Senin, 07 Juni 2010

Jaring Ikan, Dapat Ratusan Ular

[ Senin, 07 Juni 2010 ]

KRAKSAAN - Sabtu (5/6) sekitar pukul 20.00, di perempatan jalan Desa Bulu Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo ada pemandangan yang tidak jamak. Banyak orang berkerumun di perempatan jalan tersebut. Mereka ternyata ramai melihat ratusan ular sawah.

Ular-ular itu dibawa oleh sejumlah pemuda. Ular-ular itu bukan piaraan, tapi adalah hasil tangkapan Marzuki, 44, warga setempat. Karena jumlahnya sampai 200 ekor, Marzuki malam itu sampai mengajak beberapa pemuda untuk membawa ular-ular tersebut ke perempatan Bulu.

Karena ada tontonan gratis itu, perempatan jalan yang berada di sebelah selatan RSAB Siti Fatimah itu sampai macet. Selain warga, pengendara juga ikut berhenti dan melihat ular-ular itu. "Ingin nonton, Mas. Katanya ularnya besar-besar," ujar salah seorang pengendara.

Marzuki mengatakan, ular tangkapannya itu didapat dari sungai sebelah barat rumahnya, Kali Mati. Dinamakan demikian karena sungai tersebut sudah ditutup. Sungai tersebut mengalir ke arah utara.

Ceritanya, Sabtu itu sekitar pukul 16.30, Marzuki dan anaknya, Saiful Bahri, 15, berniat menjaring ikan di perairan Kraksaan. "Tapi ndak jadi, Mas," ujar Marzuki.

Ia kemudian memilih menjaring ikan di Kali Mati. Di sungai dengan lebar sekitar 5,5 meter itu, Marzuki menggunakan jaring yang biasa digunakannya. Jaring ukuran 4,5 x 4 meter dia pasang dari ujung timur dan barat sungai. "Biasanya dapat ikan gabus, Mas," ujar Marzuki.

Tak lama kemudian, Marzuki mengangkat jaring tersebut. Marzuki sempat kaget. Sebab, yang berhasil ditangkap justru 3 ekor ular sawah. Marzuki kemudian kembai menurunkan jaring ke dalam sungai. "Ularnya saya lepas," ujar Marzuki.

Selanjutnya Marzuki dan Saiful meninggalkan jaring itu. "Masih mau mandi dan salat maghrib," kata Marzuki.

Sekitar pukul 18.30, Marzuki izin pada Sumiyati, 34, istrinya. Marzuki mengatakan pada Sumiyati akan mengangkat jaring di sungai. Sumiyati sendiri berangkat ke undangan pertunangan tetangganya.

Marzuki dan Saiful kembali ke lokasinya menjaring ikan. Begitu tiba, Marzuki menyuruh Saiful untuk mengangkat jaring. Marzuki melintas ke barat. Sementara Saiful memegang jaring di sebelah timur. Begitu Marzuki memberi aba-aba, jaring itu pun diangkat. Namun keduanya tak mampu mengangkat jaring tersebut. "Berat, Mas," kata Marzuki.

Setelah dicoba sekian kali, tetap saja jaring tak bisa diangkat. Marzuki mulai curiga. Sekali lagi Marzuki dan Saiful mencoba mengangkat. Kali ini dengan sekuat tenaga. Hasilnya, jaring itu muncul ke permukaan air. Baik Marzuki maupun Saiful melihat dengan jelas, yang terjaring adalah ular. "Sangat banyak, Mas," ujar Marzuki yakin.

Karena tidak bisa diangkat berdua, Marzuki memanggil bantuan. Beberapa pemuda yang mendengar panggilan Marzuki langsung bergegas menuju sungai. Mereka langsung mengangkat jaring itu. Warga yang mendengar juga ikut-ikutan menyaksikan.

Begitu jaring terangkat, Marzuki malah mengajak pemuda untuk memikul jaring itu ke perempatan Desa Bulu. Jaring itu diikatkan pada sebatang bambu. "Biar banyak orang tau, Mas," tukas Marzuki.

Jaring itu sendiri rusak di beberapa bagian. Diperkirakan Marzuki, ular tersebut berusaha menggigit jaring. Meski demikian, hanya sebagian ular yang bisa keluar. Itupun langsung diamankan warga. Malah mereka seperti menganggap ular itu layaknya mainan. "Ndak berbisa, Mas. Paling cuma gigit," ujar Marzuki.

Jarak antara sungai menuju perempatan tersebut sekitar 200 meter. Di tengah jalan, beberapa ular sengaja diambil oleh warga. Menurut Marzuki, warga ingin memiliki ular tangkapannya itu.

Sekitar satu jam tontonan berlangsung. Di antara ratusan pengunjung, ada beberapa yang ternyata ingin membeli ular-ular tersebut. Mereka mendatangi Marzuki dan bernegosiasi. Awalnya mereka menawar per ekor Rp 3 ribu. Namun Marzuki berkeras tak mau menjual dengan harga demikian.

Akhirnya disepakati ular dijual per kilogram, Rp 7 ribu. Lumayan juga, Marzuki berhasil menjual ular sebanyak 10 kilogram. Uang yang diperoleh Marzuki yakni Rp 70 ribu. "Lumayan buat tambahan penghasilan," ujar Marzuki.

Sebenarnya Marzuki bisa menjual lebih banyak. Namun ketika dibawa ke perempatan, banyak ular yang diambil warga. Selain itu tambah Marzuki, banyak ular yang mati. Menurut Marzuki, kemungkinan karena berdesakan dengan ular lainnya. "Yang mati sekitar 15 kilo," beber Marzuki.

Sementara, ketika ditemui Radar Bromo kemarin (6/6), Sumiyati, istri dari Marzuki mengatakan, ular-ular yang mati sudah dikubur. "Tadi pagi, Mas," ujar Sumiyati.

Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Probolinggo H Ahmad Budiono juga ikut berkomentar. Menurut Budiono, Kali Mati punya sejarah panjang. Sungai tersebut ditutup dengan alasan sering menimbulkan banjir besar di Kraksaan. "Ini cerita dari kakek saya," ujar Budiono yang memang asli Kraksaan.

Pada 1936 kata Budiono, sungai itu ditutup. Selanjutnya aliran sungai dialihkan ke sungai Rondoningo Desa Semampir. Sungai Rondoningo sendiri kata Budiono, merupakan sungai buatan. "Yang asli, ya sungai Kali Mati itu," ujar Budiono.

Budiono mengakui, masih banyak habitat-habitat di Kali Mati yang tersisa. Tak hanya ular. Namun kata Budiono, warga sering mendapati biawak keluar dari sungai tersebut. "Bahkan sering lewat jalan di depan rumah saya," ujar Budiono.

Lebih jauh Budiono berharap, pemkab merespons kejadian tersebut. Yakni dengan melakukan perawatan. "Sungai itu bersejarah lho," ujar Budiono. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=163070

Tidak ada komentar:

Posting Komentar