Rabu, 04 Agustus 2010

Tuntut Bubarkan Pengurus Dewan Kesenian

[ Rabu, 04 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Eksistensi Dewan Kesenian Kota Probolinggo tengah disoroti oleh para seniman setempat. Terutama soal belum bergantinya kepengurusan Dewan Kesenian periode sebelumnya. Padahal masa pengurusan sudah habis sejak 2009.

"Dewan Kesenian sekarang sudah kedaluarsa sejak tahun 2009 tapi kok sampai sekarang belum ganti-ganti. Ini kan malah ada tanda tanya, ada apa sebenarnya? Di mata saya, Dewan Kesenian lupa akan kata-katanya yang mengaku lebih maju dari Dewan Kesenian Jawa Timur. Nyatanya apa? Nol," ujar pelukis Joko Sudarto.

Joko merupakan salah satu pengurus di Dewan Kesenian selama empat periode. Ia menjadi koordinator di bidang seni rupa. "Kami sudah menyerahkan program kerja tapi tidak dijalankan oleh Dewan Kesenian. Mereka itu penjilat-penjilat. Dewan Kesenian banyak kebohongan di mata saya," tegasnya.

Sebagai salah satu seniman di kota ini, Joko menginginkan ada perubahan dalam organisasi Dewan Kesenian. Beberapa kali berbincang dengan rekan seniman, kata Joko, Dewan Kesenian harus segera diganti dan dilantik oleh wali kota. Karena dulu, saat pembentukan Dewan Kesenian, wali kota yang melantik.

Begitu keras Joko membeberkan mengenai organisasi yang mestinya bisa menjadi jembatan antara pemerintah dan seniman. Menurutnya, kepengurusan Dewan Kesenian periode kemarin adalah hasil kudeta. Tidak ada pergantian nama secara fair dan pemilihannya tidak demokratis.

"Moro-moro onok jenenge, pokoke kudu gelem. Mulane saiki kerjane ra bener. (tiba-tiba ada namanya, pokoknya harus mau. Makanya sekarang kerjanya tidak baik). Parahnya lagi Dewan Kesenian kok tidak punya sekretariat? Tempat menyimpan inventaris juga tidak ada. Mereka (pengurus) itu tidak pernah turun ke bawah. Aneh, anggaran gede itu untuk apa? Sampai sekarang belum lihat program kerjanya," cetus Joko saat ditemui Senin (2/8) malam di pameran lukisnya di lapangan Kopian.

Lucunya, lanjut Joko, ia pernah diajak masuk dalam panitia kecil untuk membahas mengenai pemilihan pengurus. Yang membuat Joko tergelitik, pemilihan nama-nama calon minta dilaksanakan di salah satu rumah makan ternama di Kota Probolinggo.

"Lha wong cuma membahas ngono kok di sana (rumah makan). Itu justru akan menghambur-hamburkan anggaran. Makanya saya ingin ada reformasi total. Di dalamnya sudah ada kebohongan dan manipulasi anggaran," gerutu tetua Sanggar Hasta Kencana itu.

Ketua Dewan Kesenian Suparjono pernah mengatakan kepada Radar Bromo bahwa pergantian pengurus akan dilakukan tapi menunggu laporan dari pengurus lain, yaitu sekretaris. Joko pun kembali tertawa mendengar alasan tersebut.

"Laporan kok sampai sekarang tidak tahu juntrungannya. Tidak ada transparansi anggaran. Saya tidak ingin menjelekkan tapi harus ada pembenahan ke depan. Buyar ae (bubar saja) pengurusnya, tapi organisasinya harus tetap ada," pungkasnya.

Sementara itu, seniman tari dari Sanggar Tari Bayu Kencana Peni Priyono mengatakan sesungguhnya Dewan Kesenian itu perlu ada untuk membantu pemerintah dalam mengembangkan dan melestarikan kesenian di Kota Probolinggo. Tapi, kalau pemerintah tidak membutuhkan bantuan maka Dewan Kesenian tidak perlu ada.

Tinggal tergantung bagaimana para seniman, mau berkumpul untuk memikirkan kondisi kesenian di kota ini atau berfikir sendiri-sendiri untuk memikirkan keseniannya sendiri. Jika Dewan Kesenian ada, harus punya program jelas dan anggaran yang memadai. Harus mewadahi seluruh kesenian yang mewarnai kota dan mengangkat kualitas penyajian.

"Dewan Kesenian harus diisi orang-orang yang mau dan mampu berfikir kesenian. Terlebih kalau mereka mampu berkarya seni. Jangan diisi oleh orang yang hanya bisa sekedar nabuh saron apalagi hanya sekedar untuk mencari nama," cetus seniman yang juga berprofesi sebagai PNS itu. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173316

Tidak ada komentar:

Posting Komentar