'at, 14 Mei 2010 ]
Polisi Kesulitan Panggil Pemilik Hutan

KRAKSAAN - Polres Probolinggo bekerja keras mengungkap kasus mutilasi dengan korban Hartono, 30, warga Dusun Kongsi, Desa Andungsari, Tiris. Sampai kemarin, polisi mencari keterangan dari saksi-saksi dan barang bukti lain yang diharapkan bisa mengarahkan pada tersangka maupun motif.

"Kami masih terus menyelidiki dan terus mencari barang bukti serta keterangan dari saksi-saksi," ujar Kapolres Probolinggo AKBP AI Afriandi yang siang kemarin menggelar jumpa pers di ruang kerjanya.

Diberitakan sebelumnya, Hartono 30, ditemukan tewas dengan tubuh termutilasi hingga jadi sembilan bagian. Tubuh lelaki yang bekerja sebagai petani dan pencari kayu itu ditemukan di tengah hutan kopi Dusun Segaran Duwes, Desa Andungsari. Potongan-potongan tubuhnya ditemukan pada Selasa (11/5) dan Rabu (12/5).

Sampai kemarin belum ada titik terang motif maupun pelaku mutilasi ini. Sepeda motor China yang sempat dipakai korban sebelum tewas, juga belum ditemukan.

Sementara, kemarin Kapolres juga membeberkan beberapa barang bukti yang ditemukan ikut dikubur bersama potongan tubuh Hartono. Kapolres merinci di lubang yang berisi potongan paha, ditemukan juga beberapa barang bukti yang terbungkus sapu tangan motif bunga-bunga berwarna biru.

Dalam satu bungkusan tersebut terdapat pistol jenis FN yang di batangnya tertulis Browning Hi-Fi power automatic cal 4,6 mm made in Belgium. Belum diketahui apakah di dalam pistol tersebut terdapat peluru atau tidak. "Semua barang buktinya juga langsung kami kirim ke Labfor Polda Jatim bersama mayatnya," kata Kapolres.

Masih dalam bungkusan tersebut juga terdapat 11 peluru. Selain itu ada beberapa pir (pegas) kecil yang diduga merupakan bagian dari pistol tersebut. Selanjutnya ada dua botol minuman suplemen yang isinya diduga merupakan minyak pelumas untuk pistol.

Selanjutnya ada juga beberapa obeng, dan kikir untuk gergaji. Untuk obeng dan kikir ini diperkirakan adalah milik korban. Karena selain sebagai petani, korban Hartono juga dikenal sebagai tukang kayu.

Dalam bungkusan tersebut juga ditemukan dua utas kain bermotif doreng yang potongannya seperti dibuat untuk tali. "Kami masih belum mengetahui secara pasti kegunaan kain (doreng) itu," ujar Kapolres.

Kasus mutilasi ini menjadi perhatian serius polres. Kemarin polres kembali melakukan olah TKP. Selain itu proses pengumpulan data juga terus dilakukan. Sampai kemarin sudah tujuh saksi diperiksa. Mereka adalah keluarga korban, warga setempat serta orang yang dikabarkan sempat berselisih paham dengan korban karena tudingan selingkuh.

"Total sudah 7 orang saksi yang kami periksa. Hari ini (kemarin) ada tiga saksi yang diperiksa di polres. Sehari sebelumnya di polres ada 3 orang, malam harinya di polsek Tiris ada 3 orang yang kami periksa. Ada beberapa orang yang diperiksa beberapa kali," kata sumber di Satreskrim Polres.

Sedianya ada seorang lagi yang diperlukan untuk dimintai keterangan. Yakni pemilik hutan kopi yang menjadi tempat kejadian perkara (TKP) mutilasi. Namun polres masih agak kesulitan untuk meminta keterangan yang bersangkutan. Sebab pemilik hutan kopi tersebut dikabarkan merupakan anggota tentara berinisial N. "Kami akan koordinasikan dengan pihak terkait (Kodim)," kata Kapolres.

Sementara, untuk mengungkap kasus mutilasi tersebut, polres masih menunggu hasil Labfor Polda Jatim. "Sampai saat ini (kemarin) hasil labfor belum turun," kata Kapolres.

Menurutnya, hasil penyelidikan labfor sangat penting. Sebab, dari hasil labfor tersebut nantinya akan diketahui apakah korban tewas karena langsung ditikam benda tajam, atau diracun terlebih dahulu. "Nantinya akan diketahui dari hasil labfor," jelas Kapolres.

Ia berharap kasus mutilasi di Tiris tersebut bisa segera terungkap. Terlebih karena dalam beberapa pekan ke depan ia bakal dapat promosi menjadi wadir lantas Polda Sulteng. "Minta doanya saja agar cepat terungkap," harap Kapolres. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158291

Tidak ada komentar:

Posting Komentar