Senin, 07 Juni 2010

Warga Probolinggo-Pasuruan yang Bakal Meraih Anugerah Kalpataru 2010 (2-Habis)

[ Senin, 07 Juni 2010 ]
Hanya Lulusan Paket B, tapi Punya Semangat

Cholifah, 41, warga Desa Kedungringin, Beji Pasuruan memang hanya lulusan Kejar Paket B (setingkat SMP). Namun, itu tak membatasinya berkarya. Terbukti dengan temuannya yang diberi nama trichogramma hingga membuatnya diganjar penghargaan Kalpataru tahun ini.

M. IQBAL, Bangil

SEJAK kecil, Cholifah tidak mempunyai angan-angan bakal meraih penghargaan Kalpataru. Apalagi sampai Kalpataru tingkat nasional. Di masa kecilnya, Cholifah justru ingin sekali menjadi seorang perancang busana.

Tapi, begitulah. Jalan hidup seseorang tak selalu jadi seperti yang diinginkan. Pada saat duduk di bangku SMP, Cholifah terpaksa merotol karena faktor ketiadaan biaya. Cholifah hanya bisa menempuh pendidikan formal sampai kelas dua SMP.

Usia bertambah, zaman berubah, tapi keinginan Cholifah mengenyam pendidikan tak pernah luntur. Pada 2004, dia mengikuti Kejar Paket B di Desa Kenep, Beji. Dari tempat tinggalnya di Desa Kedungringin, Cholifah rela datang ke Desa Kenep tiga hari dalam seminggu untuk menjalani pendidikan Kejar Paket B sampai lulus.

Di luar aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu dari dua anak perempuan yang kini sudah beranjak dewasa itu, juga sibuk dengan kegiatan pertanian di desanya. Cholifah adalah ketua Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan dan Swadaya (P4S).

Dengan organisasi itu, Cholifah mengabdikan apa yang diketahuinya tentang pertanian. Termasuk trichogramma, temuannya yang kemudian mengantarnya meraih berbagai penghargaan.

Trichogramma rintisan Cholifah merupakan musuh alami bagi hama pengerut batang padi yang kerap melanda pertanian. Namanya juga musuh alami, trichogramma tidak mennggunakan bahan pestisida. Dan karena itu trichogramma ramah lingkungan. Walau begitu, khasiatnya tak kalah, bahkan melebihi obat berbahan pestisida.

Cara pembudidayaannya pun terbilang sederhana. Semua orang bisa melakukannya. Hanya dengan bahan tepung jagung dan dedak, budidaya bisa dilakukan. Caranya, dua bahan dasar itu disangrai (digoreng tanpa menggunakan minyak) terlebih dahulu.

Setelah itu, dua bahan tersebut diletakkan dalam sebuah toples dan diisi dengan hama gudang. "Setelah enam minggu dengan hama gudang, imagonya akan keluar," jelas Cholifah. Imago yang dimaksudnya yakni semacam kupu-kupu kecil yang lebih dikenal dengan keper.

Keper kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tabung silinder. Dua atau tiga hari kemudian, keper itu akan bertelur. Tahap selanjutnya yakni mencari telur hama pengerut batang padi. Telur hama itu diletakkan dalam tabung.

Dalam dua hari, tabung berisi telur hama itu akan dipenuhi hama. "Hamanya macam-macam, ada trichogramma dan jenis hama lain," terang Cholifah.

Trichogramma pun, sebenarnya juga merupakan hama. "Alam kita ini telah lengkap. Untuk mengatasi hama, tak perlu memakai pestisida. Cara mengatasinya telah disediakan oleh alam. Dan kita tingga mengelolanya saja," tambahnya.

Tahap selanjutnya, pada tabung yang dipenuhi hama itu, dimasukkan telur keper. Di sini, hama yang bukan trichogramma akan mati karena tidak mempunyai makanan. Pada proses ini dinamakan parasitasi trichogramma. Selanjutnya, trichogramma telah siap diaplikasikan di lahan pertanian.

Trichogramma yang dirintis Cholifah itu membuat P4S sampai kerap mendapat kunjungan. Rata-rata mereka yang berkunjung ingin belajar lebih dekat trichogramma. Mulai dari kalangan mahasiswa, petani, bahkan dinas pertanian dari daerah lain.

Cholifah adalah istri dari lelaki bernama Sirkan, 48. Suami istri dengan dua anak ini tinggal di Dusun/Desa Kedungringin, Beji. Semula Cholifah ingin bekerja di pabrik, layaknya wanita lain di desanya.

Keinginan Cholifah bekerja di pabrik didorong kondisi ekonomi keluarganya. Ia ingin bisa membantu suaminya mencari nafkah. Tapi, keinginan Cholifah bekerja di pabrik akhirnya urung. "Kalau istri saya juga bekerja, anak-anak siapa yang ngurus," kata Sirkan, sang suami.

Akhirnya, Cholifah memilih aktif di berbagai kegiatan di desa. Termasuk urusan pertanian. "Daripada jenuh di rumah thok..." terang Sirkan.

Tapi siapa sangka, kegiatan pertanian yang diikuti Cholifah berbuah manis. Pada 2002, Cholifah mendapat penghargaan sebagai pemenang utama dari Gubernur Jatim dan Komisi D Jatim dalam upaya pelestarian lingkungan hidup kategori penyelamat lingkungan.

Lalu pada 2006, Cholifah kembali mendapat penghargaan dari Gubernur Jatim atas pengabdian dalam bidang lingkungan hidup pertanian, peternakan, koperasi, dan kewirausahaan yang ia tekuni. Dan pada 2007, Cholifah dinobatkan sebagai petani teladan oleh kementerian pertanian RI.

Dan kini, berkat rintisan trichogramma, Cholifah mengharumkan nama Kabupaten Pasuruan. Ia bakal menerima penghargaan Kalpataru 2010 dari Presiden SBY di Istana Negara Jakarta besok (8/6).

Kamis (3/6) lalu Cholifah sudah mendapat undangan untuk hadir langsung ke Jakarta. "Orang BLH yang mengantarkan surat undangannya ke sini," kata Cholifah.

Menurutnya, sebelum surat undangan itu datang, dirinya telah mendengar kabar burung. Intinya, ia terpilih sebagai salah seorang yang bakal meraih penghargaan. Tapi, kabar itu tidak dihiraukan Cholifah.

"Saya tanggapi biasa-biasa saja. Iya kalau benar. Kalau tidak, bagaimana?" ujarnya. Cholifah mengatakan, pengharagaan bergengsi itu memang bukan misi utamanya. "Yang terpenting, ilmu saya bisa digunakan orang lain dan bermanfaat," tambah ibu dua anak ini.

Tapi, yang terjadi, dia memang benar-benar akan mendapat Kalpataru 2010. Selasa besok bagi Cholifah menjadi momen ketiga kalinya bertemu langsung dengan Presiden SBY. "Ini kali ketiga saya bertemu presiden," ujar Cholifah.

Pertama kali Cholifah bertemu langsung dengan Presiden SBY pada 2006 lalu di istana Bogor dalam sebuah acara pendidikan penyuluh pertanian. Lalu pada 2007 Cholifah dapat kesempatan lagi bertemu Presiden SBY. Saat itu Cholifah mendapat penghargaan sebagai petani teladan. Karenanya, untuk momen ketiga bertemu Presiden SBY besok, Cholifah mengaku tak perlu melakukan persiapan khusus.

Bagi Cholifah, meraih penghargaan Kalpataru bukan sebuah ambisi. Ketika diminta presentasi tentang trichogramma dalam babak seleksi Kalpataru, yang ada dalam benak Cholifah hanya kepentingan petani. "Saya jalani apa adanya. Tetapi saya yakin saja karena apa yang saya presentasikan benar-benar nyata dan banyak diterapkan petani," ujarnya.

Di balik aktivitas pertanian dan lingkungan hidup yang digelutinya sejak 1997 diganjar banyak prestasi, Cholifah tetap seorang yang rendah hati dengan semangat baja. "Saya hanya ibu rumah tangga yang lulusan Paket B, setara SMP. Tapi saya punya semangat. Saya harus bisa," tegas Cholifah. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar