Rabu, 03 November 2010

PTPN XI Masih Kaji Penggabungan Tujuh PG

03 Nov 2010 21:11:31| Ekonomi | Dibaca 31 kali | Penulis : Didik Kusbiantoroetahui kebutuhan tebu ideal untuk memenuhi kapasitas giling bagi pabrik gula tersebut.

"Tidak mudah melakukan amalgamasi PG. Selain pertimbangan ekonomis dan finansial, dampak sosialnya juga perlu diperhatikan, termasuk penyaluran tenaga kerja dan komunitas lokal yang selama ini menggantungkan hidupnya dari PG," katanya.

PTPN XI dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi B DPRD Jatim, Kamis (28/10), menyampaikan rencana penutupan tujuh pabrik gula dengan alasan efisiensi anggaran.

Namun, Gubernur Jatim Soekarwo menolak alasan yang disampaikan pihak manajemen PTPN XI tersebut.

"Alasan inefisiensi sangat tidak mendasar bila dihadapkan dengan kepentingan petani, termasuk upaya menyejahterakan petani tebu di Jatim. Ingat, Jatim merupakan lumbung tebu dan gula nasional sehingga keberadaan PG sangat penting," kata Soekarwo.

Adig Suwandi menjelaskan, PTPN XI berharap ada dukungan lahan dari pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat sekitar pabrik gula, kalau memang tetap ingin dipertahankan operasionalnya.

Dalam pertemuan koordinasi yang dihadiri Gubernur Soekarwo, Wakil Gubernur Saifullah Yusuf serta jajaran manajemen PTPN X dan XI, telah ditegaskan untuk segera membentuk tim teknis yang antara lain bertugas menyusun strategi revitalisasi pabrik gula di Jatim.

"Setelah rampung, konsepnya akan dibahas bersama para bupati dan wali kota yang di daerahnya terdapat PG, khususnya dalam penyediaan lahan budidaya tebu," tambah Adig.

Nantinya diharapkan semua tebu untuk bahan baku giling sebuah pabrik gula berasal dari wilayah sekitarnya, bukan dari tempat yang jauh dengan konsekuensi ongkos transportasi mahal.

Adig mencontohkan tiga pabrik gula di Kabupaten Probolinggo, yakni Wonolangan, Gending, dan Padjarakan yang total berkapasitas 3.700 ton tebu per hari, kebutuhan tebunya mencapai 555 ribu ton, sementara yang bisa dipenuhi dari potensi lokal hanya 140 ribu ton.

Kekurangan bahan baku tebu diambil dari wilayah Kabupaten Lumajang yang surplus.

Secara finansial, lanjut Adig, sebenarnya masih lebih menguntungkan memanfaatkan semua tebu Lumajang dengan meningkatkan kapasitas PG Djatiroto yang ada di wilayah tersebut, dari 5.500 menjadi 10.000 atau bahkan 12.000 ton tebu per hari.

Kondisi serupa juga terjadi pada tiga PG di Kabupaten Situbondo, yakni Wringinanom, Olean, dan Pandjie yang memiliki total kapasitas produksi 4.500 ton tebu per hari.

"Kebutuhan ideal tebu untuk tiga PG itu sekitar 675 ribu ton, tetapi kemampuan pasokan tebu lokal hanya 110 ribu ton. Lima PG di kawasan

Sumber: http://www.antarajatim.com/lihat/berita/47217/ptpn-xi-masih-kaji-penggabungan-tujuh-pg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar